tuturan.Maksud tuturan dapat dilihat melalui konteks yang diketahui melalui fenomena praanggapan, implikatur, tidak tutur, deiksis, dan
latar belakang penutur.Suatu tuturan selalu diikuti dengan konteks tertentu.Keberadaan maksud menjadi sangat penting saat kita hendak
mengetahui daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang muncul dalam suatu tuturan.
2.2.3 Unsur Intralingual
Penelitian unsur intralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa merupakan penelitian bidang lingusitik dengan kajian bahasa dari sudut pandang
semantik pragmasemantik.Unsur intralingual itu merupakan suatu unsur untuk bahasa tertulis yang menjadi suatu tuturan. Misalnya dalam pilihan kata,
ungkapan khas, kata seru, kata tutur, kata asing, kata basa-basi, kata honorifik, sapaan mesra “ayang, papi, bunda, diajeng”, umpatan, pujian, dan lain
sebagainya. Chaer 2012:15 memaparkan bahwa linguistik mikro mengarahkan
kajiannya pada stuktur internal bahasa pada umumnya atau pun bahasa tertentu. Dalam linguistik mikro ada berbagai macam subdisiplin ilmu linguistik, yaitu: 1
fonologi, menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya, dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan; 2 morfologi, menyelidiki struktur kata,
bagian-bagiannya, serta cara pembentukannya; 3sintaksis, menyelidiki satuan- satuan kata dan satuan-satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan lainnya,
serta cara penyusunannya sehingga menjadi satuan ujaran; 4 semantik,
menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual; 5 leksikologi, menyelidiki leksikon atau kosa kata suatu bahasa dari
berbagai aspeknya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi linguistik mikro ini merupakan studi dasar linguistik, sebab yang dipelajari di
dalamnya ialah struktur internal bahasa itu sendiri.Secara kebahasaan, bentuk merupakan wujud fisik tuturan, sedangkan makna merupakan wujud nonfisik
tuturan.Keduanya merupakan unsur internal bahasa.Struktur internal bahasa mendapat pengaruh dari dalam bahasa itu sendiri, tanpa mendapat pengaruh
sedikit pun dari aspek luar bahasa. Dalam hubungannya dengan kajian daya bahasa dan nilai rasa bahasa,
bahasa verbal digunakan untuk menganalisis unsur intralingual. Menurut Pranowo 2012:3, bahasa verbal adalah bahasa yang diungkapkan dengan kata-kata dalam
bentuk ujaran atau tulisan. Daya bahasa dan nilai rasa bahasa dalam bahasa verbal unsur intralingual
biasanya akan memiliki efek yang sangat kuat apabila didukung oleh bahasa non verbal. Pemakaian bahasa verbal memiliki unsur utama berupa kata, kalimat,
paragraf paratone: bahasa lisan, dan wacana. Jika bahasa verbal yang dimaksud adalah bahasa tulis, penanda jeda pendek, sedang, panjang, dan panjang sekali
diwujudkan berupa pemisahan kata, tanda koma, tanda titik, pergantian paragraf, dan pergantian wacana.Sementara itu, jika bahasa verbal yang dimaksud adalah
bahasa lisan, penanda jeda diwujudkan berupa intonasi, tekanan, dan irama. Di samping itu, bahasa verbal lisan juga memanfaatkan permainan bunyi, permainan
kata, gaya bahasa, idiom dapat memberi efek komunikatif bagi mitra tutur. Jadi,
daya bahasa dan nilai rasa bahasa dapat terjadi dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis tetapi cara memasukkannya berbeda-beda.
Untuk dapat mengkaji lebih dalam unsur intralingual dapat dikaji melalui: 1 pilihan kata atau diksi, 2 klausa, 3 kalimat, dan 4 ko-teks.
2.2.3.1 Pilihan kata atau diksi Dalam mendeskripsi banyak bahasa di dunia diperlukan sebuah unit yang
disebut kata. Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu entah
fonologis entah morfologis dan secara relative memiliki distribusi yang bebas Keraf, 1981:21. Selain itu kata dapat juga dikatakan satuan gramatikal bebas
terkecil.Kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti Chaer, 2012: 162.Hal ini dapat dikatakan bahwa ketika
berbicara kita perlu memiliki kata-kata yang tepat.Tepat maksudnya sesuai dengan arti dan tempatnya.
Mendefinisikan kata sebagian besar dibatasi secara morfologis dan dibatasi secara fonologis.Dalam kegiatan komunikasi, kata-kata disatukan dalam suatu
konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis yang ada dalam suatu bahasa.Akan tetapi yang paling penting dari rangkaian kata adalah
pengertian yang tersirat di balik kata yang digunakan itu.Pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa tiap kata mengungkapkan
sebuah gagasan atau sebuah ide. Dengan kata lain kata-kata merupakan suatu alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Untuk itu semakin
banyak kata yang dimiliki dan dikuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan diungkapkannya.
Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu Keraf, 1984:22. Sedangkan pilihan kata menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan
gagasan sehingga dapat diperoleh efek tertentu sperti yang diharapkan. Diksi atau pilihan kata dapat pula diartikan sebagai kemampuan dalam
membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan istilah dan nilai
rasa yang dimiliki oleh pendengar. Fungsi dari diksi atau pilihan kata antara lain.
a Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembaca atau penulis. b
Untuk mencapai target komunikasi yang efektif. c
Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. d
Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat sangat resmi, resmi, dan tidak resmi sehingga menyenangkan pendengar dan pembaca.
Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata yang dapat dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, membentuk pengelompokan kata yang tepat,
dan gaya mana yang paling sesuai dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah suatu kemampuan dalam membedakan secara tepat makna dari gagasan
yang disampaikan.
2.2.3.2 Klausa Klausa merupakan suatu tataran dalam sintaksis yang berada satu tingkat di
atas frasa dan dibawah satu tingkat kalimat.Dalam Chaer 2012: 231 klausa merupakan satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Maksudnya adalah dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata dan frase, yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, objek,
dan sebagai keterangan. Fungsi subjek dalam klausa bersifat wajib, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib. Jika kita lihat konstruksi kamar tidur dan adik
tidur, maka dapat dikatakan konstruksi kamar tidur bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar tidur dan komponen tidur tidaklah bersifat
predikatif.Sebaliknya konstruksi ibu tidur adalah sebuah klausa karena hubungan komponen ibu dan komponen tidur bersifat predikatif, ibu adalah pengisi fungsi
subjek dan tidur adalah pengisi fungsi predikat. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa klausa memang berpotensi
untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada funsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
2.2.3.3 Kalimat Alwi, dkk 2010:317 Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dank eras lembut, disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat diawali huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Kalimat merupakan
satuan dasar wacana. Wacana hanya akan terbentuk jika ada dua kalimat, atau lebih yang letaknya berurutan dan berdasarkan kaidah kewacanaan. Jadi setiap
tuturan, berupa kata atau untaian kata, yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan di atas pada suatu wacana atau teks yang dinakamakan suatu kalimat.
Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih.Dalam Ramlam 2005: 23
kalimat di sini ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
Chaer 2012:240 kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yaitu biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, dan tidak lupa disertai dengan intonasi final.Jadi dapat dikatakan bahwa unsur terpenting atau yang menjadi dasar dalam suatu kalimat adalah
konstituen dasar dan intonasi final. Apaabila intonasi final yang terdiri dari tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru, maka dapat dikatakan sebagai kalimat.
Ramlan 2005:26 membedakan jenis kalimat berdasarkan fungsi dan hubungan situasinya menjadi kalimat berita, kalimat Tanya, dan kalimat perintah.
a. Kalimat berita
Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan informasi kepada orang lain, sehingga menimbulkan tanggapan atau respon dari orang
lain. Kalimat berita selalu diakhiri dengan tanda titik .. Misalnya: hewan itu sangat buas. Kalimat tersebut termasuk dalam kalimat
berita, karena tidak terdapat kata Tanya, ajakan, maupun larangan. b.
Kalimat tanya
Fungsi dari kata Tanya adalah untuk menanyakan sesuatu.Kalimat Tanya selalu diakhiri dengan tanda Tanya ?. Misalnya: kapan kamu
pulang?.Kalimat tersebut
merupakan kalimat
Tanya, karena
menanyakan sesuatu dan diakhiri dengan tanda Tanya. Kata-kata Tanya meliputi: apa, siapa, kapan, mengapa, kenapa, mana bika,
berapa, dan bagaimana. c.
Kalimat suruh Kalimat suruh berfungsi untuk mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.
2.2.3.4 Ko-teks Ujaran apa pun pada dasarnya bisa dipandang sebagai teks dalam sebuah
konteks tertentu. Menurut Van Dijk 1980: 41 deifinisi teks mirip dengan definisi yang dikemukakan oleh Beaugrande Dressler 1981 yang mengajukan gagasan
bahwa rangkaian-rangkaian kalimat yang memiliki struktur makro bisa ditetapkan sebagai teks.Struktur makro sebagai kerangka proposisi dan tematik dasar yang
memungkinkan teks bisa menyatu.Definisi teks yang fungsional lebih dikemukakan oleh Halliday 1978:137 teks merupakan segala sesuatu yang
bermakna dalam suatu situasi tertentu. Berkaitan dengan teks, didapati pula istilah koteks co-text, yaitu teks yang bersifat sejajar, koordinatif, dan memiliki
hubungan dengan teks lainnya Mulyana: 2005:8.Maksudnya adalah teks yang satu memiliki hubungan dengan teks lainnya. Teks lain tersebut bisa berada di
depan mendahului atau di belakang mengiringi. Contohnya Junot tampak
lusuh.Jalannya sempoyongan.Tetapi wajahnya menunjukan keceriaan.Dia baru pulang dari Jakarta.
Bentuk “dia” pada kalimat terakhir, mengacu pada nama Junot yang sudah disebutkan sebelumnya. Penafsiran ini jelas benar karena
didasarkan pada teks lain yang menjadi penjelas kata “dia”. Maka dalam hal ini “Junot” adalah koteks bagi bentuk :dia”.
Keberadaan koteks dalam suatu struktur wacana menunjukan bahwa teks tersebut memiliki struktur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Dengan demikian koteks dalam suatu wacana berfungsi sebagai alat bantu dalam memahami dan menganalisis wacana.
2.2.4 Unsur Ekstralingual