Kajian Bahasa secara Semantik Kajian Bahasa secara Pragmatik

ekstralingual daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunkasi.Kajian teoritis yang digunakan adalah sebagai berikut.

2.2.1 Kajian Bahasa secara Semantik

Semantik adalah ilmu yang mempelajari tentang makna sebuah kata.Seperti yang diungkapkan oleh Abdul Chaer 2013:2 bahwa semantik merupakan ilmu dalam bidang linguistik yang mempelajari makna suatu tanda-tanda linguistik.Teori ini didukung oleh I Dewa Putu dan Rohmadi 2011:2 yang mengungkapkan bahwa semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna unsur kebahasaan meliputi bunyi, suku kata, morfem pada umunya, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana.Suatu tuturan baik lisan maupun tulisan mengandung makna tertentu yang dapat berdiri sendiri. Kajian bahasa secara semantik menempatkan bahasa dalam pemakaian yang bebas dari konteks.Makna dan maksud bahasa diinterpretasi dari unsur-unsur lingual yang membentuk wacana.Makna dan maksud dapat dipahami dari unsur- unsur bahasa yang digunakan untuk menyusun satuan makna.Makna yang terdapat dalam suatu tuturan dapat memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa.Hal ini dikarenakan makna merupakan substansi paling penting dalam kajian intralingual. Suatu bunyi, kata, frasa, klausa, dan kalimat tanpa dimaknai, maka tidak akan menjadi unsur intralingual yang mampu memunculkan daya bahasa dan nilai rasa bahasa.

2.2.2 Kajian Bahasa secara Pragmatik

Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang membahas mengenai maksud yang ingin disampaikan penutur kepada mitra tutur. Ilmu ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya. Menurut Yule 2006:5, pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk- bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Pragmatik juga banyak kita temukan dalam setiap percakapan.Pendapat ini sejalan dengan Nadar 2009:2 yang mengungkpakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa pragmatik adalah suatu kajian ilmu linguistik yang membahas mengenai hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakainnya dalam percakapan yang memiliki tujuan menyampaikan maksud tertentu dan melibatkan situasikonteks tertentu. Konteks merupakan kajian yang memiliki peranan penting dalam pragmatik. Seperti dalam pendapat Nadar 2009:4 berpendapat bahwa konteks merupakan situasi lingkungan yang memungkinkan penutur dan mitra tutur untuk dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Jadi dapat disimpulkan bahwa konteks merupakan hal yang menyertai sebuah tuturan agar dapat diketahui maksudnya oleh penutur maupun mitra tutur. Tanpa konteks yang menyertai tuturan, kita tidak akan mengetahui maksud tuturannya. Hal ini dikarenakan, letak konteks itu sangat penting untuk mengetahui maksud dibalik suatu tuturan. Yule 2006:13-81 serta Brown dan Yule 1996:38, mengungkapkan bahwa konteks dapat diketahui melalui berbagai aspek pragmatik yang meliputi 1 praanggapan dan 2 latar belakang penutur. Secara terperinci, kedua aspek pragmatik yang digunakan untuk memunculkan konteks akan diuraikan sebagai berikut. 1 Praanggapan Pada saat berkomunikasi, untuk dapat menangkap maksud tuturan yang diungkapkan oleh mitra tutur, terlebih dahulu kita harus memiliki pengetahuan awal mengenai hal yang dibicarakan. Menurut Yule 2006: 43, praanggapan adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. jadi dapat disimpulkan bahwa praanggapan adalah anggapan penutur mengenai kejadian sebelum menghasilkan tuturan. 2 Latar Belakang Penutur Latar belakang penutur pengetahuan sebelumnya yang dimiliki oleh mitra tutur mengenai seorang penutur. Brown dan Yule 1997:38 mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang penutur pada peristiwa komunikatif tertentu memungkinkan mitra tutur membayangkan apa yang mungkin dikatakan oleh penutur. Jika seorang mengetahui latar belakang penutur, maka mitra tutur dapat memprediksi apa yang akan dikatakan oleh penutur baik dari segi bentuk maupun isi. Latar belakang penutur ini juga dapat memengaruhi kepercayaan mitra tutur terhadap apa yang diucapkan oleh penutur. Berbagai aspek pragmatik yang dipaparkan diatas digunakan untuk mengetahui maksud penutur yang diungkapkan melalui suatu tuturan.Maksud tuturan dapat dilihat melalui konteks yang diketahui melalui fenomena praanggapan, implikatur, tidak tutur, deiksis, dan latar belakang penutur.Suatu tuturan selalu diikuti dengan konteks tertentu.Keberadaan maksud menjadi sangat penting saat kita hendak mengetahui daya bahasa dan nilai rasa bahasa yang muncul dalam suatu tuturan.

2.2.3 Unsur Intralingual

Dokumen yang terkait

KAJIAN SEMANTIK PENGGUNAAN HIPONIM DAN HIPERNIM PADAJUDUL WACANA DALAM KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER- Kajian Semantik Penggunaan Hiponim Dan Hipernim Pada Judul Wacana Dalam Koran Kompas Edisi September-Oktober 2013.

2 5 11

KAJIAN SEMANTIK PENGGUNAAN HIPONIM DAN HIPERNIM PADAJUDUL WACANA DALAM KORAN KOMPAS EDISI SEPTEMBER- Kajian Semantik Penggunaan Hiponim Dan Hipernim Pada Judul Wacana Dalam Koran Kompas Edisi September-Oktober 2013.

4 13 17

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada ``Catatan Pinggir`` Majalah Tempo Edisi Januari - September 2013 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 2 2

Unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa sebagai penanda kesantunan berkomunikasi pada top news di Metro TV bulan November-Desember 2014.

3 49 352

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada acara Sentilan Sentilun Metro TV periode Agustus dan September 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 391

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada dialog interaktif Indonesia Lawyers Club Tv One periode November 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 1 317

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada prosa lirik Pengakuan Pariyem sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 0 315

Penggunaan unsur intralingual dan ekstralingual dalam daya bahasa dan nilai rasa bahasa pada karikatur koran tempo edisi September - Desember 2014 sebagai penanda kesantunan berkomunikasi.

0 4 298

Implikatur dan penanda kesantunan tuturan pada berita politik di surat kabar Tribun Jogja edisi Juni-Agustus 2011.

0 1 117

B 02 Daya Bahasa dan Nilai Rasa Bahasa Sebagai Penanda Kesantunan Dalam Berkomunikasi

0 0 20