Perfilman Indonesia Landasan Teori

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yaitu yang lazim dipertunjukan di gedung – gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film ini di distribusikan sebagai barang perdagangan yang diperuntukkan bagi masyarakat dimana saja. Onong, 2000 : 211. Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentuk sebenarnya, maupun dalam bentuk imajinasi. Film juga dianggap bisa mewakili citra atau identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunits sendiri, karena sifatnya yang universal, meskipun demikian film juga bukan menimbulkan dampak yang negatif. Victo C Mambor : http:situskunci.tripod.comteksvictor1 . htm.

2.1.2 Perfilman Indonesia

. Film sebagai media visual elektronik secara drastis telah mengubah cara kita dalam memandang dunia, bahkan cara kita dalam memandang diri kita sendiri. Selama kurun waktu 80 tahun terahir, kita telah dibombardir dengan ribuan film yang beredar sebagai informasi massa, tanpa kita menanyakan bagaimana mareka menyampaikan komunikasi tersebut dan apa makna dari komunikasi yang mereka sampaikan. Menurut sejarah perfilman Indonesia, film yang pertama kali diperkenalkan di negeri ini berjudul ” Lely Van Java” , diproduksi di Bandung tahun 1926 oleh seseorang bernama David. Disususn oleh ” Eulis Ajih” produksi Krueger Corporation 19271928. film berikutnya adalah ”Lutung Kasarung”, ” Si Conat” dan ” Pareh”. Sampai dengan Tahun 1930 film yang disajikan masih merupakan film bisu. Film bicara yang pertama berjudul ” Terang Bulan” yang dibintangi oleh Roekiah dan R. Mochtar, dengan naskah yang ditulis oleh penulis indonesia bernama Saerun. Saat Perang Asia Timur Raya Pecah tahun 1941, dunia perfilman pun berubah wajah. Ketika pemerintah Belanda menyerah kepada bala tentara Jepang, perusahaan – perusahaan film seperti Wong Brothers, South pasific, dan Multi Film diambil alih Jepang dan diganti nama menjadi ” Nippon Eiga Sha”. Yang diproduksi adalah film-film berita seperti ” Djawa Baharu” kemudian diganti menjadi ” Nampo Hado” , lalu film dokumenter, film feature, dan lain-lain. Dunia perfilman pun ikut berubah ketika Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Nippon Eiga Sha diserahkan secara resmi kepada R.M Soetarto perwakilan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 6 Oktober 1945 dan kemudian lahirlah Berita Film Indonesia atau B.F.I . Menginjak dekade lima puluhan, perfilamn Indonesia mulai memasuki alam yang cerah. Munculnya perusahaan-perusahaan film yang dibentuk oleh para sineas dan dipelopori ”Sticoting Hiburan Mataram” dan diikuti oleh Perusahaan Film Nasional Perfini dipimpin oleh Usmar Ismail dan Persatuan artis Republik Indonesia Persari yang dipimpin oleh Djamaludin Malik. Diikuti pula oleh Sarya Film Trading, Java Industrial Film, Bintang Surabaya, Tan Wong Brothers Film corp, Golden Arrow, Ksatrya Dharma Film, dan Benteng Film.

2.1.3 Representasi