2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara
berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi
yang tersedia untuk mentransmisikannya. 3.
Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk
keberadaan dan bentuknya sendiri John Fiske, 2004:60 .
2.1.8 Model Semiotika John Fiske
Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh seorang
semiotikus dalam mempelajari semua system tanda social lainnya. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari pemaknaan secara terpisah
dari kandungannya. Di dalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan”
dalam memaknai sebuah tanda Kurniawan, 2001; 156 .
Analisis yang dilakukan pada film Virgin 2 ini terbagi menjadi beberapa level, yakni :
1. Level Realitas Reality
Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian, dan make-up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, prilaku, dan ucapan,
gasture, ekspresi,suara, dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang di tangkap secara elektronik melalui kode-kode teknis. Kode-
kode sosial yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat berupa:
a. penampilan, kostum dan make-up yang digunakan oleh pemain utama
pada film Virgin 2. Dalam penelitian ini pemeran yang menjadi objek penelitian adalah Christina Santika. Bagaimana pakaian dan tata rias
yang digunakan, serta apakah kostum dan make-up yang ditampilkan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut kode sosial dan
kultural. b.
Lingkungan atau Setting, yang ditampilkan dari cerita dan tokoh dari film Virgin 2 ini, bagaimana simbol-simbol yang ditonjolkan serta
fungsi dan makna didalamnya. c.
Dialog, berupa apa makna dari kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dialog.
2. Level Representasi
Level rapresentasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara, yang ditransmisikan sebagai kode-kode representasi
yang bersifat konvensional. Bentuk-bentuk representasi dapat berupa cerita, karakter, action, dialog, setting, casting dan sebagainya. Level
representasi meliputi : 1.
Teknik Kamera : Jarak dan sudut pengambilan.
a. Long shot : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari
objek, menekankan pada background. Jika objeknya adalah manusia, maka dapat dikur antara lutut kaki hingga sedikit ruang
diatas kepala. Shot ini biasanya dipakai dalam fenomena sosial yang memperlihatkan banyak orang dalam shot yang lebih lama
dan lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya serta memberikan informasi mengenai penampilan tokoh mulai dari
gesture, body language cara berjalan dan sebagainya. b.
Establishing shot : Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan.
c. Medium shot : Biasanya digunakan untuk memperlihatkan
kehadiran dua atau tiga aktor secara dekat. Jika objeknya manusia maka dapat diukur sebatas dada hingga sedikit ruang diatas kepala.
d. Close up : Menunjukkan sedikit dari scene, seperti karakter wajah
dalam detail sehingga memenuhi layar, dan mengaburkan objek dengan konteksnya. Pengambilan ini memfokuskan pada perasaan
dan reaksi dari seseorang, dan kadangkala digunakan dalam percakapan untuk menunjukkan emosi seseorang.
e. View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera memandang
dan merekam objek.
f. Poin of view : sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan
posisinya pada pandangan seseorang yang ada dan sedang memperlihatkan aksi lain.
g. Selective focus : Memberikan efek dengan menggunakan peralatan
optikal untuk mengurangi ketajaman dari image atau bagian lainnya. Misalnya : Wide angle shot, title shot, anggle shot, dan
two shot. 2.
Manipulasi waktu Macamnya Sceen time, subjuctive time, compressed time, long take,
similtaneous time, slow motion, replay, flash back, flash forward, overlapping action, universal time, ambiguous time.
3. Teknik kamera : perpindahan
a. Zoom : Perpindahan tanpa memindahkan kamera hanya lensa
difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk memberikan kejutan kepada penonton.
b. Following pan : kamera berputar untuk mengikuti perpindahan
objek. Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan mood tertentu yang menunjukkan hubungan penonton dengan subjeknya.
c. Tracking dollying : perpindahan kamera secara pelan atau maju
menjauhi objek berbeda dengan zoom kecepatan tracking mempengaruhi perasaan penonton.
4. Teknik Editing
a. Cut : Perubahan secara tiba-tiba dari suatu pengambilan sudut
pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam-macam cut yang mempunyai efek untuk merubah scene, mempersingkat waktu,
memperbanyak point of view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.
b. Jump cut ; Untuk membuat suatu adegan yang dramatis.
c. Motived cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin
melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya. 5.
Penggunaan Suara a.
Comentar voice-over narration : Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian orang tertentu dari suatu program,
menambah informasi yang tidak ada dalam gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton dari suatu sudut
pandang, menghubugkan bagian atau sequences dan program secara bersamaan.
b. Sound effeck : Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu
kajian. c.
Musik : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi suatu adegan, warna emosional pada musik turut
mendukung keadaan emosional suatu adegan. 6.
Pencahayaaan : Macamnya soft and hard lighting, dan backlighting. Cahaya menjadi unsur media visual, karena cahayanyalah informasi
dapat dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda dapat dilihat. Maka penyajian film juga pada
mulanya disebut sebagai ”painting withlight”, melukis dengan cahaya. Namun dalam perkembangannya bartutur dengan gambar, ternyata
fungsinya berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau bisa menunjang dramatik
adegan Biran, 2006:43. 7.
Grafis : Macamnya teks, diagram dan animasi. 8.
Gaya Bercerita : Macamnya subjective treatment, objective treatment, parallel development, invisible editing, mise-en-scene, montage, talk
to camera, dan tone. 9.
Segi dan format lainnya : Macamnya shot, series, serial, talking heads, vox pop, dan
intertextuality. 10.
Mise-En-scene : kode-kode Mise-en-scene ialah alat-alat yang dipergunakan oleh pembuat film untuk merubah dan menyesuaikan
pembacaan shot yang akan kita lakukan. Mise-En-scene juga digunakan untuk mengungkapkan makna melalui suatu hubungan
antar adegan yang terlihat dengan adegan lainnya. Pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-
kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra
atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika didekati sebagai sistem tanda-
tanda Budiman, 2003 : 11 .
Tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut pada suara dan penataan musik yang ada pada level representasi, karena
keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan representasi kekerasan seksual pada film Virgin 2 ini.
3. Level Idiologi ideology