Seksualitas Dalam Norma – Norma Masyarakat

2.1.6 Seksualitas Dalam Norma – Norma Masyarakat

Seks berasal dari bahasa latin ”secare” yang artinya tebelah, dengan demikian seks adalah sesuatu yang membelah manusia menjadi dua : pria dan wanita.Subiyanto, 2005 : 20. Walaupun keberadaan seks pada awal kehidupan tidak jelas, namun pada awal terjadinya seks di muka bumi tidak ditujukan untuk reproduksi satu sel membelah menjadi dua melainkan sebaliknya. Seks primitif ada saat dua sel bergabung sejenak dan saling bertukar gen. Pada percobaannya oleh para peneliti, dua galur gonococcus penyebab gonore digabungkan di dalam satu cawan yang sama. Galur pertama kebal terhadap penisilin , sedangkan yang kedua tidak. Setelah beberapa lama semua gonococcus menjadi kebal terhadap penisilin. Bakteri-bakteri ini saling berpasangan dan bakteri yang kebal, memodifikasi gen yang tidak kebal. Percobaan ini membuktikan bahwa seks menjadi salah satu strategi bertahan hidup yang paling sederhana dengan adanya kerjasama. Pada perkembangannya kemudian seks menjadi reproduksi seksual , dimana seks digunakan secara rutin dalam proses reproduksi. Menurut Hidayana 2004 : 4 seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia. Seksualitas dapat juga dikatakan sebagai hasrat desire dan keinginan want, yang tumpah tindih dengan aspek – aspek lain kehidupan. Terdapat perbedan antara seks laki–laki dan perempuan. Seksualitas pada laki – laki adalah bila seorang anak laki – laki telah dewasa, maka naluri seks dalam tubuhnya akan lebih nyata dan menjadi kuat. Perangsangan dapat timbul setiap saat dan terjadi agak cepat dan mungkin timbul tanpa disadari. Sedangkan seksualitas pada perempuan berbeda dengan laki – laki, perasaan seksual umumnya terjadi dengan perangsangan yang lebih lambat, tidak sesering dan tidak senyata laki – laki. Sulistyo : 139 – 140. Sementara menurut Robert Masland dalam bukunya “ Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks “ seksualitas diartikan sebagai “ bagaimana laki – laki dan perempuan berbeda dan mirip satu sama lain, secara fisik, psikologis dan dalam istilah – istilah perilaku : 1. Aktifitas perasaan dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi, dan 2. Bagaimana laki – laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan dan di dalam kelompok. Sehingga dapat diterjemahkan ke dalam bahasa sederhana, seksualitas adalah bagaimana orang merasakan dan mengexpresikan sifat dasar dan ciri – ciri seksual yang khusus.Susanti, 2003 : 19. Istilah seksualitas menyangkut berbagai dimensi biologis, psikologis, sosial dan perilaku, dan cultural. Dilihat dari dimensi biologis, seksualitas berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana menjaga kesehatan, memfungsikan dengan optimal secara biologis, sebagai alat reproduksi, alat rekreasi dan dorongan seksual. Dimensi psikologis, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran jenis, dan perasaan terhadap seksualitas sendiri. Dimensi sosial menyorot kepada bagaiman seksualitas muncul dalam relasi antar manusia,, bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pada akhirnya prilaku seks kita. Dimensi perilaku menunjukkan bagaimana seksualitas itu diterjemahkan menjadi perilaku seksual. Perilaku seksual merupakan segala bentuk perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan seksual. Sebagai makhluk sosial, berbudaya, aktifitas seks manusia banyak dipengaruhi faktor – faktor dari dalam diri dan juga faktor lingkungan . Psikolog Kartini Kartono dalam bukunya “ Psikolog Wanita “ menemukan tiga macam komponen yang merupakan faktor yang menentukan seksualitas dalam diri manusia, yaitu : 1. Komponen hormonal, ditentukan oleh hormon – hormon tertentu yang mempengaruhi perkembangan dan aktifiatas seks, diantaranya adalah hormon esterogen kewanitaan dan hormon testoteron kelelakian. 2. Komponen genesis, terdapat dalam kromosom – kromosom seks, yaitu kromosom X atau kromosom betina dan kromosom Y atau kromosom jantan. Kromosom inilah yang menentukan jenis kelamin laki – laki, perempuan, laki-laki super jantan, atau laki – laki feminin. 3. Komponen psikologis, yang terdapat pada seksualitas manusia dipengaruhi oleh faktor – faktor lingkungan, keluarga, milenieu, alam sekitar, dan faktor – faktor cultural serta semua pengalaman hidup setiap individu.Praptoko, 1996 : 22. Artinya bahwa seksualitas manusia dipengaruhi oleh tiga komponen diatas. Ketidak normalan atau adanya gangguan dari ketiga komponen tersebut akan berimplikasi pada kehidupan seksual manusia . Sehingga segala permasalahan seks dihadapai manusia bila ditelusuri lebih jauh lagi dan akan bermuara pada tiga komponen tersebut. Komponen hormonal dan genesis akan lebih berpengaruh pada keadaan biologis tetapi tidak menutupi kemungkinan pada perilaku seksual. Keadaan biologis tersebut meliputi perkembangan dan fungsi organ kelamin baik primer maupun sekunder. Sedangkan komponen psikologis lebik banyak menentukan atau berpengaruh kepada prilaku seksual. Agar hubungan antar manusia di dalam masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma – norma dalam masyarakat. Mula – mula norma – norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja, namun lama – kelamaan norma – norma tersebut di buat secara sadar . Menurut Soerjono Soekanto 2004 norma – norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeeda – beda. Ada norma yang lemah, sedang, sampai terkuat daya ikatnya. Pada yang terakhir, umumnya anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma – norma tersebut secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian, yaitu : cara usage, kebiasaan folkway, tata kelakuan mores, dan adat istiadat custom. Masing – masing pengertian diatas mempunyai dasar yang sama yaitu masing – masing merupakan norma – norma kemasyarakatan bagi perilaku seseorang yang hidup dalam masyarakat. Setiap pengertian diatas mempunyai kekuatan yang berbeda karena setiap tingkatan menunjuk pada kekuatan memaksa yang lebih besar agar mentaati norma. Cara usage merupakan norma yang mempunyai kekuatang sangat lemah jika dibandingkan dengan kebiasaan folkway. Penyimpangan terhadapnya tidak akan menyebabkan hukuman yang berat tetapi hanya sekedar celaan. Kebiasaan folkway merupakan perbuatan yang diulang – ulang dalam bentuk yang sama dan diterima oleh masyarakat, sehingga setiap orang akan menyalahkan jika terjadi penyimpangan terhadap kebiasaan tersebut. Tata kelakuan mores memberikan batas – batas pada prilaku individu dan merupakan alat – alat serta melarang seseorang anggota msyarakat melalkukan suatu perbuatan . Tata kelakuan memaksa orang agar menyesuaikan tindakan – tindakannya dengan tata kelakuan dalam masyarakat yang berlaku. Tindakan yang menyimpang, dan jika tindakan yang menyimang masyrakat akan menghukum orang tersebut dengan maksud agar mereka menyesuaikan tindannya dengan tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat, misalnya prihal hubungan pria dan wanita. Adat istiadat custom merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola – pola prilaku dalam masyarakat dengan kekuatan yang lebih besar. Anggota masyarakat yang melanggar akan mendapat sangsi yang keras. Dalam berprilaku manusia terikat oleh batas – batas tertentu yang tidak boleh dilanggar, kalau batas – batas tersebut dilanggar maka orang yang bersangkutan akan di hukum. Apabila manusia memahami norma – norma yang mengatur kehidupan bersamanya maka akan timbul kecendrungan untuk mentaati norma – norma tersebut. Seks bebas adalah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan. Hasil poling yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Sahabat Anak Dan Remaja Indonesia Sahara Indonesia di kota Bandung, menyebutkan bahwa 44,8 persen mahasiswa dan remaja Bandung telah melakukan hubungan seks sebelum menikah. http:pribadi.or.iddiary20030705Bandung-lagi–survey-freesex-remaja . Hasil survey Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana UKSW di kota Salitiga terhadap 188 siswa dari emapat SMA swasta maupun negeri, menunjukkan bahwa sebanyak 3,2 persen siswa telah melakukan hubungan seks intercourse dan 2,13 persen telah mencoba melakukan petting mendekat alat kelamin tanpa intercourse. Hubungan seks yang dilakukan tersebut tidak hanya dilakukan pada pacar, melainkan juga pada teman pekerja seks . Perbuatan tersebut paling banyak dilakukan di dalam rumah sendiri, hotel, maupun losmen.www. Penulislepas.com. Sistem sosial kita telah banyak mengalami pergeseran nilai, termasuk dalam masalah seksualitas. Menurut Psikolog dari UKSW, Jimmy E Kurniawan bahwa keluarga, sekolah, maupun pemuka agama harus ikut bertanggung jawab atas terjadinya fenomena ini. Tetapi, jangan lupa pengaruh media massa pengusung berhala syahwatlah yang paling besar andilnya dalam merangsang remaja kita untuk melakukan pergaulan seks bebas. Televisi, koran, tabloid, majalah, VCD, dan internet disadari atau tidak, telah menjadi agen provokasi untuk melakukan seks pranikah. Fenomena seks bebas dapat di kurangi dengan memberikan pengarahan mengenai seks yang sehat sesuai dengan norma keluarga, sekolah, masyarakat, dan agama. Seks yang tidak melahirkan rasa bersalah, penyesalan, dan rasa rendah diri. Menurut Sarlito W Sarwono 1994, pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yaitu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek – aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma – norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar peraturan – peraturan yang berlaku.

2.1.7 Analisis Semiotika