memilih alat dari pemetaan aliran proses yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam mengidentifikasi pemborosan waste.
Pada proses ini dilakukan proses pemetaan dari future state yang diusulkan Value Stream
berfokus pada proses value adding dan non-value adding. Value Stream Mapping
dikembangkan pada tahun 1995. alasan yang mendasari pengumpulan dan penggunaan serangkaian tool ini adalah untuk membantu para
peneliti atau para praktisi dalam mengidentifikasikan pemborosan pada individual value stream
dan mendapatkan jalan yang tepat untuk menghilangkannya. Untuk lebih jelasnya berikut detil dari ketujuh tool yang dikemukakan oleh HinesRich
2005 dalam VALSAT:
1. Proses Activity Mapping PAM
Pada dasarnya tool ini digunakan untuk me-record seluruh aktivitas dari suatu proses dan berusaha untuk mengurangi aktivitas yang kurang penting,
menyederhanakannya, sehingga dapat mengurangi waste. Dalam tool ini aktivitas dikategorikan dalam beberapa kategori seperti: operation, transport,
inspection , dan storage. Selain aktivitas, tool ini juga me-record mesin dan
area yang digunakan dalam operasi, serta jarak perpindahan, waktu yang dibutuhkan , dan jumlah operator. Dalam proses penggunaan tool tersebut
peneliti harus memahami dan melakukan studi berkaitan dengan aliran proses, selalu berpikir untuk mengidentifikasi waste, berpikir untuk tentang aliran
proses yang sederhana, efektif dan smooth dimana hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah urutan proses atau process rearrangement HinesRich,
2005.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Supply Chain Response Matrix
Tool ini meruoaka sebuah diagram sederhana yang berusaha menggambarkan
the critical lead time constraint untuk setiap bagian proses dalam supply
chain , yaitu cumulative lead time di dalam distribusi sebuah perusahaan baik
supplier -nya dan downstream retailer-nya. Diagram ini terdapat dua axis
dimana untuk vertical axis menggambarkan rata – rata jumlah inventory hari dalam setiap bagian supply chain. Sedangkan untuk horizontal axis
menunjukkan cumulative lead time-nya.
3. Production Variety Funnel
Teknik pemetaan secara visual dengan cara melakukan plot pada sejumlah produk yang dihasilkan dalam setiap tahap proses manufaktur. Teknik ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi titik mana sebuah produk generic diproses menjadi beberapa produk yang spesifik, dapat menunjukkan area bottleneck
pada desain proses.
4. Quality Filter Mapping
Quality filter mapping merupakan tool untuk mengidentifikasi dimana terdapat
problem kualitas. Hasil dari pendekatan ini menunjukkan dimana tiga tipe defect
terjadi. Ketiga tipe defect tersebut adalah product defect cacat fisik produk yang lolos ke customer, service defect permasalahan yang dirasakan
customer berkaitan dengan cacat kualitas pelayanan, dan internal defect cacat
masih berada dalam internal perusahaan, sehinggaberhasil diseleksi dalam tahap inspeksi. Ketiga tipe defect tersebut digambarkan secara latotudinaly
sepanjang supply chain.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5. Demand Amplification Mapping