2.5.5 Control C
Merupakan langkah operasional kelima dalam program peningkatan kualitas Six Sigma
. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses
distandarisasikan dan disebarkan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab
ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses, yang berarti proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini. Standarisasi dimaksudkan untuk
mencegah masalah yang sama atau praktek-praktek lama terulang kembali.
Sumber : “Pedoman Implementasi Six Sigma”, hal.293, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta Gaspersz, Vincent, 2002 .
2.6 Failure Mode Effect Analysis FMEA
FMEA adalah sekumpulan petunjuk, sebuah proses, dan form untuk mengidentifikasi dan mendahulukan masalah-masalah potensial
kegagalan. Sumber : “The Six Sigma Way”, hal.402, Penerbit Andi,
Yogyakarta, Cavanagh, Peter S. Pande, Robert P.Neuman, 2002 .
Definisi FMEA yang lain yaitu suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. Mode
kegagalan ini meliputi apa saja yang termasuk dalam kecacatan desain, kondisi di luar batas spesifikasi yang telah ditetapkan atau perubahan-perubahan dalam
produk yang menyebabkan terganggunya fungsi dari produk itu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pada dasarnya FMEA terbagi menjadi 2 yaitu FMEA Design yang dipergunakan untuk memprediksi kesalahan yang akan terjadi pada desain proses
produk, sedangkan FMEA process untuk mendeteksi kesalahan pada saat proses telah dijalankan. Dengan menggunakan FMEA maka akan meningkatkan
keandalan dari suatu produk dan pelayanan sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan yang menggunakan produk dan pelayanan tersebut.
Tahapan FMEA sendiri adalah : 1. Menetapkan batasan proses yang akan dianalisa, didapatkan dari tahap
define dari proses DMAIC.
2. Melakukan pengamatan terhadap proses yang akan dianalisa. 3. Hasil pengamatan digunakan untuk menemukan kesalahan defect
potensial pada proses. 4. Mengidentifikasi potensial cause penyebab dari kesalahan defect
yang terjadi. 5. Mengidentifikasikan akibat effect yang ditimbulkan.
6. Menetapkan nilai-nilai dengan jalan brainstorming dalam point : - Keseriusan akibat kesalahan terhadap proses lokal, lanjutan dan
terhadap konsumen severity. - Frekuensi terjadinya kesalahan occurance.
- Alat kontrol akibat potential cause detection. 7. Memasukkan kriteria nilai sesuai dengan 3 kriteria yang telah dibuat
sebelumnya. 8. Dapatkan nilai RPN Risk Potential Number dengan jalan mengalikan
nilai SOD Severity, Occurance, Detection.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9. Pusatkan perhatian pada nilai RPN yang tertinggi, segera lakukan perbaikan terhadap potential cause, alat control dan efek yang
diakibatkan. 10. Buat implementation action plan, lalu terapkan.
11. Ukur perubahan yang terjadi dalam RPN dengan langkah-langkah yang sama diatas.
12. Apabila ada perubahan maka pusatkan perhatian pada potential cause yang lain. Tidak ada angka acuan RPN untuk melakukan perbaikan.
2.6.1 Severity
Severity merupakan suatu estimasi atau perkiraan subyektif tentang
bagaimana pengaruh buruk yang dirasakan akibat kegagalan dalam proses produk atau jasa. Adapun skala yang menggambarkan severity dapat diinterpretasikan
pada tabel 2.2 sebagai berikut :
Tabel 2.3 Skala Penilaian Severity
Rating Kriteria
Deskripsi
1 Negligible severity
Pengaruh buruk yang dapat diabaikan 2
Mild severity Pengaruh yang ringan atau sedikit
3 Mild severity
Pengaruh yang ringan atau sedikit 4
Moderat severity Pengaruh buruk yang moderat masih
berada dalam batas toleransi
5 Moderat severity
Pengaruh buruk yang moderat masih berada dalam batas toleransi
6 Moderat severity
Pengaruh buruk yang moderat masih berada dalam batas toleransi
7 High severity
Pengaruh buruk yang tinggi berada di luar batas toleransi
8 High severity
Pengaruh buruk yang tinggi berada di luar
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
batas toleransi 9
Potential safety problem
Akibat yang ditimbulkan sangat berbahaya berkaitan dengan keselamatan atau
keamanan potensial
2.6.2 Occurrence
Occurrence menunjukkan nilai keseringan suatu masalah terjadi karena
potensial cause. Adapun skala yang menggambarkan occurrence dapat diinterpretasikan pada tabel 2.3 sebagai berikut :
Tabel 2.4 Skala Penilaian Occurrence
Rating Tingkat Kegagalan
Deskripsi 1
1 dalam 1.000.000 Tidak mungkin bahwa penyebab ini yang
menyebabkan mode kegagalan 2
1 dalam 20.000 Kegagalan akan jarang terjadi
3 1 dalam 4.000
Kegagalan akan jarang terjadi 4
1 dalam 1.000 Kegagalan agak mungkin terjadi
5 1 dalam 400
Kegagalan agak mungkin terjadi 6
1 dalam 80 Kegagalan agak mungkin terjadi
7 1 dalam 40
Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 8
1 dalam 20 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi
9 1 dalam 8
Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi
10 1 dalam 2
Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi
2.5.3 Detection
Detection merupakan alat kontrol yang digunakan untuk mendeteksi
potential cause . Adapun skala yang menggambarkan detection dapat
diinterpretasikan dalam tabel 2.4 sebagai berikut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 2.5 Skala Penilaian Detection
Rating Degree
Deskripsi 1
Very high Otomatis proses dapat mendeteksi kesalahan
yang terjadi komputerisasi
2 Very high
Hampir semua kesalahan dapat dideteksi oleh alat kontrol visual pada bentuk barang dan
double checking
3 High
Alat kontrol cukup andal untuk mendeteksi kesalahan visual pada bentuk barang
4 High
Alat kontrol relatif andal untuk mendeteksi kesalahan visual pada bentuk barang
5 Moderate
Alat kontrol bisa mendeteksi kesalahan visual pada susunan barang
6 Moderate
Alat kontrol cukup bisa mendeteksi kesalahan visual pada susunan barang
7 Low
Keandalan alat kontrol untuk mendeteksi kesalahan rendah pengamatan fisik
8 Low
Keandalan alat kontrol untuk mendeteksi kesalahan sangat rendah perubahan warna
9 Very low
Alat kontrol tidak bisa diandalkan untuk mendeteksi kesalahan feeling berdasar
pengalaman masa lalu
10 Very low
Tidak ada alat kontrol yang bisa digunakan untuk mendeteksi kesalahan
2.7 Penelitian Terdahulu