1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika bahasa Yunani : fysikos, “alamiah”, dan fysis, “alam” adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas
http:id.wikipedia.orgwikiFisika.
Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa mata pelajaran fisika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Karakteristik
fisika yang bersifat abstrak dan harus menghafal rumus membuat kebanyakan siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit. Disinilah
tugas dari seorang guru fisika benar-benar harus ditunjukkan. Guru harus terus berlatih bagaimana membantu siswa belajar fisika. Hendaknya guru
fisika melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru fisika.
Tugas guru
fisika bukan
hanya menyampaikan
materi pembelajaran, namun juga harus bisa membuat siswa menyukai fisika. Salah
satunya adalah dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Guru fisika dituntut menguasai banyak metode pembelajaran,
dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyaknya metode pembelajaran yang ada membuat guru
harus lebih selektif untuk menggunakannya saat mengajar, agar tidak terjadi perbedaan pemahaman.
Unsur penting dalam pembelajaran yang baik adalah 1 Siswa yang belajar, 2 Guru yang mengajar, 3 Bahan pelajaran, 4 Hubungan
antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang penting adalah siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk
membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika itu sendiri. Dari pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan, mengerti
keadaan siswa sehingga dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan perkembangan siswa, dapat menyusun bahan sehingga mudah ditangkap
siswa. Paul Suparno,2007:2. Menurut Winkel 1987, pembelajaran berlangsung di dalam kelas,
dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses tersebut. Komponen-komponen tersebut antara lain prosedur didaktif,
media pengajaran, pengelompokan siswa dan materi pelajaran. Peranan dalam membimbing pada dasarnya ikut dalam prosedur didaktif. Prosedur
didaktif menunjuk pada kegiatan-kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut,
disamping harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan guru juga dituntut untuk mengetahui secara tepat posisi pengetahuan siswa sebelum
mengikuti pelajaran tertentu. Pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together
merupakan suatu
metode pembelajaran
yang mengedepankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam mencari,
mengolah dan melaporkan informasi yang akhirnya dipresentasikan di
depan kelas. Pada metode pembelajaran ini setiap siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing diberi nomor kepala. Setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, karena pada saat presentasi guru akan memanggil nomor kepala siswa sebagai wakil
kelompok. Selain itu keunggulan dari metode Numbered Heads Together adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain
namun setiap anggota dapat saling membantu dalam memahami suatu materi demi tercapainya keberhasilan dalam kelompok.
Proses pembelajaranbiasanya menggunakan metode konvensional ceramah dalam menyampaikan materi sehingga siswa cepat bosan. Oleh
karena itu, peneliti dan guru kelas mencari penyelesaian masalah tersebut untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan Gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah