Motivasi dan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada pokok bahasan gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/1014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : (1) kuesioner motivasi belajar siswa, (2) tes prestasi yang terdiri dari pre test dan post test, (3) lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) alat dokumentasi. Data hasil kuesioner motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil kuesioner motivasi belajar siswa. Data tes prestasi belajar siswa yaitu pre test dan post test dianalisis mengunakan uji t untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat menumbuhkan motivasi belajar fisika siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis kuesioner motivasi belajar fisika siswa, yaitu 48,57% siswa memiliki motivasi yang cukup baik, 42,85% siswa memiliki motivasi yang baik, dan 8,57% siswa memiliki motivasi yang sangat baik. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Hasil analisis data skor pre test dan post test menggunakan uji t diperoleh nilai t sebesar -18,77. Nilai thitung =
-18,77< ttabel = 2,042,. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar yang
(2)
ABSTRACT
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. The Motivation and Physics Learning Achievement Through Cooperative Learning Model Application Type Numbered Heads Together (NHT) in Class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta. Thesis. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher’s Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to understanding the increase in motivation and achievement through the application of cooperative learning model Numbered Heads Together in the subject of force in class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta academic year 2013/2014.
The subject of this research was eight grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High Shcool Yogyakarta academic year 2013/2014. This research applied quantitative analysis. Research instruments used in data collection, consist of : (1) Students motivation questionnaires, (2) Students academic achievement test in the form of pre test and post test, (3) Students motivation interview sheet, and (4) documentation tools. Data of students motivation questionnaires were analyzed quantitatively by determine the total score and the percentage of the students motivation indvidually and overall. Data of interview were analized qualitative descriptively as the strengthening of the result of students motivation questionnaires. Data of academic achievement tests are the result of pre test and post test were analyzed using t test to know enhancement of students academic achievement.
The result of the research showed that (1) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together that can motivate students to learn physics. It was shown from the result of questionnaires that the students motivation in the overall height criteria. (2) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together was increase to improving students achievement. The result from analyzed of score pre test and post test with t
test calculations obtained tcount = -18,77 < ttable = 2,042. Therefore, it can be conclude that there
(3)
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN GAYA KELAS VIIIF SMP
PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Hana Widyastuti Wiratmoko NIM: 081424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(4)
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN GAYA KELAS VIIIF SMP
PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Hana Widyastuti Wiratmoko NIM: 081424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(5)
(6)
(7)
KATA MOTIVASI
"Banyak orang berhenti berupaya, saat sebetulnya mereka
sudah hampir sampai. Sabarlah, selangkah lagi.”
"Satu ide sederhana yang menjadi kenyataan, lebih baik
daripada banyak ide yang hanya dalam khayalan.”
(Mario Teguh)
Kegagalan dapat disebabkan oleh dua hal :
1.
Berpikir tapi tak pernah bertindak
2.
Bertindak tapi tak pernah berpikir
(8)
(9)
(10)
ABSTRAK
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/1014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : (1) kuesioner motivasi belajar siswa, (2) tes prestasi yang terdiri dari pre test dan post test, (3) lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) alat dokumentasi. Data hasil kuesioner motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil kuesioner motivasi belajar siswa. Data tes prestasi belajar siswa yaitu pre test dan post testdianalisis mengunakan uji tuntuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat menumbuhkan motivasi belajar fisika siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis kuesioner motivasi belajar fisika siswa, yaitu 48,57% siswa memiliki motivasi yang cukup baik, 42,85% siswa memiliki motivasi yang baik, dan 8,57% siswa memiliki motivasi yang sangat baik. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Hasil analisis data skor pre test dan post test menggunakan uji t diperoleh nilai t sebesar -18,77. Nilai thitung= -18,77< ttabel= 2,042,. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
(11)
ABSTRACT
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. The Motivation and Physics Learning Achievement Through Cooperative Learning Model Application Type Numbered Heads Together (NHT) in Class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta. Thesis. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher’s Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to understanding the increase in motivation and achievement through the application of cooperative learning model Numbered Heads Together in the subject of force in class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta academic year 2013/2014.
The subject of this research was eight grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High Shcool Yogyakarta academic year 2013/2014. This research applied quantitative analysis. Research instruments used in data collection, consist of : (1) Students motivation questionnaires, (2) Students academic achievement test in the form of pre test and post test, (3) Students motivation interview sheet, and (4) documentation tools. Data of students motivation questionnaires were analyzed quantitatively by determine the total score and the percentage of the students motivation indvidually and overall. Data of interview were analized qualitative descriptively as the strengthening of the result of students motivation questionnaires. Data of academic achievement tests are the result of pre test and post test were analyzed using t test to know enhancement of students academic achievement.
The result of the research showed that (1) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together that can motivate students to learn physics. It was shown from the result of questionnaires that the students motivation in the overall height criteria. (2) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together was increase to improving students achievement. The result from analyzed of score pre test and post test with t test calculations obtained tcount = -18,77< ttable = 2,042. Therefore, it can be
conclude that there was enhancement of students academic achievement is significant.
(12)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan kasih karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi dengan
judul “Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu, mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa M.S sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ign. Antang Hartoko, S.Pd., selaku Kepala Sekolah di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk melaksakan penelitian.
(13)
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Pembatasan Masalah ... 5
F. Pembatasan Istilah ... 5
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II DASAR TEORI ... 9
A. Pengertian Belajar ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ... 13
C. Numbered Heads Together (NHT) ... 17
(15)
E. Prestasi Belajar Siswa ... 22
F. Gaya ... 23
G. Kerangka Berfikir ... 27
H. Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Variabel Penelitian ... 30
D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30
E. Bentuk Data Penelitian ... 30
F. Metode Pengumpulan Data ... 31
G. Instrumen Penelitian ... 32
H. Dokumentasi ... 34
I. Metode Analisis Data ... 34
J. Rencana Tahap – Tahap Penelitian ... 36
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 48
1. Analisis Kuesioner Motivasi Siswa ... 48
2. Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 52
3. Analisis Hasil Wawancara ... 54
C. Beberapa Catatan Penelitian ... 59
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 61
A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN ...
(16)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
Tabel 3.1 Peta konsep Kuesioner ... 33
Tabel 3.2 Pedoman Skor Kuesioner ... 35
Tabel 4.1 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 48
Tabel 4.2 Kategori Hasil Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 50
Tabel 4.3 Presentase Setiap Kategori Hasil Analisis Kuesioner ... 51
Tabel 4.4 Analisis Hasil Skor Pretest dan Postest ... 52
Tabel 4.5 Paired Samples Statistics ... 54
Tabel 4.6 Paired Samples Correlations ... 54
Tabel 4.7 Paired Samples Test ... 54
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A
A.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran .... 65
A.2 Distribusi Soal Pretest Menurut Konsep dan Indikator Pembelajaran .... 66
A.3 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Pretest Pilihan Ganda dan Skor Maksimal ... 68
A.4 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Pretest Uraian dan Skor Maksimal . 70 A.5 Distribusi Soal Postest Menurut Konsep dan Indikator Pembelajaran .... 71
A.6 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Postest Pilihan Ganda dan Skor Maksimal ... 72
A.7 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Postest Uraian dan Skor Maksimal .. 74
A. 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 75
A. 9 Daftar Nama Kelompok ... 91
A. 10 Lembar Soal Pretest ... 92
A. 11 Jawaban Lembar Soal Pretest ... 96
A. 12 Lembar Kerja Siswa 1 ... 99
A. 13 Jawaban Lembar Kerja Siswa 1 ... 100
A. 14 Lembar Kerja Siswa 2 ... 102
A. 15 Jawaban Lembar Kerja Siswa 2 ... 104
A. 16 Lembar Kerja Siswa 3 ... 105
A. 17 Jawaban Lembar Kerja Siswa 3 ... 106
A. 18 Lembar Kerja Siswa 4 ... 107
A. 19 Jawaban Lembar Kerja Siswa 4 ... 108
A. 20 Lembar Soal Postest ... 111
A. 21 Jawaban Lembar Soal Postest ... 115
A. 22 Kuesioner Motivasi Belajar ... 118
(18)
LAMPIRAN B
B.1Hasil Kerja Siswa Pretest ... 122
B.2 Hasil Kerja Siswa LKS 1 ... 126
B.3 Hasil Kerja Siswa LKS 2 ... 129
B.4 Hasil Kerja Siswa LKS 3 ... 135
B.5 Hasil Kerja Siswa LKS 4 ... 139
B.6 Hasil Kerja Siswa Postest ... 143
B.7 Hasil Kerja Siswa Kuesioner ... 149
B. 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 158
B. 9 Surat Keterangan Penelitian ... 159
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika (bahasa Yunani : fysikos, “alamiah”, dan fysis, “alam”)
adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas (http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika).Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa mata pelajaran fisika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Karakteristik fisika yang bersifat abstrak dan harus menghafal rumus membuat kebanyakan siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit. Disinilah tugas dari seorang guru fisika benar-benar harus ditunjukkan. Guru harus terus berlatih bagaimana membantu siswa belajar fisika. Hendaknya guru fisika melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa takut dengan guru fisika.
Tugas guru fisika bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, namun juga harus bisa membuat siswa menyukai fisika. Salah satunya adalah dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Guru fisika dituntut menguasai banyak metode pembelajaran, dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar berlangsung. Banyaknya metode pembelajaran yang ada membuat guru harus lebih selektif untuk menggunakannya saat mengajar, agar tidak terjadi perbedaan pemahaman.
(20)
Unsur penting dalam pembelajaran yang baik adalah (1) Siswa yang belajar, (2) Guru yang mengajar, (3) Bahan pelajaran, (4) Hubungan antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang penting adalah siswa yang aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika itu sendiri. Dari pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan, mengerti keadaan siswa sehingga dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan perkembangan siswa, dapat menyusun bahan sehingga mudah ditangkap siswa. (Paul Suparno,2007:2).
Menurut Winkel (1987), pembelajaran berlangsung di dalam kelas, dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan proses tersebut. Komponen-komponen tersebut antara lain prosedur didaktif, media pengajaran, pengelompokan siswa dan materi pelajaran. Peranan dalam membimbing pada dasarnya ikut dalam prosedur didaktif. Prosedur didaktif menunjuk pada kegiatan-kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di dalam kelas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, disamping harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan guru juga dituntut untuk mengetahui secara tepat posisi pengetahuan siswa sebelum mengikuti pelajaran tertentu.
Pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi yang akhirnya dipresentasikan di
(21)
depan kelas. Pada metode pembelajaran ini setiap siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing diberi nomor kepala. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, karena pada saat presentasi guru akan memanggil nomor kepala siswa sebagai wakil kelompok. Selain itu keunggulan dari metode Numbered Heads Together adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain namun setiap anggota dapat saling membantu dalam memahami suatu materi demi tercapainya keberhasilan dalam kelompok.
Proses pembelajaranbiasanya menggunakan metode konvensional ceramah dalam menyampaikan materi sehingga siswa cepat bosan. Oleh karena itu, peneliti dan guru kelas mencari penyelesaian masalah tersebut untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
(22)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang lebih spesifik sebagai berikut:
1. Banyak siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit karena bersifat abstrak dan terdiri dari berbagai macam rumus.
2. Pembelajaran di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta masih
menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar yang mengakibatkan nilai hasil belajar rendah. 3. Adanya kemungkinan keberhasilan penerapan model pembelajaran
koopertif Numbered Heads Together untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar fisika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta kelas VIIIF pada materi Gaya?
(23)
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa dengan cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta kelas VIIIF pada materi Gaya.
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut serta mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan, dan waktu maka pada penelitian ini penulis membatasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
2. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan Gaya di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. 3. Hasil penelitian diterapkan sebatas untuk kelas VIIIF SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta.
F. Pembatasan Istilah
Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah agar penelitian ini mempunyai makna yang tidak kabur.
(24)
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda. Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya.
2. Numbered Heads Together
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas. Pada metode pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing diberi nomor. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, karena pada saat presentasi guru akan memanggil nomor siswa sebagai wakil kelompok.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada dalam tubuh seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapai suatu tujuan. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi
(25)
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2008:75).
4. Prestasi Belajar
Secara umum prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar (Winkel, 1986).
5. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan, yang mengakibatkan perubahan gerak benda atau bentuk benda. Satuan dari gaya dalam MKS adalah Newton (N) dan dalam cgs adalah dyne.
Berdasarkan uraian pembatasan istilah, maka pada penelitian ini akan dibahas mengenai keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan pokok bahasan gaya.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan wawasan dalam mengelola pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
(26)
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilam sosial siswa antara lain; belajar kerjasama, bertanggungjawab dan berinteraksi dengan teman sebaya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi penulis dalam mengelola pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together saat penulis telah memasuki dunia kerja nanti.
(27)
BAB II DASAR TEORI
A. Pengertian Belajar
Menurut Sardiman (2008) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Winkel (1987) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Agar pengertian belajar tidak melenceng pada hakikat belajar sendiri, maka akan dikemukakan definisi tentang belajar menurut para pakar pendidikan (Suparjo, A., 2009:2) sebagai berikut :
1. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.
2. Menurut Harold Spears,learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata
(28)
lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
3. Menurut Morgan,learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
Dari uraian definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan pribadi siswa dan bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman siswa.
Sistematika lima jenis belajar menurut Robert M. Gagne antara lain:
1. Informasi verbal (verbal information) adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.
2. Kemahiran intelektual (intellectual skill) adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar).
3. Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy) adalah suatu cara menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri.
4. Ketrampilan motorik (motor skill) adalah orang yang mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan-urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
(29)
5. Sikap (attitude) adalah kemampuan untuk mengambil keputusan apakah suatu obyek tertentu itu baik/tidak.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, dan menurut Muhibbin (2005:132), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa antara lain:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi dua macam yaitu:
a. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis merupakan aspek yang bersifat jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sendinya terutama indera pendengaran dan indera penglihatan siswa yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek yang bersifat rohaniah yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini ada berbagai model klasifikasi faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar seperti yang diungkapkan Sardiman
(30)
(2008) antara lain perhatian, intelegensi siswa, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, minat dan motivasi. 2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor eksternal meliputi dua macam yaitu:
a. Lingkungan Sosial
1) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
2) Lingkungan sosial siswa yang meliputi masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa.
3) Lingkungan sosial siswa yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan keluarga.
b. Lingkungan Non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
(31)
c. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning)
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Hal ini didukung dengan pernyataan Syaiful dan Aswan (2010) bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Selain itu, metode pembelajaran berfungsi merupakan salah satu bentuk motivasi ekstrinsik sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan semangat belajar siswa yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan
(32)
terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggotanya (Priyanto dalam Made Wena, 2009:189).
Sedangkan menurut Made Wena (2009) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya.
2. Unsur-unsur dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie (dalam Made Wena, 2009:190) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan dan ketergantungan satu sama lain. Dalam hal ini kebutuhan siswa tentu terkait dengan pembelajaran. Suasana saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi yaitu ketergantungan dalam pencapaian tujuan, menyelesaikan tugas, bahan atau sumber belajar, peran dan ketergantungan hadiah.
b. Interaksi Tatap Muka (face to face interaction)
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat
(33)
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa menerapkan keterampilan bekerja sama untuk menjalin hubungan dengan sesama anggota kelompok.
c. Akuntabilitas Individual (Individual Accountability)
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran secara maksimal,karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa.
d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar pribadi atau keterampilan sosial (Use of collarative/social skill)
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota kelompok. Oleh karena itu, keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide, mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dapat bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi.
(34)
3. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Sintak model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suparjo (2009) terdiri dari 6 fase yaitu:
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
4. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat banyak pendekatan yang dapat digunakan (Arends, 2008) yaitu Student Teams Achievement Divisions (STAD), Jigsaw, Group Investigation (GI), Think-Pair-Share, Numbered Heads Together (NHT), Team Assited Individualization atau Team Accelerated Instruction (TAI).
(35)
C. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pendekatan Numbered Heads Together terdiri atas empat langkah yaitu penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab.
Dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Arends 2008) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran.
Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together a. Numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1-5.
b. Questioning
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, bentuk pertanyaan bisa sangat spesifik dan bervariasi.
(36)
c. Heads Together
Siswa menyatukan pemikiran mereka untuk menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
d. Answering
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
2. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Terjadi interaksi positif antara siswa melalui diskusi dalam menyelesaikan masalah.
b. Siswa pandai maupun siswa yang lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.
c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, diskusi dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
e. Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi yang diberikan sebab setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk mempertanggungjawabkan tugas kelompok di depan kelas, karena penunjukan dilakukan secara acak.
(37)
3. Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah. b. Proses diskusi tidak dapat berjalan lancar jika ada siswa yang
sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.
c. Dalam membentuk kelompok memerlukan waktu yang cukup lama karena kelompok disusun secara heterogen.
4. Cara meminimalisir Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together.
a. Upaya dari guru dan teman sekelompok untuk memberikan motivasi pada siswa yang lemah agar dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
b. Adanya upaya untuk meningkatkan tanggung jawab individu untuk belajar bersama-sama.
D. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi cukup tinggi, bisa jadi gagal karena kekurangan motivasi dalam belajarnya (Sardiman; 2008).
(38)
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya (Hamzah, 2008:1).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam (Made Wena, 2009: 33) yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaanya karena pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk belajar; tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.
Menurut Amir Daien Indrakusuma (1973:162), motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga
(39)
yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar siswa.
Sedangkan menurut Winkel dalam Abd.Rachman Abror (1993:114), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah proses yang memberikan semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama demi tercapainya suatu tujuan.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu, menurut Sardiman (2008) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan tujuannya.
(40)
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain
dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang baik.
Motivasi yang ada pada diri siswa dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa (Made Wena, 2009: 33) yaitu menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, ketekunan dalam kegiatan belajar, keantusiasan dalam belajar, keterlibatan dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu, selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.
E. Prestasi Belajar Siswa
Secara umum prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar (Winkel, 1986). Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan keberhasilan siswa setelah proses belajar diberikan tes atau ulangan.
(41)
F. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan, yang mengakibatkan perubahan gerak benda atau bentuk benda. Satuan dari gaya dalam MKS adalah Newton (N) dan dalam cgs adalah dyne.
Gaya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Gaya sentuh, yaitu gaya yang hanya bisa bekerja pada benda jika terjadi sentuhan antara sumber gaya dan benda. Contoh : gaya otot, gaya tarik/dorong, gaya gesekan.
b. Gaya tak sentuh, yaitu gaya yang bisa bekerja pada benda tanpa terjadi sentuhan antara sumber gaya dan benda. Contoh : gaya gravitasi, gaya listrik, gaya magnet.
Pengaruh gaya pada benda adalah :
a. Benda diam menjadi bergerak, misal: meja yang didorong. b. Benda bergerak menjadi diam, misal: bola yang ditangkap. c. Bentuk dan ukuran benda berubah, misal: pegas yang ditarik. d. Arah gerak benda berubah, misal: bola yang dipukul kemudian
mengenai dinding dan berbalik arah.
Gaya mempunyai besar dan arah. Alat untuk mengukur besar gaya secara langsung adalah neraca pegas. Besarnya gaya yang diukur ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang ada pada neraca pegas.
Resultan gaya
(42)
Jika ada dua gaya, misalnya F1 dan F2 bekerja pada suatu benda, maka
resultan gaya R dituliskan sebagai R = F1 + F2.
Jika dua buah gaya atau lebih arahnya sama, maka gaya-gayanya dijumlahkan
+ =
Jika dua buah gaya atau lebih arahnya berlawanan, maka gaya-gayanya dikurangkan
+ =
Dua buah gaya yang saling tegak lurus, resultan gayanya diperoleh dengan menggunakan rumus Phytagoras
Jika dua buah gaya yang besarnya sama bekerja pada sebuah benda dengan arah yang berlawanan, maka diperoleh resultan gaya sama dengan nol. Pada keadaan ini tidak terjadi perubahan gerak. Artinya benda tersebut tetap berada pada keadaan diam atau jika bergerak maka akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (gerak lurus beraturan).
+ = 0
Gaya gesek
Gaya gesek adalah gaya yang menghambat gerakan benda. Gaya gesek bekerja di antara permukaan benda yang saling bersentuhan.
(43)
Jenis-jenis gaya gesek :
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring.
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan.
Karakteristik dari gaya gesek adalah sebagai berikut:
Antara dua buah benda yang bersentuhan terjadi gaya gesek.
Sebuah benda akan bergerak jika gaya yang bekerja pada benda lebih besar dari gaya geseknya.
Gaya gesek selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda.
Besarnya gaya gesek antara dua buah benda ditentukan oleh kekasaran atau kehalusan permukaan-permukaan yang bersentuhan.
Gaya gesek yang menguntungkan antara lain:
Gaya gesekan antara kaki dengan lantai pada saat berjalan. Jika permukaan lantai / telapak kaki licin, maka dapat dipastikan orang yang berjalan tersebut akan tergelincir.
(44)
Gaya gesekan penggunaan rem pada sepeda / motor / mobil, yang berfungsi untuk menghentikan kelajuan kendaraan tersebut.
Gaya gesekan udara saat parasut dikembangkan.
Gaya gesekan antara ban yang dibuat bergerigi dengan permukaan jalan sehingga kendaraan tidak selip.
Gaya gesek yang merugikan antara lain:
Gaya gesekan pada komponen mesin yang berputar dan bersentuhan satu sama lain. Merugikan karena akan menimbulkan panas dan mesin cepat aus sehingga mudah rusak.
Gaya gesekan antara permukaan ban dengan jalan raya. Pada jalan raya yang kasar tidak rata, gaya gesekan antara roda dan jalan sangat besar, sehingga sulit untuk melaju cepat.
Gaya gesekan udara dengan benda yang bergerak. Contoh : mobil balap didesain sedemikian rupa supaya gaya gesekan udara tidak mengurangi kelajuan mobil.
Gaya berat
Gaya berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda. Satuan berat adalah Newton.
Hubungan antara massa dan berat w = m. g m =
(45)
dengan : w = berat benda (N) m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (N/kg atau m/s2)
Penelitian dengan metode Numbered Heads Together pernah dilakukan pada bidang Matematika oleh Dewi Puspa Ningrum (2012), dengan hasil (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together efektif dalam menumbuhkan motivasi belejar siswa. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
G. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together mengedepankan pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada model pembelajaran ini siswa dikelompok dalam kelompok kecil dan berdiskusi bersama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru sehingga akan terbentuk interaksi positif antar siswa. Dengan demikian siswa akan bekerja sama dan saling membantu dalam memecahkan masalah demi keberhasilan kelompok tersebut.
Dengan terciptanya aktivitas dan interaksi yang positif antar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, akan tumbuh kemauan dan minat siswa dalam belajar karena siswa saling memotivasi satu sama lain dalam bekerja
(46)
sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dengan demikian akan tercipta motivasi belajar yang tinggi.
Di sisi lain motivasi sangat besar peranannya terhadap prestasi belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat, kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar sehingga kualitas hasil belajar siswa dapat terwujud dengan baik dan prestasi belajar meningkat. Oleh karena itu, dengan pembelajaran Numbered Heads Together diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajarnya meningkat.
H. Hipotesis
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Gaya.
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang secara umum menggunakan data-data yang nantinya akan diskor dalam bentuk angka dan kemudian model analisisnya menggunakan statistik. Design penelitian ini, satu kelompok observasi/diukur bukan hanya pada akhir treatment (postest), tetapi juga sebelum diberi treatment (pretest).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Suparno (2007:43) salah satu unsur yang penting dalam penelitian adalah bagaimana menentukan sampel dari populasi yang ingin kita teliti. Sampling adalah proses memilih dan menentukan sampel penelitian. Sampel adalah suatu kelompok dimana informasi atau data didapatkan. Populasi adalah kelompok yang lebih besar dimana hasil penelitian diharapkan berlaku, semua group yang akan diteliti. Sampel merupakan himpunan dari populasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
(48)
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran fisika di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta dengan pokok bahasan Gaya kelas VIIIF.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Gaya.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Januari tahun 2014 dengan pokok bahasan Gaya.
E. Bentuk Data Penelitian
1. Data Motivasi Siswa
Data motivasi siswa berupa skor pada kuesioner serta data hasil pengamatan dan dokumentasi pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu data juga dalam bentuk wawancara dengan siswa mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
(49)
2. Data Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa diperoleh dari skor hasil tes prestasi belajar fisika yang berupa soal-soal yang disusun berdasarkan indikator. Hasil tes prestasi belajar siswa inilah yang akan digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika pada pokok bahasan Gaya.
F. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data untuk menunjukan motivasi siswa berupa kuesioner. Sedangkan teknik pengambilan data prestasi belajar siswa dengan melakukan tes tertulis berupa pretest dan postest.
1. Data mengenai motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together dikumpulkan dengan membagikan kuesioner dan sebagai penguatan dilakukan wawancara. 2. Data mengenai prestasi belajar siswa diperoleh dengan memberikan
soal tes fisikayang terdiri dari pretest dan postest. Hasil belajar inilah yang akan digunakan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads together.
(50)
G. Instrumen Penelitian
Suparno (2007:55) menyatakan bahwa instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data. Sedangkan instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi.
Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran.
1. Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP mengacu pada pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Numbered Heads Together, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran ini berisikan soal Pretest, Postest, kuesioner.
a. Pretest
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes ini berisikan 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Disusun berdasarkan pokok bahasan Gaya.
b. Postest
Tes akhir digunakan untuk mengetahui apakah dengan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar fisika pada pokok bahasan Gaya.
(51)
Berisikan 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Disusun berdasarkan pokok bahasan Gaya.
c. Kuesioner
Kuesioner ini berjumlah 25 item dan terdapat 5 pilihan yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), SS (Sangat Setuju), R ( Ragu-ragu), S( Setuju), TS (Tidak Setuju). Kuesioner ini untuk mengukur motivasi belajar siswa yang dirancang oleh Dewi Puspa Ningrum,2012. Berikut peta konsep kuesioner:
Tabel 3.1 Peta Konsep Kuesioner
d. Validitas instrumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), prestest, postest,dan kuesioner motivasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui validitasnya peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing. Validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi (Content Validity). Suatu instrumen mempunyai validitas isi apabila sesuai dengan tujuan penelitian.
No. Karakteristik
Nomor item Pernyataan
Positif
Pernyataan Negatif
1. Minat 8, 20 3,5
2. Perhatian 16, 22 21
3. Konsentrasi 1 15
4. Ketekunan 7 12
5. Keantusiasan 14, 19 9
6. Keterlibatan 4, 10, 24 2, 13, 23 7. Rasa ingin tahu 17, 25 6 8. Berusaha mencoba dan
aktif mengatasi tantangan
(52)
H. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari aktivitas siswa adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini menggunakan rekaman video dan foto kegiatan pembelajaran untuk melengkapi data aktivitas siswa.
Hal-hal yang akan direkam dalam penelitian ini antara lain:
1. Keadaan kelas ketika guru mengawali kegiatan pembelajaran.
2. Keadaan kelas ketika siswa berdiskusi dalam kelompok kecil dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru pada Lembar Kerja Siswa (LKS).
3. Kegiatan siswa ketika mempresentasikan hasil diskusi.
I. Metode Analisis data
1. Analisis Validitas Tes Prestasi Belajar
Untuk mengetahui validitas setiap instrumen dilakukan teknik validitas, yaitu teknik penilaian pakar (expert judgment). Teknik penilaian pakar (expert judgment) digunakan untuk mengetahui validitas instrumen kuesioner dan soal tes hasil belajar siswa.
2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa digunakan uji t untuk dua kelompok yang dependent pada SPSS.
(53)
a. Pretest
�
ℎ � 100%
b. Postest
�
ℎ � 100%
3. Analisis Kuesioner Motivasi Siswa
Data dari kuesioner motivasi siswa diperoleh dengan menghitung skor yang diperoleh masing-masing siswa. Berdasarkan skala Linkert pedoman penilaian skor pada kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Skor Kuesioner
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Seluruh skor hasil kuesioner dimasukan dalam tabel hasil kuesioner kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing siswa dilanjutkan dengan menghitung presentase skor motivasi belajar siswa dengan rumus sebagai berikut:
� � ℎ � − �
� ℎ �� � � � 100%
Kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor rata-rata 1,00-1,49 = tidak baik, 1,50-2,49 = kurang baik, 2,50-3,49 = cukup baik, 3,50-4,49 = baik, dan 4,50-5,00 = sangat baik.
(54)
4. Analisis Wawancara
Hasil wawancara akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan dari wawancara ini adalah agar peneliti dapat menggali informasi dari siswa mengenai tanggapan terhadap penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
J. Rencana Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Gaya. Agar penelitian dapat berjalan dengan lancar, maka dibuat suatu rencana kegiatan penelitian yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Berikut rencana kegiatan selama penelitian berlangsung:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan dalam penelitian antara lain:
a. Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai dengan SK dan KD fisika untuk SMP yaitu materi Gaya.
b. Melaksanakan observasi dikelas yang menjadi sampel penelitian untuk mengetahui karakteristik siswa dan cara guru mengajar. c. Menyiapkan rencana pembelajaran antara lain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Pada penyusunan RPP peneliti
(55)
mengkonsultasikan kepada guru kelas dan dosen pembimbing agar RPP yang telah dibuat sesuai dengan kondisi kelas dan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan penelitian ini.
d. Menyiapkan alat peraga untuk pelaksanaan pembelajaran.
e. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk pembelajaran dikelas meliputi langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan latihan soal pemahaman konsep materi. f. Menyiapkan kuesioner yang berhubungan dengan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kuesioner yang akan diberikan kepada siswa sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing agar setiap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner valid dan sesuai dengan tujuan penelitian.
g. Menyiapkan alat elektronik untuk dokumentasi saat pelaksanaan penelitian berlangsung.
h. Menyiapkan soal tes prestasi belajar siswa yaknipretest dan postestdengan mengkonsultasikan soal pada ahlinya yaitu guru kelas dan dosen pembimbing.
i. Peneliti mengadakan uji coba soal postestdikelas uji coba dan mengolah data yang didapat untuk menentukan kevalidan dan reliabilitas soal tersebut.
(56)
2. Pelaksanaan dan pengamatan
Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan, penulis akan dibantu dengan observer melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Peneliti mengadakan pretest di kelas VIII F.
b. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c. Peneliti mengadakan postes mengenai materi yang telah diajarkan.
d. Peneliti meminta siswa mengisi kuesioner mengenai pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together .
3. Pengolahan data
Dari data-data yang diperoleh selama penelitian, penulis mengolah data hingga diperoleh kesimpulan.
(57)
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Sebelum Penelitian
Sebelum diadakan penelitian di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur, peneliti mempersiapkan instrumen tes hasil belajar untuk siswa kelas VIIIF di SMP Pangudi Luhur. Tes hasil belajar diuji terlebih dahulu validitasnya. Uji validitas yang peneliti pakai adalah uji validitas pakar atau ahli, sehingga tidak ada uji validitas secara statistik serta tidak ada perhitungan reliabilitas pada setiap butir instrumen. Dalam uji validitas pakar atau ahli ini, peneliti memilih Romo Paul Suparnoselaku dosen di Jurusan Pendidikan Fisika dan Bapak Bambang selaku guru mata pelajaran Fisika di SMP Pangudi Luhur, sebagai ahli dalam menganalisa butir-butir instrumen yang akan peneliti gunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan observasi kelas karena kurikulum di SMP Pangudi Luhur mata pelajaran fisika tidak diberikan di semester I. Sedangkan materi pelajaran tentang Gaya yang akan peneliti sampaikan terdapat pada bab I mata pelajaran fisika semester 2. Namun demikian, peneliti tetap berkonsultasi dengan guru pengampu mata pelajaran fisika. Walaupun di semester 1
(58)
pelajaran fisika belum diberikan, namun pada semester 1 guru tersebut mengampu mata pelajaran biologi pada kelas yang sama. Sehingga guru tersebut paham dengan kondisi kelas VIIIF.
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur yang dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2014 sampai dengan 27 Januari 2014 pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur adalah 35 orang, dengan jumlah siswa perempuan 19 orang dan jumlah siswa laki-laki 16 orang. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru atau pengajar dalam pembelajaran pada pokok bahasan gaya. Di sini peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa yang berperan sebagai pengamat selama pembelajaran dalam penelitian serta mendokumentasikan selama kegiatan penelitian berlangsung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan. Berikut akan dipaparkan secara garis besar mengenai pelaksanaan penelitian dalam kegiatan pembelajaran dalam pokok bahasan gaya dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur Yogyakarta.
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 13 Januari 2014 pukul 07.55 hingga 09.15 WIB.Peneliti
(59)
mengawali pertemuan dengan memperkenalkan diri kepada siswa, dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti untuk mengadakan penelitian di kelas tersebut. Setelah itu peneliti juga menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa bersama-sama dengan peneliti, yaitu memahami materi gaya. Peneliti juga menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Model pembelajaran yang akan digunakan adalah tipe Numbered Heads Together (NHT).Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan dari peneliti adalah 5 menit.
Pada pertemuan ini, guru mengadakan pretest yang digunakan sebagai tes prasyarat untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa mengenai materi gayayang telah mereka pelajari sebelumnya. Soal pretest terdiri dari 15 soal pilihan ganda, dan 5 soal uraian.Peneliti memberikan waktu 50 menit kepada siswa untuk mengerjakan soal tes awal.Selama siswa mengerjakan soal tes awal, peneliti bertindak sebagai pengawas untuk mengawasi jalannya tes awal. Siswa mengerjakan soal secara individu.
(soal tes awal dapat dan kunci jawaban soal tes awal pada lampiran A)
(60)
Sisa waktu pretes 25 menit dimanfaatkan guru untuk membagi siswa dalam beberapa kelompok. (hasil pembagian kelompok dapat dilihat dalam lampiran A)
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, pembelajaran berjalan untuk pertama kalinya.Dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Januari 2014 pukul 07.00 hingga 07.55 WIB.Berikut uraian kegiatan pada pertemuan kedua secara garis besar.
1) Pendahuluan
Guru masuk kelas dan memberikan salam, dilanjutkan berdoa bersama yang dipimpin dari ruang guru. Kemudian guru meminta siswa bergabung dalam kelompok masing-masing.Setelah siswa berkumpul dalam kelompok masing-masing, guru membagikan LKS 1. (LKS 1 dapat dilihat dalam lampiran A)
2) Inti
Siswa diberikan waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Selama pembelajaran berlangsung guru selalu mengingatkan siswa untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Tetapi ada beberapa siswa yang selain berdiskusi dengan kelompoknya sendiri, juga berdiskusi dengan kelompok lain mengenai jawaban dari pertanyaan diskusi. Hasil
(61)
diskusi dikumpulkan kepada guru.Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tidak cukup untuk membahas jawaban dari pertanyaan diskusi.
3) Penutup
Guru menyampaikan kepada siswa supaya siswa tetap membawa nomor kepala pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Selain itu guru juga menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya, yaitu siswa dan kelompok akan melakukan percobaan mengenai cara mengukur gaya dan mengetahui besar gaya gesek pada benda yang memiliki kekasaran yang berbeda. Guru meminta setiap kelompok untuk membawa 3 benda yang sejenis dan berbeda massa pada pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 20 Januari 2014 pada pukul 07.55 hingga 09.15 WIB. Pada pertemuan ketiga, siswa melakukan percobaan mengenai cara mengukur gaya dan mengetahui besar gaya gesek pada benda yang berbeda kekasarannya.
1) Pendahuluan
Guru masuk kelas, kemudian memberikan salam. Antusias siswa untuk melakukan percobaan sudah terlihat
(62)
dengan mereka mengkonfirmasi benda atau beban yang mereka bawa sudah sesuai atau belum. Guru meminta meminta siswa untuk bergabung dalam kelompok masing-masing.
2) Inti
Setelah siswa bergabung dalam kelompok masing-masing, guru membagikan LKS 2 dan LKS 3, sebagai petunjuk percobaan(LKS 2 dan LKS 3 dapat dilihat dalam lampiran A). Guru juga membagikan 1 buah neraca pegas, 1 lembar amplas, dan 1 lembar karpet kepada setiap kelompok, sebagai alat untuk melakukan percobaan.Selama diskusi kelompok berlangsung, guru berkeliling mengamati hasil diskusi siswa. Ada beberapa siswa yang bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan. Guru juga berulang kali mengingatkan kepada siswa agar semua siswa paham dengan apa yang didiskusikan dengan teman satu kelompok. Alokasi waktu yang diberikan untuk percobaan dan diskusi adalah 35 menit. Setelah waktu 35 menit selesai, guru meminta siswa untuk menghentikan kegiatan diskusinya.
Sisa waktu percobaan 45 menit digunakan langsung untuk membahas LKS 2 dan LKS 3. Guru mengundi nomor kepala yang akan mempresentasikan
(63)
hasil diskusi. Pada saat presentasi, guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi dari kelompok yang melakukan presentasi.
3) Penutup
Guru menutup pertemuan ketiga dengan memberi kesimpulan dari hasil diskusi LKS 1, LKS 2, dan LKS 3. d. Pertemuan Keempat
Pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Januari 2014 pukul 07.55 hingga 08.30 WIB. Pada pertemuan ini dilanjutkan materi resultan gaya.
1) Pendahuluan
Guru masuk kelas, kemudian memberikan salam. Guru mengkonfirmasi materi yang sudah diberikan kepada siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang sudah dipelajari.
2) Inti
Guru memberikan sedikit penjelasan mengenai resultan gaya yang segaris dan searah, segaris tetapi berlawanan arah, dan cara menentukan arah resultan gaya. Kemudian guru membagi LKS 4, dan meminta siswa untuk berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mengumpulkan 1 lembar jawaban hasil diskusi. Karena
(64)
keterbatasan waktu, guru tidak langsung membahas hasil diskusi.
3) Penutup
Guru menutup pembelajaran dengan membagikan lembar jawaban dari soal diskusi kepada setiap kelompoksebagai pengganti pembahasan.
e. Pertemuan kelima
Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Senin, 27 Januari 2014 pukul 07.55 hingga 09.15 WIB. Pertemuan kelima merupakan pertemuan terakhir. Guru memberikan postest untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya. Postest dilakukan tanpa pemberitahuan kepada siswa sebelumnya, agar nilai yang diperoleh siswa meningkat bukan karena mereka mempersiapkan belajar dirumah melainkan karena mereka paham akan materi yang dipelajari. Guru meminta siswa untuk menyimpan buku-buku yang berkaitan dengan fisika dan menyiapkan alat tulis yang dibutuhkan.
Kemudian guru membagikan soal tes akhir dan lembar jawab kepada masing-masing siswa.Setelah semua siswa mendapatkan soal tes dan lembar jawab, guru memberikan petunjuk dan peraturan dalam pengerjaan soal tes.Setelah semua
(65)
siswa memahami instruksi dari guru, guru mempersilakan para siswa untuk mulai mengerjakan soal tes. Alokasi waktu yang diberikan adalah 50 menit, dimana soal yang harus dikerjakan oleh siswa terdiri dari 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian.
Setelah waktu yang ditentukan selesai, guru meminta siswa untuk mengumpulkan lembar jawab. Kemudian guru membagikan lembar kuesioner yang harus diisi siswa untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.Sisa waktu digunakan oleh guru untuk berpamitan dan berfoto bersama. (soal tes akhir dan kunci jawaban soal tes awal pada lampiran A).
f. Wawancara dilaksanakan setelah test hasil belajar dan angket motivasi dikoreksi, serta mendapatkan hasilnya. Peneliti memilih 6 siswa untuk diwawancarai. 6 siswa tersebut terdiri dari 3 siswa yang memiliki nilai test hasil belajar rendah, dan 3 siswa yang memiliki nilai test hasil belajar yang tinggi.
(66)
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Analisis Kuesioner Motivasi Siswa
Kuesioner berisi 25 pernyataan mengenai motivasi siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT). Hasil yang diperoleh untuk masing-masing butir pernyataan dikonversikan ke dalam skor sebagai berikut:
Tabel 4.1 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa
No. Item Skor
total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 01. 4 2 3 5 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2 3 91 02. 4 2 1 5 5 4 4 3 4 4 5 1 4 4 2 5 5 2 3 5 4 3 2 5 5 91 03. 3 2 2 4 2 4 3 2 4 3 3 3 4 4 1 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 77 04. 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 3 5 117 05. 5 2 3 5 3 5 4 3 5 5 4 3 5 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 2 5 95 06. 4 2 2 4 3 3 3 4 2 5 4 2 3 3 3 4 2 3 4 3 2 4 2 3 4 78 07. 5 5 3 4 5 5 4 3 5 5 5 5 5 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 114 08. 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 3 4 2 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 3 4 85 09. 3 3 2 3 2 4 3 2 4 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 5 4 3 4 79 10 3 4 3 5 5 5 2 3 5 5 5 5 4 4 3 4 3 5 3 4 4 3 2 5 5 100 11. 5 2 2 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 92 12. 4 3 2 5 3 5 3 3 3 2 2 2 5 5 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 84 13. 5 4 2 5 4 5 4 3 4 2 4 4 5 4 3 4 3 4 3 5 5 4 5 4 4 99 14. 3 2 4 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 80 15. 4 1 3 4 4 4 5 3 4 5 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4 3 4 5 1 2 95
(67)
17. 3 3 2 4 3 5 2 3 1 4 4 5 5 4 3 3 4 2 3 4 4 3 5 4 4 87 18. 3 2 2 2 2 4 4 2 4 3 3 3 4 4 1 4 4 3 3 2 4 3 4 4 5 78 19. 5 2 2 5 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 2 3 1 4 4 2 5 83 20. 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 88 21. 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 5 87 22. 4 4 2 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 92 23. 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 82 24. 5 5 3 5 3 5 5 3 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 115 25. 3 4 1 5 3 2 3 3 4 4 5 3 4 3 4 3 2 2 2 4 5 3 4 5 4 85 26. 4 3 3 5 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 4 4 4 3 5 89 27. 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 2 2 3 3 3 2 3 4 75 28. 5 2 1 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 3 5 4 4 5 4 5 5 4 105 29. 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 86 30. 4 3 3 4 3 2 2 2 3 5 5 2 2 4 1 2 2 3 2 4 4 2 3 5 5 77 31. 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 92 32. 3 5 2 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 88 33. 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 3 4 72 34. 4 4 3 5 4 5 5 2 5 2 5 5 5 5 3 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 107 35. 4 4 3 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 96
(68)
Setelah didapatkan skor total kemudian dihitung skor rata-rata, dengan cara membagi skor total dengan jumlah pernyataan pada kuesioner. Berdasarkan skor rata-rata tersebut, peneliti dapat menentukan kategori:
Tabel 4.2 Kategori Hasil Analisis Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa
No. Nama Siswa Skor Total Skor Rata-rata Kategori
1. Siswa 1 91 3,64 Baik
2. Siswa 2 91 3,64 Baik
3. Siswa 3 77 3,08 Cukup baik
4. Siswa 4 117 4,68 Sangat baik
5. Siswa 5 95 3,8 Baik
6. Siswa 6 78 3,12 Cukup baik
7. Siswa 7 114 4,56 Sangat baik
8. Siswa 8 85 3,4 Cukup baik
9. Siswa 9 79 3,16 Cukup baik
10. Siswa 10 100 4 Baik
11. Siswa 11 92 3,68 Baik
12. Siswa 12 84 3,36 Cukup baik
13. Siswa 13 99 3,96 Baik
14. Siswa 14 80 3,2 Cukup baik
15. Siswa 15 95 3,8 Baik
16. Siswa 16 77 3,08 Cukup baik 17. Siswa 17 87 3,48 Cukup baik 18. Siswa 18 78 3,12 Cukup baik 19. Siswa 19 83 3,32 Cukup baik
20. Siswa 20 88 3,52 Baik
21. Siswa 21 87 3,48 Cukup baik
22. Siswa 22 92 3,68 Baik
23. Siswa 23 82 3,28 Cukup baik 24. Siswa 24 115 4,6 Sangat baik
25. Siswa 25 85 3,4 Cukup baik
26. Siswa 26 89 3,56 Baik
27. Siswa 27 75 3 Cukup baik
28. Siswa 28 105 4,2 Baik
29. Siswa 29 86 3,44 Cukup baik 30. Siswa 30 77 3,08 Cukup baik
31. Siswa 31 92 3,68 Baik
32. Siswa 32 88 3,52 Baik
33. Siswa 33 72 2,88 Cukup baik
34. Siswa 34 107 4,28 Baik
35. Siswa 35 96 3,84 Baik
(69)
Dari hasil analisis kuesioner, dapat diketahui presentase tiap kategori:
Tabel 4.3 Presentasi Setiap Kategori Hasil Analisis Kuesioner
No. Rentang Skor Rata-rata
Kategori Motivasi Presentase Jumlah Siswa 1. 1,00-1,49 Tidak Baik 0% 2. 1,50-2,49 Kurang Baik 0% 3. 2,50-3,49 Cukup Baik 48,57%
4. 3,50-4,49 Baik 42,85%
5. 4,50 – 5,00 Sangat Baik 8,57%
Berdasarkan hasil analisis tabel presentase setiap kategori hasil analisis kuesioner, terlihat bahwa 48,57% siswa memiliki motivasi yang cukup baik, 42,85% siswa memiliki motivasi yang baik, dan 8,57% siswa memiliki motivasi yang sangat baik. Berdasarkan tabel tersebut juga diketahui bahwa tidak ada siswa yang termasuk dalam kategori kurang baik dan tidak baik, atau dapat dikatakan presentase siswa yang yang termasuk dalam kategori kurang baik 0% dan tidak baik 0%. Hasil kuesioner motivasi belajar siswa menunjukkan bahwa hasil yang dicapai tiap siswa diatas 2,50.
Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together. Hasil perhitungan skor dari kuesioner motivasi belajar siswa secara keseluruhan dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
Motivasi keseluruhan = ℎ ℎ
ℎ ℎ
Dengan menggunakan rumus diatas, maka motivasi siswa secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
(70)
Motivasi keseluruhan = 3138
35 25 = 3138
875 = 3,58
Berdasarkan tabel kategori motivasi belajar siswa diatas, skor 3,58 termasuk dalam kategori motivasi yang baik. Dari skor tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Heads Together dapat membuat siswa memiliki motivasi belajar siswa yang baik.
2. Analisis Prestasi Belajar Siswa
Data hasil prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) yang dilaksanakan pada saat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pretest dilaksanakan sebelum pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together diberikan, dan postest dilaksanakan setelah pembelajarn menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diberikan.
Tabel 4.4 Analisis Hasil Skor Pretest dan Postest
No. Nama Siswa Pretest Postest
1. Siswa 1 36 82
2. Siswa 2 58 75
3. Siswa 3 36 80
4. Siswa 4 48 98
5. Siswa 5 36 78
6. Siswa 6 32 62
7. Siswa 7 44 72
8. Siswa 8 42 92
9. Siswa 9 44 78
10. Siswa 10 34 38
11. Siswa 11 38 83
12. Siswa 12 42 73
13. Siswa 13 52 82
(71)
16. Siswa 16 34 77
17. Siswa 17 66 67
18. Siswa 18 32 78
19. Siswa 19 48 95
20. Siswa 20 26 75
21. Siswa 21 30 62
22. Siswa 22 48 85
23. Siswa 23 36 97
24. Siswa 24 50 97
25. Siswa 25 50 95
26. Siswa 26 28 83
27. Siswa 27 20 87
28. Siswa 28 44 85
29. Siswa 29 46 95
30. Siswa 30 42 82
31. Siswa 31 42 77
32. Siswa 32 44 72
33. Siswa 33 20 89
34. Siswa 34 42 77
35. Siswa 35 42 90
Rata-rata 40, 51 81,83
Hasil skor pretest dan postest kemudian dianalisis dengan analisis statistik menggunakan T untuk kelompok dependent. Uji-T digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pada pretest dan postest. Kelompok dependent adalah kelompok yang saling tergantung, berkaitan atau bahkan sama (Suparno, 2007: 71).
Hasil perhitungan pada program SPSS didapat nilai rata-rata pretest adalah 40,51 sedangkan nilai rata-rata postest adalah 81,82. Nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan 100%. Siswa berhasil memperoleh nilai yang cukup baik dan meningkat.
(72)
Hasil analisis data menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 PRETEST
& POSTEST
35 .139 .426
Tabel 4.7 Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-tailed) [P] Mean Std. Deviati on Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1
PRETEST – POSTEST
-41.314 13.022 2.201 -45.788 -36.841 -18.770 34 .000
Berdasarkan hasil analisis data skor pretest dan postest menggunakan uji t untuk dua kelompok yang dependent, diperoleh nilai t sebesar -18,77. Nilai thitung lebih kecil dari ttabel (-18,77 < 2,042)
sehingga dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor pretest dan postest (postest lebih baik dari pretest). Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah mendapatkan pembelajaran fisika dengan penerapan model
Tabel 4.5 Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 PRETEST 40.51 35 9.742 1.647
(73)
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya.
Oleh karena itu, jawaban atas rumusan masalah, “Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta kelas VIIIF pada materi Gaya?” adalah dapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togetherdapat menumbuhkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Analisis Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil klarifikasi kelompok nilai, siswa yang dipilih untuk diwawancarai adalah 3 siswa yang memiliki nilai tertinggi yaitu siswa dengan nomor absen 4, 15, dan 24, serta 3 siswa yang memiliki nilai terendah yaitu siswa dengan nomor absen 6, 10, 21. Sehingga jumlah siswa yang diwawancarai adalah 6 orang siswa. Hasil wawancara dari ke 6 siswa tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Wawancara No. Pertanyaan
Wawancara
Siswa dengan nilai tertinggi
Siswa dengan nilai terendah
1. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran dengan metode NHT?
S1 : iya mbak, asyik
S2 : tertarik
S3 : iya tertarik, tapi
ga terlalu
S4 : tertarik, tapi
biasa aja S5 : tertarik
S6 : kurang
tertarik Analisis :
Dari hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa tertarik terhadap metode NHT. Namun ternyata ada siswa yang menunjukkan rasa kurang ketertarikannya. Hal ini wajar karena
(1)
(2)
(3)
(4)
Dokumentasi kegiatan pembelajaran
Gambar 1: siswa mengerjakan soal pretest Gambar 2: guru menjelaskan materi gaya
Gambar 3: guru menjelaskan alat-alat praktikum Gambar 4: alat-alat praktikum
(5)
Gambar 7: guru mengamati diskusi kelompok Gambar 8: diskusi kelompok
Gambar 9: diskusi kelompok Gambar 10: diskusi kelompok
Gambar 11: guru mengamati diskusi kelompok Gambar 12: guru memeriksa hasil diskusi kelompok
(6)
Gambar 13: guru menjelaskan pada kelompok Gambar 14: siswa presentasi hasil diskusi
Gambar 15: siswa presentasi hasil diskusi Gambar 16: siswa mengerjakan soal postest