Tokoh HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

15. Raden Arya Widura. Adik bungsu Prabu Pandu; sesepuh negeri Hastinapura; paman dari Pandawa. 16. Raden Basudewa. Putra prabu Basukunti; kakak dari Dewi Kunti; ayah Raden Kresna; menjadi raja negeri Mandura bergelar Prabu Basudewa. 17. Prabu Salya. Ketika muda bernama Raden Narasoma; menjadi Raja negeri Mandraka bergelar Prabu Salya; kakak Dewi Madrim; ayah Dewi Surtikanti. 18. Arya Sengkuni. Putra keempat Prabu Keswara; adik dari Dewi Gendari; ksatriadari negeri Plasajenar; menobatkan diri sebagai mahapatih negeri Hastinapura. 19. Dewi Sumbadra. Putri bungsu Prabu Basukunti; adik dari Prabu Kresna; ketika muda bernama Rara Ireng; istri pertama Raden Arjuna. 20. Dewi Drupadi. Putri sulung Prabu Drupada, Raja negeri Cempalreja; kakak dari Dewi Srikandi; istri Prabu Yudhistira. 21. Dewi Srikandi. Putri kedua Prabu Drupada; adik Dewi Drupadi; salah satu istri Raden Arjuna; kelak yang akan membunuh Raden Bhisma dalam perang Bharatayuda. 22. Kusir Adirata. Bernama asli Radeya; mendapat julukan Kusir Adirata setelah menjadi kusir yang khusus melayani Prabu Pandu; ayah angkat Adipati Karna. 23. Radha Nyi Adirata. Istri kusir Adirata; ibu angkat Adipati Karna. 24. Resi Druwasa. Seorang Resi dari Kerajaan Mandura yang ditugaskan Prabu Basukunti untuk membantu kelahiran anak dari putrinya; salah satu guru Dewi Kunti. 25. Kiai Antagopa . Sesepuh wilayah Widarakandang; yang dipercaya Prabu Basudewa untuk menjaga putra-putranya, Raden Kakrasena dan Raden Narayana, dari ancaman salah satu bangsa raksasa. 26. Rama Bargawa. Bernama Resi Jamadagni ketika jaman kejayaan Prabu Harjunasasra dari negeri Maespati; guru Adipati Karna. 27. Begawan Manikara. Seorang bijak pertapa di wilayah Andongsekar; ayah dari Endang Manuhara, salah satu istri Raden Arjuna; salah satu guru Raden Arjuna. 28. Antaboga. Pemimpin bangsa ular, penguasa dasar bumi bernama negeri Sapta Pratala; ayah Dewi Nagagini. 29. Bambang Ekalaya. Ketika muda bernama Raden Bambang Ekalaya; berganti nama menjadi Prabu Palgunadi setelah menjadi raja di negeri Paranggelung; berniat berguru kepada Resi Durna. 30. Dewi Nagagini. Putri Batara Antaboga; salah satu istri Raden Bima. 31. Endang Manuhara. Putri Begawan Manikara; salah satu istri dari Raden Arjuna. 32. Dewi Surtikanti. Putri ketiga Prabu Salya; adik dari Dewi Banowati, istri Raden Duryudana; menjadi istri Adipati Karna. 33. Prabu Matswapati. Raja dari Kerajaan Wirata, tempat Pandawa melaksanakan hukuman pengasingan. 34. Resi Seta. Putra sulung Prabu Matswapati. 35. Raden Arya Utara. Putra kedua Prabu Matswapati. 36. Raden Wiratsangka. Putra ketiga Prabu Matswapati. 37. Resi Hanoman . Seorang resi di Pertapaan Kendalisada; salah seorang kesatria yang terlibat dalam perang antara negeri Ayodya dan negeri Alengka. 38. Batara Indra. Bangsa dewa penguasa wilayah Kaendran; ayah dari Dewi Batari Supraba, salah satu istri Raden Arjuna. 39. Batara Brama. Bangsa dewa penguasa wilayah Daksageni; ayah dari Dewi Dresnala, salah satu istri Raden Arjuna. 40. Batara Narada. Bangsa dewa yang berasal dari daerah Siddi Udalulal; mendapat julukan dewa bijak; tangan kanan dari pimpinan bagsa dewa Sang Hyang Guru. 41. Batara Guru. Pemimpin bangsa dewa; penguasa wilayah Jonggring Saloka. 42. Batari Durga. Penguasa wilayah dunia gelap dalam dunia wayang; dulu pernah menjadi istri Batara Guru. 43. Petruk. Salah satu tokoh punakawan; mempunyai asal-usul yang tidak jelas, ada yang percaya bahwa dia adalah anak dari raja Jin bernama Prabu Wel Geduwel Beh, ada pula yang mengatakan bahwa Petruk adalah anak dari pendeta raksasa bernama Begawan Salantara; ketika masih menjadi kesatria bangsa tak kasat mata bernama Penyukilan. 44. Bagong. Salah satu tokoh punakawan; kini mengabdi pada Pandawa. 45. Semar. Salah satu tokoh punakawan; semar merupakan wujud jalan kematian dari salah satu sesepuh bangsa dewa bernama Sang Hyang Batara Ismaya. 46. Gareng . Salah satu tokoh punakawan; kabarnya petruk adalah seorang pangeran dari raja jin; bernama Sukati ketika masih menjadi kesatria bangsa tak kasat mata. 47. Niwatakawaca . Raja dari negeri Imaintaka; Niwatakawaca adalah keturunan ras campuran bangsa gandarwa dan raksasa; mempunyai niat untuk menyerang negeri kahyangan, Jonggring Saloka. Dari identifikasi tokoh-tokoh di atas, peneliti mengelompokkan tokoh- tokoh tersebut ke dalam dua kelompok, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Pengelompokan ini berdasarkan tingkat pentingnya tokoh atau peranan tokoh-tokoh tersebut dalam novel Pertempuran 2 Pemanah: Arjuna- Karna ini. Tokoh utama dalam novel Pertempuran 2 Pemanah: Arjuna-Karna ini adalah Arjuna dan Karna. Sedangkan tokoh tambahannya yaitu Dewi Kunti, Yudhistira, Resi Durna, Kresna, Duryudana, Sengkuni, Rama Bargawa, dan Kusir Adirata. Tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel Pertempuran 2 Pemanah: Arjuna-Karna dapat dilihat dalam tabel berikut. Tokoh Utama Tokoh Tambahan 1. Arjuna 2. Karna 1. Dewi Kunti 2. Yudhistira 3. Resi Durna 4. Kresna 5. Duryudana 6. Sengkuni 7. Rama Bargawa 8. Kusir Adirata

B. Penokohan

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menganalisis penokohan dari tokoh utama saja, yaitu Arjuna dan Karna. Berdasarkan teori tentang penokohan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya, peneliti akan menganalisis penokohan tokoh utama dalam novel Pertempuran 2 Pemanah Arjuna-Karna. 1. Arjuna 1 Secara fisik, Arjuna memiliki paras wajah yang tampan. Ketampanan Arjuna tersebut selalu membuat setiap perempuan jatuh hati kepadanya. Berikut ini kutipannya: 1 Tampak sekali wajah terkesiap Srikandi, ketika melihat wajah dan badan tegap kesatria yang berdiri beberapa tombak di belakangnya. Srikandi pun terdiam terpaku. Tidak biasanya dia demikian. Biasanya, putri Cempalareja ini selalu membuka pembicaraan dan begitu banyak hal yang dikatakannya, bahkan kepada seorang prajurit biasa sekalipun Tapi kali ini, bibirnya seperti tercekat dan sorot mata terkesima itu terlihat jelas di matanya. Melihat seorang yang memancarkan aura wajah tampan, memakai mahkota kesatria, busana panjang berwarna hijau muda, memakai bawahan kain batik kawung, berterompah hitam. Arjuna yang tampak berdiri di sana sambil tersenyum. Senyum yang seperti merontokkan jantung Srikandi dan membuatnya mati gaya. Pitoyo, 2010: 247 2 Sejak kecil Arjuna mempunyai bakat dalam hal memanah. Berikut ini kutipannya: 2 Luar biasa Tangan kiri bocah ini begitu kuat. Sekian lama tangan kiri itu menggenggam busur dalam keadaan terentang dalam upaya membidik secara tepat, sekian lama pula tangan kiri itu bagai seonggok batu yang kokoh. Sepanjang mata memandang dengan seksama, tak terlihat sedikit pun busur panah itu bergoyang-goyang atau gemetar. Mungkin hal itu yang membuat keenam resiyang berdiri di belakang Permadi itu memandang terkesima. Seperti heran atas kemampuannya. Di usia semuda itu bisa memiliki kemampuan memanah yang luar biasa. Pitoyo, 2010: 98 3 Arjuna tidak bisa menolak perempuan yang ingin menjadi istrinya. Berikut ini kutipannya: 3 “Sulit bagi saya untuk menerima Raden lebih lama lagi untuk tinggal di sini bila panjenengan menepis harapan putrid saya satu- satunya,” lanjut Manikara. “Baiklah, Kanjeng Resi. Besok pagi-pagi, kami pergi dari sini.” Justru tiba-tiba Petruk yang menjawab Manikara. Arjuna hanya tetap terdiam. Gareng dan Petruk sudah tampak berdiri, berjalan ke bagian padepokan, seperti bersiap berkemas pergi dari situ, ketika Arjuna kemudian berkata, “Izinkan saya melamar putri Rama Begawan, Kanjeng Resi.” Pitoyo, 2010: 221 4 Arjuna mempunyai sifat suka menolong orang lain yang sedang kesusahan. Berikut ini kutipannya: 4 “Saya harus nambah jumantara, Kang. Dengan berkuda, mungkin akan terlambat. Mereka sudah terbantai ketika sampai di sana,” teriak Arjuna di antara suara deru kaki kuda menuruni lereng. Dia berkata kepada Petruk dan Gareng yang mengikutinya dari belakang. “Hati-hati, raden, jangan sampai kita menjadi pembicaraan orang di sini…” kata Petruk mengingatkan. Pitoyo, 2010: 237 5 Arjuna bersifat jujur. Berikut ini kutipannya: 5 “Apa yang kamu telah lakukan telah menyelamatkan kewibawaan bangsa dewa, Ngger.., ” kata Indra. Tiba-tiba Arjuna seperti tersadar. Dia menoleh ke belakang seperti mencari-cari seseorang di antara kerumunan orang di sana. Terutama pada kerumunan orang-orang yang mendekati mayat Niwatakawaca di tengah taman itu. “Maafkan saya, Eyang Pukul un,” kata Arjuna, “Sebenarnya yang banyak berperan dalam melumpuhkan prajurit Imaimantaka adalah Gatotkaca, putra Kangmas Bima.” Pitoyo, 2010: 263 6 Arjuna adalah orang yang rendah hati. Berikut ini kutipannya: 6 “Gatotkaca juga berhak atas hadiah itu, Pukulun..,” kata Arjuna kemudian. “Tidak perlu, Ngger. Gatotkaca sudah cukup beruntung dengan apa yang telah dimilikinya sekarang, kesaktian dari bangsa dewa,” jawab Indra dengan sorot mata tetap datar. Sebentar, Arjuna tampak bimbang. Menatap Batara Indra dengan pandangan berpikir. Kemudian, dia memberi hormat kepada Batara Indra sambil berkata, “Sungguh sebuah kehormatan bagi hamba yang bisa memiliki kesempatan untuk hidup dan belajar tentang sesuatu di kahyangan ini …” Pitoyo, 2010: 264 2. Karna 1 Secara fisik Karna berwajah tampan dan selalu memakai rompi dan anting-anting berwarna perak. Berikut ini kutipannya: 7 Hanya beberapa dari seratus Kurawa yang datang ke Cempalareja. Duryudana, Dursasana sang pelamar, Patih Sengkuni, belasan Kurawa, serta sekitar dua puluh senapati pilihan Hastinapura yang dipimpin oleh seorang senapati yang begitu gemilang karirnya di keprajuritan Hastinapura. Sang senapati dengan wajah tampan. Selalu memakai rompi berwarna perak di kedua telinganya. Berperawakan sedang, berwajah wibawa dengan sorot mata tajam. Sang senapati dipanggil dengan nama Karna. Pitoyo, 2010: 167 2 Sejak kecil Karna mempunyai ketertarikan dalam hal panah-memanah. Berikut ini kutipannya: 8 “Daaa…da-da-da….” Tiba-tiba, si kecil Karna berteriak kegirangan, mulutnya tertawa lebar dan berjalan cepat ke arah Pardi. Tak ada upaya Pardi untuk menghindar. Dia membiarkan saja Karna merebut gandewa panah yang dibawanya. Si kecil Karna menjatuhkan dirinya terduduk dan mulai asyik membolak- balikkan busur panah yang begitu besar bagi tubuh kecilnya itu. Berulang kali Karna mencoba mengangkat gandewa itu, tapi terlalu

Dokumen yang terkait

Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA

3 34 0

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI KARYA SUYATNA PAMUNGKAS: TINJAUAN SOSIOLOGI Nilai Pendidikan dalam Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

1 3 18

PENDAHULUAN Nilai Pendidikan dalam Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 5 7

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

PATRIOTISME DALAM NOVEL THE DARKNESS OF GATOTKACA KARYA PITOYO AMRIH: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Patriotisme Dalam Novel The Darkness Of Gatotkaca Karya Pitoyo Amrih: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 4 19

PATRIOTISME DALAM NOVEL THE DARKNESS OF GATOTKACA KARYA PITOYO AMRIH: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Patriotisme Dalam Novel The Darkness Of Gatotkaca Karya Pitoyo Amrih: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 3 12

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA).

1 39 19

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PENARI KECIL KARYA SARI SAFITRI MOHAN: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Moral Dalam Novel Penari Kecil Karya Sari Safitri Mohan: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Di SMA Muhammadiyah

0 3 16

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 12

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 11