Pemilihan Bahan Pembelajaran RELEVANSI HASIL ANALISIS NOVEL PERTEMPURAN 2 PEMANAH:
                                                                                menyulitkan  siswa  yang  berlatar  budaya  bukan  Jawa  karena  kata-kata  Jawa yang digunakan secara umum hanya terdapat dalam kata-kata sapaan.
2. Aspek Psikologis
Novel  Pertempuran  2  Pemanah:  Arjuna-Karna  ini  sesuai  dengan tahap  perkembangan  psikologis  siswa  SMA.  Pada  usia  siswa  SMA  usia  16
tahun ini, mereka sudah mulai tertarik dengan karya sastra, khususnya novel. Pada tahap usia ini, mereka juga akan mulai mencari jati diri. Salah satu cara
untuk  itu  adalah  dengan  mencari  tokoh  yang  dapat  mereka  jadikan  teladan. Tokoh-tokoh ini dapat mereka temukan dalam novel yang mereka baca.
Dalam  novel  Pertempuran  2  Pemanah:  Arjuna-Karna  ini,  terdapat nilai-nilai  moral  yang  tercermin  dalam  tokoh-tokohnya.  Nilai-nilai  moral
tersebut, yaitu
kejujuran, nilai-nilai
otentik, kesediaan
untuk bertanggungjawab,  kemandirian  moral,  keberanian  moral,  kerendahan  hati,
dan realistis dan kritis. 3.
Aspek Latar Belakang Budaya Siswa  akan  lebih  mudah  tertarik  terhadap  karya  sastra  yang
mempunyai  hubungan  erat  dengan  latar  belakang  hidupnya,  terutama  bila menghadirkan tokoh-tokoh  yang berasal  dari lingkungannya dan mempunyai
kesamaan  dengan  mereka  atau  orang-orang  di  sekitar  mereka.  Novel Pertempuran 2 Pemanah: Arjuna-Karna ini berlatar dunia wayang yang pada
dasarnya  adalah  budaya  jawa.  Novel  ini  sesuai  bagi  siswa  yang  berlatar
belakang budaya Jawa. Ketika siswa melihat bahwa novel ini berlatar budaya yang sama dengan mereka, siswa akan merasa tertarik untuk membaca bahkan
semakin memahami budaya yang ada dalam lingkungannya. Sastra  juga  merupakan  salah  satu  bidang  yang  menawarkan
kemungkinan-kemungkinan  cara  terbaik  bagi  orang  yang  ada  di  satu  bagian dunia untuk mengenal bagian dunia lain. Dengan demikian, siswa yang bukan
berlatar belakang budaya Jawa akan dapat mengenal budaya yang ada di luar kebudayaan mereka. Hal ini juga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mereka. Budaya Jawa yang ada dalam novel ini, selain tercermin dari kosa kata
bahasa yang telah dibahas sebelumnya, juga dapat dilihat dari nilai-nilai luhur budaya Jawa. Nilai-nilai luhur yang secara umum tercermin dalam diri tokoh
Arjuna  ini,  yaitu  suka  menolong,  jujur,  dan  rendah  hati.  Berikut  ini kutipannya:
1 Suka menolong
“Saya  harus  nambah  jumantara,  Kang.  Dengan  berkuda,  mungkin  akan terlambat. Mereka sudah terbantai ketika sampai di sana,” teriak Arjuna di
antara  suara  deru  kaki  kuda  menuruni  lereng.  Dia  berkata  kepada  Petruk dan  Gareng  yang  mengikutinya  dari  belakang.  “Hati-hati,  raden,  jangan
sampai  kita  menjadi  pembicaraan  orang  di  sini…”  kata  Petruk mengingatkan. Pitoyo, 2010: 237
2 Jujur
“Apa yang kamu telah lakukan telah menyelamatkan kewibawaan bangsa dewa, Ngger..,” kata Indra. Tiba-tiba Arjuna seperti tersadar. Dia menoleh
ke belakang seperti mencari-cari seseorang di antara kerumunan orang di sana.  Terutama  pada  kerumunan  orang-orang  yang  mendekati  mayat
Niwatakawaca di tengah taman itu. “Maafkan saya, Eyang Pukulun,” kata Arjuna, “Sebenarnya yang banyak berperan dalam melumpuhkan prajurit
Imaimantaka  adalah  Gatotkaca,  putra  Kangmas  Bima.”  Pitoyo,  2010: 263
3 Rendah hati
“Gatotkaca juga berhak atas hadiah itu, Pukulun..,” kata Arjuna kemudian. “Tidak perlu, Ngger. Gatotkaca sudah cukup beruntung dengan apa yang
telah dimilikinya  sekarang,  kesaktian  dari  bangsa  dewa,”  jawab  Indra
dengan sorot mata tetap datar. Sebentar,  Arjuna  tampak  bimbang.  Menatap  Batara  Indra  dengan
pandangan berpikir. Kemudian, dia memberi hormat kepada Batara Indra sambil  berkata,  “Sungguh  sebuah  kehormatan  bagi  hamba  yang  bisa
memiliki  kesempatan  untuk  hidup  dan  belajar  tentang  sesuatu  di kahyangan ini…” Pitoyo, 2010: 264
                