Bentuk Nilai Moral yang Kuat

lingkungan kita, melainkan selalu membentuk penilaian dan pendirian sendiri dan bertindak sesuai dengannya Suseno, 1989: 147. Kemandirian moral adalah kekuatan batin untuk mengambil sikap moral sendiri dan untuk bertindak sesuai dengannya. Mandiri secara moral berarti bahwa kita tidak dapat “dibeli” oleh mayoritas, bahwa kita tidak pernah akan rukun hanya demi kebersamaan kalau kerukunan itu melanggar keadilan. 6.4.5 Keberanian moral Keberanian moral menunjukkan diri dalam tekad untuk tetap mempertahankan sikap yang telah diyakini sebagai kewajiban pun pula apabila tidak disetujui atau secara aktif dilawan oleh lingkungan Suseno, 1989: 147. Orang yang memiliki keutamaan itu tidak mundur dari tugas dan tanggung jawab juga kalau ia mengisolasikan diri, dibikin malu, dicela, ditentang atau diancam oleh yang banyak, oleh orang-orang yang kuat dan mempunyai kedudukan dan juga oleh mereka yang penilaiannya kita segani. 6.4.6 Kerendahan hati Kerendahan hati tidak hanya berarti bahwa kita sadar akan keterbatasan kebaikan kita, melainkan juga bahwa kemampuan kita untuk memberikan penilaian moral terbatas. Dengan rendah hati kita betul-betul bersedia untuk memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat lawan, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. Kita sadar bahwa kita tidak tahu segala-galanya dan bahwa penilaian moral kita masih sering digelapkan oleh pengaruh- pengaruh emosi-emosi dan ketakutan-ketakutan yang masih ada dalam diri kita. Kerendahan hati ini tidak bertentangan dengan keberanian moral, melainkan justru prasyarat kemurniannya Suseno, 1989: 149. Tanpa kerendahan hati keberanian moral mudah menjadi kesombongan atau kedok untuk menyembunyikan bahwa kita tidak rela untuk memperhatikan orang lain. Kita tidak merasa kalah kalau pendapat kita tidak menang. Orang yang rendah hati tidak merasa diri penting dank arena itu berani untuk mempertaruhkan diri apabila ia sudah meyakini sikapnya sebagai tanggung jawabnya. 6.4.7 Realistis dan kritis Kita wajib membuka mata lebar-lebar terhadap realitas. Tanggung jawab moral menuntut sikap yang realistik. Tetapi sikap realistik tidak berarti bahwa kita menerima realitas begitu saja. Kita mempelajari keadaan dengan serealis- realisnya supaya dapat kita sesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip dasar. Sikap realistik mesti berbarengan dengan sikap kritis Suseno, 1989: 150. Tanggung jawab moral menuntut agar kita terus-menerus memperbaiki apa yang ada supaya lebih adil, lebih sesuai dengan martabat manusia, dan supaya orang-orang lebih bahagia. 7 Relevansi dalam Pembelajaran Sastra di SMA

7.1 Kurikulum

7.1.1 Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untu mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajarn, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. 7.1.2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan BNSP, 2006: 5. Di dalam mendiknas 2006: 5, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada Standar Kompetensi Kelulusan SKL dan Standar Isi SI serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BNSP. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. 7.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap tingkat danatau semester. Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1 Mendengarkan 2 Berbicara 3 Membaca 4 Menulis. Dalam penelitian ini, peneliti akan merelevansikan hasil penelitian pada pembelajaran sastra untuk SMA kelas XI semester 1. Uraian tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut: Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesianovel terjemahan 7.1 Menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesiaterjemahan 7.1.4 Perencanan Pembelajaran KTSP a. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Komponen silabus terdiri atas:  Identitas mata pelajaran;  Identitas sekolah, meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;  Standar kompetensi;  Kompetensi dasar;

Dokumen yang terkait

Nilai moral dalam novel surga cinta vanesa karya miftahul asror malik dan relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA

3 34 0

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI KARYA SUYATNA PAMUNGKAS: TINJAUAN SOSIOLOGI Nilai Pendidikan dalam Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

1 3 18

PENDAHULUAN Nilai Pendidikan dalam Novel Mahamimpi Anak Negeri Karya Suyatna Pamungkas: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Relevansinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

0 5 7

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

1 17 16

PATRIOTISME DALAM NOVEL THE DARKNESS OF GATOTKACA KARYA PITOYO AMRIH: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Patriotisme Dalam Novel The Darkness Of Gatotkaca Karya Pitoyo Amrih: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 4 19

PATRIOTISME DALAM NOVEL THE DARKNESS OF GATOTKACA KARYA PITOYO AMRIH: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Patriotisme Dalam Novel The Darkness Of Gatotkaca Karya Pitoyo Amrih: Kajian Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Sebagai Pembelajaran Sastra Di SMP.

0 3 12

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA).

1 39 19

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL PENARI KECIL KARYA SARI SAFITRI MOHAN: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Moral Dalam Novel Penari Kecil Karya Sari Safitri Mohan: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Di SMA Muhammadiyah

0 3 16

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 3 12

NILAI-NILAI EDUKASI DALAM NOVEL AKAR KARYA DEWI LESTARI: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Nilai-Nilai Edukasi Dalam Novel Akar Karya Dewi Lestari: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 11