pembaca Nurgiyantoro, 2010: 321. Sedangkan menurut Kenny via Nurgiyantoro, 2010: 321, moral dalam cerita biasanya dimaksudkan
sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil lewat cerita yang
bersangkutan oleh pembaca.
6.3 Bentuk Penyampaian Pesan Moral dalam Karya Sastra
Dari sisi tertentu karya sastra, fiksi dapat dipandang sebagai bentuk manifestasi keinginan pengarang untuk mendialog, menawar,
dan menyampaikan sesuatu Nurgiyantoro, 2010: 335. Nurgiyantoro menambahkan, sesuatu itu mungkin berupa pandangan tentang suatu
hal, gagasan, moral, atau amanat. Nurgiyantoro 2010: 335 mengemukakan bahwa secara umum
bentuk penyampaian moral dalam karya fiksi mungkin bersifat langsung, atau sebaliknya tak langsung. Bentuk penyampaian pesan
moral yang bersifat langsung, boleh dikatakan identik dengan cara pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan. Artinya,
moral yang ingin disampaikan atau diajarkan kepada pembaca dilakukan secara langsung dan eksplisit.
Bentuk penyampaian moral tidak langsung yaitu pesan hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara keherensif dengan unsur-unsur
cerita yang lain Nurgiyantoro, 2010: 339. Nurgiyantoro 2010: 340 menambahkan, yang ditampilkan dalam cerita adalah peristiwa-
peristiwa, konflik, sikap, dan tingkah laku para tokoh dalam menghadapi peristiwa dan konflik itu.
6.4 Bentuk Nilai Moral yang Kuat
Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang mantap dalam kesanggupannya untuk bertindak sesuai dengan apa
yang diyakininya sebagai benar Suseno, 1989: 141. Menurut Suseno 1989: 142--150, sikap dan tindakan yang menunjukkan
nilai moral yang kuat yaitu: 1 kejujuran, 2 nilai-nilai otentik, 3 kesediaan untuk bertanggungjawab, 4 kemandirian moral, 5
keberanian moral, 6 kerendahan hati, dan 7 realistis dan kritis. 6.4.1
Kejujuran Kejujuran berhubungan dengan ketulusan hati dan
kelurusan hati. Suseno 1989: 142--143 mengemukakan bahwa bersikap terhadap orang lain, tetapi tanpa kejujuran
adalah kemunafikan dan sering beracun. Bersikap jujur kepada orang lain berarti dua sikap yaitu bersikap terbuka
dan bersifat fair. Bersikap terbuka adalah kita selalu muncul
sebagai diri kita sendiri kita berhak atas batin kita. Yang dimaksud terbuka bukan berarti pertanyaan orang lain berhak
mengetahui perasaan dan pikiran kita, sehingga tidak pernah menyembunyikan dengan apa yang kita perlihatkan. Yang
kedua bersifat fair wajar, yaitu memperlakukan menurut