Cross Ventilation dan Single Sided Ventilation Laju Ventilasi

 Laju ventilasi minimum 3 ls per orang.  Laju ventilasi minimum rata-rata setiap hari 5 ls per orang.  Laju ventilasi minimum 8 ls per orang kapan saja saat ruangan digunakan. Ketika laju angin mencapai 8 ls per orang, maka konsentrasi CO 2 pada umumnya akan berada dibawah 1.000 ppm. Efisiensi ventilasi dapat diprediksi dengan menggunakan rumus yang dinyatakan oleh Hananto 2010.

2.3.2 Cross Ventilation dan Single Sided Ventilation

Pencapaian jarak aliran udara tergantung pada kondisi inlet dan outlet-nya. Pertukaran udara akan optimum bila ukuran inlet dan outlet sama cross- ventilation. Namun bila ruangan tersebut hanya memiliki salah 1 area bukaan saja single-sided ventilation, maka ruangan tersebut akan sulit untuk mendapatkan pertukaran udara yang optimum. Gambar 2.1 Perbandingan ukuran bukaan dengan kecepatan rata-rata aliran udara. Sumber: M.Evans,1980 dalam Putra, 2009. Ef = produksi CO 2 per orang pertambahan kadar CO2 penyediaan udara per orang Universitas Sumatera Utara Cross ventilation ventilasi silang merupakan sistem ventilasi dengan bukaan pada dua atau lebih sisi ruangan. Sedangkan single-sided ventilation berarti ventilasi suatu ruangan hanya berada pada satu sisi ruangan. Single-sided ventilation tidak efektif untuk diterapkan di daerah beriklim panas dan hanya cocok untuk ruangan yang kecil. Karena bila ruangan terlalu besar lebar ruangan, maka pertukaran udara yang baik tidak akan terjadi, sehingga udara dalam ruangan akan terasa pengap dan tidak nyaman serta tidak baik untuk kesehatan. Panjang ruangan maksimum untuk sistem ventilasi single-sided dapat dithitung dengan: Panjang ruangan maksimum untuk sistem ventilasi silang cross ventilation dapat dithitung dengan: Gambar 2.2 Single-sided ventilation atas dan cross ventilation bawah. Sumber: S.Roaf, 2003 dalam Putra, 2009. Q = C V .A.V W = 2,5.c.H Q = C V .A.V W = 5.c.H Universitas Sumatera Utara dimana: W = Panjang maksimum ruangan c = Rasio luas bukaan dengan luas lantai H = Tinggi ruangan

2.3.3 Laju Ventilasi

Laju ventilasi merupakan jumlah laju udara per-m 3 yang melewati sistem bukaan jendela ke dalam bangunan setiap jam-nya. Laju ventilasi ditentukan oleh kecepatan dan arah angin dari luar bangunan. Adanya bangunan sekitar atau penghalang pada inlet dapat mengurangi laju ventilasi, maka disarankan agar jarak antar bangunan berjarak minimal 6 kali dari tinggi penghalang Mediastika, 2002. Mike Thompson 2000 menyatakan bahwa laju ventilasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut apabila tidak dilakukan pengukuran. dimana: Vr = Laju ventilasi ls V = Volume ruanganm 3 ACH = Banyaknya pertukaran udara per jam Dengan mengukur laju angin, maka laju ventilasi dapat dihitung dengan perumusan oleh Satwiko 2009 yang merumuskan perhitungan laju ventilasi berdasarkan perbedaan tekanan angin sebagai berikut: dimana: Q = Laju ventilasi m 3 detik A = Luas bukaan inlet m 2 V = Kecepatan angin mdetik C V = Efektivitas bukaan CV dianggap sama dengan 0,5~0,6 untuk angin frontal dan 0,25~0,35 untuk arah angin yang diagonal Pada rumus diatas Q = C V .A.V, ketentuan C V digunakan untuk luas area bukaan inlet dan outlet yang sama. Bila luas bukaan inlet dan outlet berbeda, maka digunakan ketentuan dengan perbandingan rasio bukaan Tabel 2.1. Q = C V .A.V Vr = V. ACH. 1000 3600 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Konstanta penyesuaian proporsi bukaan akibat tekanan angin Perbandingan luas inlet dan outlet C V Perbandingan luas inlet dan outlet C V 1 : 1 1,00 1 : 5 1,40 1 : 2 1,27 2 : 1 0,63 1 : 3 1,35 4 : 1 0,35 1 : 4 1,38 4 : 3 0,86 Minimum laju ventilasi yang disarankan ASHRAE pada ruangan kelas belajar sebesar 5 ls. Dan menurut Ministry of Education 2007, laju ventilasi untuk ruangan kelas dalam kondisi belajar dengan pengguna sebanyak 30 orang sebesar 8 lsorg.

2.4 Sumber Polutan