Udara Sumber Polutan Indoor Air Quality pada Sekolah

pertukaran udara yang terjadi. Bila sirkulasi udara dalam ruangan baik, maka udara dalam ruangan yang tercemar akan netral kembali CO 2 cenderung rendah. ASHRAE 62-2001 merekomendasikan agar konsentrasi CO 2 dalam ruangan tidak melewati 1.000 ppm.

2.2 Udara

Udara merupakan gabungan dari sekumpulan gas nitrogen 78, oksigen 20,95, argon 0,93, karbondioksida 0,038, uap air 1, dan gas lainnya 0,002 yang terdapat di alam semesta dan mengelilingi bumi. Udara bergerak bebas mengikuti jalur yang ada dan mengisi ruang yang kosong, serta berpindah dari daerah bertekanan tinggi suhu dingin ke daerah bertekanan rendah suhu panas. Udara yang bergerak akan menghasilkan angin. Udara bergerak akibat adanya gaya penggerak angin, yaitu adanya perbedaan tekanan dan suhu. Angin yang bergerak melewati ventilasi jendela disebut sebagai laju ventilasi.

2.3 Ventilasi

Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi serta kecepatan angin yang rendah, maka sebaiknya ruangan atau bangunan memiliki sistem ventilasi yang baik. Kesehatan dan kenyamanan termal merupakan dua aspek yang erat kaitannya dengan ventilasi bangunan. Pada umumnya terdapat 2 jenis ventilasi, yaitu:  Ventilasi alami Pergantian udara secara alami tanpa bantuan peralatan mekanis seperti kipas ataupun penyejuk udara AC.  Ventilasi mekanis Penghawaan ruangan dengan bantuan peralatan mekanis kipas angin atau AC, yang tujuannya untuk memperoleh kenyamanan suhu ruangan. Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Ventilasi Alami

Ventilasi alami merupakan media terjadinya proses pergantian udara dalam ruangan oleh udara segar dari luar ruangan tanpa bantuan peralatan mekanik. Ventilasi alami diperlukan untuk 2 tujuan yang umum:  Sebagai media penyedia udara segar ke dalam ruangan dan untuk menetralkan polutan, dengan kata lain berfungsi untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan dalam kondisi baik.  Sebagai media untuk mendinginkan ruangan yang kelebihan panas. Secara umum, sistem ventilasi alami terbagi atas 2 jenis, yaitu:  Ventilasi horizontal Ventilasi horizontal merupakan aliran udara yang terjadi bila terdapat perbedaan suhu udara luar dan dalam ruangan, seperti: cross ventilation dan single-sided ventilation.  Ventilasi vertikal Ventilasi vertikal merupakan ventilasi yang terjadi karena perbedaan jenis lapisan udara luar dan dalam bangunan. Udara dengan berat jenis rendah akan mengalir ke atas, dan udara luar yang lebih dingin berat jenis tinggi, akan mengalir ke bawah ruangan, yang disebut stack-effect ventilation. Pergantian udara dalam ruangan sering dinyatakan dalam satuan ACH Air Change per Hour. ACH merupakan jumlah pergantian seluruh udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jam-nya Satwiko, 2009. Menurut SNI, ACH yang bagus untuk ruang belajar sebesar 8 ach. M.Evans 1980 menyarankan sebaiknya besar bukaan outlet sama dengan inlet agar pertukaran udara optimum. Bila bukaan outlet lebih besar dari inlet, maka kecepatan angin dalam ruangan akan meningkat, namun pertukaran udara tidak optimum. Dari SNI, disarankan agar besar bukaan minimum 5 dari luas lantai ruangan. Sistem ventilasi alami digemari di lokasi yang beriklim tropis karena dapat mengurangi penggunaan energi Dutton, 2010. Menurut panduan BB 101 2006 ventilasi alami pada sekolah harus menghasilkan: Universitas Sumatera Utara  Laju ventilasi minimum 3 ls per orang.  Laju ventilasi minimum rata-rata setiap hari 5 ls per orang.  Laju ventilasi minimum 8 ls per orang kapan saja saat ruangan digunakan. Ketika laju angin mencapai 8 ls per orang, maka konsentrasi CO 2 pada umumnya akan berada dibawah 1.000 ppm. Efisiensi ventilasi dapat diprediksi dengan menggunakan rumus yang dinyatakan oleh Hananto 2010.

2.3.2 Cross Ventilation dan Single Sided Ventilation

Pencapaian jarak aliran udara tergantung pada kondisi inlet dan outlet-nya. Pertukaran udara akan optimum bila ukuran inlet dan outlet sama cross- ventilation. Namun bila ruangan tersebut hanya memiliki salah 1 area bukaan saja single-sided ventilation, maka ruangan tersebut akan sulit untuk mendapatkan pertukaran udara yang optimum. Gambar 2.1 Perbandingan ukuran bukaan dengan kecepatan rata-rata aliran udara. Sumber: M.Evans,1980 dalam Putra, 2009. Ef = produksi CO 2 per orang pertambahan kadar CO2 penyediaan udara per orang Universitas Sumatera Utara Cross ventilation ventilasi silang merupakan sistem ventilasi dengan bukaan pada dua atau lebih sisi ruangan. Sedangkan single-sided ventilation berarti ventilasi suatu ruangan hanya berada pada satu sisi ruangan. Single-sided ventilation tidak efektif untuk diterapkan di daerah beriklim panas dan hanya cocok untuk ruangan yang kecil. Karena bila ruangan terlalu besar lebar ruangan, maka pertukaran udara yang baik tidak akan terjadi, sehingga udara dalam ruangan akan terasa pengap dan tidak nyaman serta tidak baik untuk kesehatan. Panjang ruangan maksimum untuk sistem ventilasi single-sided dapat dithitung dengan: Panjang ruangan maksimum untuk sistem ventilasi silang cross ventilation dapat dithitung dengan: Gambar 2.2 Single-sided ventilation atas dan cross ventilation bawah. Sumber: S.Roaf, 2003 dalam Putra, 2009. Q = C V .A.V W = 2,5.c.H Q = C V .A.V W = 5.c.H Universitas Sumatera Utara dimana: W = Panjang maksimum ruangan c = Rasio luas bukaan dengan luas lantai H = Tinggi ruangan

2.3.3 Laju Ventilasi

Laju ventilasi merupakan jumlah laju udara per-m 3 yang melewati sistem bukaan jendela ke dalam bangunan setiap jam-nya. Laju ventilasi ditentukan oleh kecepatan dan arah angin dari luar bangunan. Adanya bangunan sekitar atau penghalang pada inlet dapat mengurangi laju ventilasi, maka disarankan agar jarak antar bangunan berjarak minimal 6 kali dari tinggi penghalang Mediastika, 2002. Mike Thompson 2000 menyatakan bahwa laju ventilasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut apabila tidak dilakukan pengukuran. dimana: Vr = Laju ventilasi ls V = Volume ruanganm 3 ACH = Banyaknya pertukaran udara per jam Dengan mengukur laju angin, maka laju ventilasi dapat dihitung dengan perumusan oleh Satwiko 2009 yang merumuskan perhitungan laju ventilasi berdasarkan perbedaan tekanan angin sebagai berikut: dimana: Q = Laju ventilasi m 3 detik A = Luas bukaan inlet m 2 V = Kecepatan angin mdetik C V = Efektivitas bukaan CV dianggap sama dengan 0,5~0,6 untuk angin frontal dan 0,25~0,35 untuk arah angin yang diagonal Pada rumus diatas Q = C V .A.V, ketentuan C V digunakan untuk luas area bukaan inlet dan outlet yang sama. Bila luas bukaan inlet dan outlet berbeda, maka digunakan ketentuan dengan perbandingan rasio bukaan Tabel 2.1. Q = C V .A.V Vr = V. ACH. 1000 3600 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Konstanta penyesuaian proporsi bukaan akibat tekanan angin Perbandingan luas inlet dan outlet C V Perbandingan luas inlet dan outlet C V 1 : 1 1,00 1 : 5 1,40 1 : 2 1,27 2 : 1 0,63 1 : 3 1,35 4 : 1 0,35 1 : 4 1,38 4 : 3 0,86 Minimum laju ventilasi yang disarankan ASHRAE pada ruangan kelas belajar sebesar 5 ls. Dan menurut Ministry of Education 2007, laju ventilasi untuk ruangan kelas dalam kondisi belajar dengan pengguna sebanyak 30 orang sebesar 8 lsorg.

2.4 Sumber Polutan

Polusi udara dalam ruangan terjadi karena adanya proses pelepasan gas atau partikel ke udara dari sumbernya. Umumnya polusi udara dari luar dapat masuk ke dalam ruangan akibat infiltrasi dan sistem ventilasi yang buruk. Sumber polusi udara dari luar ruangan dapat berasal dari berbagai jenis proses pembakaran. Dari dalam ruangan sendiri, polutan udara dapat berasal dari material bangunan dan perabotan yang mulai rusak, produk yang mengandung bahan isolasi asbes, karpet yang lembab, perabotan dari kayu yang di-press, produk pembersih dan perawatan pribadi, alat pendingin, kompor, pelembab ruangan, dsb.

2.5 Jenis dan Sumber Polutan, serta Efek yang Ditimbulkan

2.5.1 Polutan Non-organik 1 Karbon Monoksida CO

CO merupakan senyawa gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa, serta sukar larut dalam air, serum darah, dan plasma. Senyawa gas ini dihasilkan dari proses pembakaran tidak sempurna karbon seperti kayu, bensin, batu bara, gas alam, dan kerosin. Senyawa CO dalam ruangan berasal dari emisi kompor dan pembakaran yang menggunakan bahan bakar fosil dan biomassa, terutama yang Sumber: Boutet 1987 Universitas Sumatera Utara tidak dipasang dan terawat. Asap tembakau dan kendaraan menjadi salah satu sumber utama polutan CO dalam ruangan. Dalam tubuh manusia, gas CO dapat beraksi dengan hemoglobin membentuk COHb yang dapat mengganggu sistem pengangkutan oksigen dalam darah. Pada konsentrasi 2.5 – 10 dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Pada konsentrasi 25 – 30, penderita akan kehilangan kesadaran secara perlahan, dan ketika COHB mencapai 60, maka akan menyebabkan kematian. Individu yang keracunan gas CO sering menunjukkan gejala kecapekan, sakit kepala, mual, kesulitan bernafas, meningkatnya debaran jantung, kejang-kejang, kelumpuhan, kehilangan kesadaran, iritasi, gangguan memori, dan tinnitus. WHO 2005 menyarankan standard konsentrasi CO sebagai berikut:  15 menit 100 mgm 3  1 jam 35 mgm 3  8 jam 10 mgm 3  24 jam 7 mgm 3 Disarankan agar menekan konsentrasi CO hingga 4,6 – 5,8 mgm 3 . EPA menentukan standard rata-rata konsentrasi CO tidak boleh melewati 9 ppm selama 8 jam. Menurut lembaga pemerintahan Jerman 2008 untuk kondisi udara yang baik pada sekolah disarankan gas CO berkisar antara 60mgm 3 selama 30 menit dan 15mgm 3 selama 8 jam. 2 Karbon Dioksida CO 2 CO 2 merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, yang dihasilkan dari alam dan proses pembakaran bensin, batu bara, minyak, dan kayu, serta hasil dari proses respirasi dan metabolisme manusia merupakan kontributor terbesar gas CO 2 dalam ruangan. Konsentrasi gas CO 2 di dalam ruangan tergantung pada jumlah orang, lama ruangan dipergunakan, kegiatan dalam ruangan, pertukaran udara, dan polutan dari luar. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Efek senyawa gas CO 2 Kadar CO 2 Interval Efek yang ditimbulkan 2 B eberapa ja m Sakit kepala, sesak nafas dalam aktivitas ringan 3 1 jam Sakit kepala ringan,berkeringat, dyspnea istirahat 4 – 5 Beberapa menit Sakit kepala, pusing, tekanan darah meningkat, dyspnea yang tidak nyaman 6 1 – 2 menit Gangguan pada penglihatan dan pendengaran ≤ 16 menit Sakit kepala, dyspnea Beberapa jam Gemetar 7 – 10 Beberapa menit Kehilangan kesadaran 1.5 menit – 1 jam Sakit kepala, detak jantung meningkat, dyspnea, pusing, berkeringat, bernafas dengan cepat. 10 – 15 1 – beberapa menit Pusing, mengantuk, kejang parah pada otot, ketidaksadaran. 16 – 30 Dalam 1 menit Hilang kendali dalam melakukan aktivitas, pingsan, kejang, koma hingga kematian. Menurut EPA dan ASHRAE batas maksimum gas CO 2 dalam ruangan tidak boleh melewati 1.000 ppm untuk mencapai keadaan ruangan yang nyaman. Lembaga pemerintahan Hongkong 2003 dan Jerman 2008 juga menyarankan standard konsentrasi CO 2 pada ruangan kelas dengan range 800 ppm – 1.000 ppm selama 8 jam. 3 Ozon O 3 Ozon merupakan senyawa gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan beracun, sangat reaktif dan merupakan salah satu oksidan yang kuat. Sekarang ini ozon sudah dikembangkan untuk menghilangkan warna dan bau pada air, berperan sebagai antiseptik, memutihkan kain, pengawet makanan, dan sterilisasi peralatan medis. Ozon terbentuk akibat adanya reaksi kimiawi yang terjadi di atmosfer, dimana sumber awalnya dapat berasal dari hasil proses evaporasi dan proses pembakaran bahan bakar bensin, serta berasal dari penguapan bahan organik VOC dari produk tertentu. Dari dalam ruangan sendiri, gas ozon dapat berasal dari alat pembersih udara, udara dari luar ruangan, mesin fotokopi, printer, dan produk lain yang mengandung sinar UV. Sumber : http:www.epa.gov Universitas Sumatera Utara Secara umum ozon cenderung menyerang sistem pernafasan, dan menyebabkan batuk kering, sakit pada dada paru-paru, iritasi sensorik, pneumonia, bronkitis, dengungan pada telinga, dan terkadang dapat menyebabkan rasa mual. Berdasarkan penelitian NIEHS, kapasitas paru- paru berkurang sebesar 5 – 10 pada konsentrasi 0,08 ppm National Institute of Health 2001 selama 6,5 jam. Ozon juga dapat menyebabkan manusia lebih sensitif terhadap udara kering, lembab, dan berdebu sehingga dapat meningkatkan alergi pada individu yang rentan serta menurunkan sistem imun pernafasan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Southern California Keck School of Medicine, setiap pertambahan 0,02 ppm pada ozon dapat menyebabkan 63 penurunan absen siswa karena sakit. Menurut WHO dan panduan BB101 konsentrasi ozon yang diizinkan yaitu 100 µgm 3 selama rentang waktu 8 jam. Lembaga pemerintahan Hongkong 2003 menyarankan standard konsentrasi O 3 pada ruangan kelas antara 0,025 ppm – 0,061 ppm selama 8 jam. 4 Nitrogen Dioksida NO 2 NO 2 merupakan gas berwarna merah-kecoklatan dengan aroma menyengat yang dihasilkan dari rumah kaca dan kegiatan antropogenik. NO 2 merupakan oksidan yang kuat, korosif, dan sulit larut dalam air. Sumber utama NO 2 merupakan asap tembakau dan gas pembakaran dari kayu, minyak, kerosin, dan batu bara. Jarak bangunan terhadap jalan juga menentukan konsentrasi NO 2 dalam ruangan. Keracunan NO 2 cenderung menyerang sistem pernafasan bronkokotriksi, juga menyebabkan gangguan pada media pendengaran, hidung, tenggorokan, meningkatnya koabilitas, menurunkan imun, sehingga menaikkan kemungkinan terjadi infeksi pada pernafasan. WHO menyarankan agar kandungan NO 2 di udara sebesar:  200µgm 3 selama rata-rata 1 jam  40µgm 3 selama rata-rata per tahun. Universitas Sumatera Utara Lembaga pemerintahan Hongkong 2003 menyarankan standard konsentrasi NO 2 pada ruangan kelas sebesar 0,021 ppm – 0,08 ppm selama 8 jam. Dan menurut lembaga pemerintahan German 2008 ditetapkan standard untuk mencapai kondisi udara yang baik di sekolah sebesar 0,19 ppm selama 30 menit dan 0,03 ppm selama 1 minggu. 5 Radon Radon merupakan radioaktif yang tidak berwarna dan tidak berbau. Radon terbentuk dari radium yang rusak dalam tanah dan bebatuan . Radon berasal dari pembusukan radium di bawah tanah rumah. Ketika suhu dalam ruangan lebih tinggi dan memiliki tekanan yang lebih rendah dari tanah di bawah ruangan, maka gas radon akan masuk ke dalam ruangan dari dalam tanah secara infiltrasi. Penelitian dilakukan pada para pekerja tambang dan diperoleh hasil bahwa senyawa ini dapat menyebabkan kanker paru-paru. Ditemukan bahwa resiko perokok yang menderita kanker paru-paru akibat radon lebih rendah daripada pekerja yang tidak pernah merokok. Efek karsinogenik yang lain yaitu leukimia, kanker perut dan kanker hati. Juga dapat menyebabkan kerusakan pada DNA, gen dan sel. Sampai saat ini, WHO belum menentukan batasan aman, maka disarankan batasan pada penderita kanker paru- paru akibat radon ≥ 75 tahun diperkirakan sebesar:  0,6 x 10 -5 per Bqm 3 individu yang tidak pernah merokok  15 x 10 -5 per Bqm 3 individu perokok aktif  Pada individu yang pernah merokok terdapat resiko medium

2.5.2 Polutan Organik 1 Benzena

Benzena merupakan senyawa yang berbau, tidak berwarna, jernih, mudah menguap, cepat larut dalam air dan senyawa organik, sangat mudah terbakar dengan susunan molekul C 6 H 6. Senyawa benzena digunakan Universitas Sumatera Utara secara luas sebagai pelarut, terutama dalam industri cat, pembersih cat, karet semen, produk kesenian dan kerjinan tangan. Dalam ruangan, benzena dapat berasal dari material bangunan dan perabotan, gelas fiber, perekat lantai, cat, sistem pembakaran, produk larutan, dan kegiatan manusia bersih-bersih, penggunaan produk tertentu dan pengusir nyamuk, fotokopi, proses menge-print, asap rokok. Emisi benzena dari material dan perabotan akan menghilang secara perlahan dalam selang waktu minggunan, bulanan, hingga tahunan. Terdapat banyak laporan kasus kematian setelah beberapa jam asphyxia dan sistem depresi saraf pusat akibat terhirupnya senyawa benzena pada konsentrasi yang tinggi. Benzena dapat menyebabkan efek cerebovaskular ischemic pada konsentrasi 20.000 ppm selama 5 –10 menit. Dalam kasus keracunan ringan 300 ppm – 3.000 ppm menyebabkan kesulitan berbicara, sakit kepala, pusing, insomnia, mual, parestesia pada tangan dan kaki serta kecapekan. Inhalasi sebanyak 50 ppm – 100 ppm selama 30 menit dapat menyebabkan kecapekan dan sakit kepala, dan pada kisaran 250 ppm – 500 ppm dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, pingsan dan mual. Efek genoktosisitas merupakan efek paling kronis yang disebabkan oleh benzena. Efek ini akan menyebabkan kromosom menjadi tidak normal dan menimbulkan efek yang bersifat karsinogen myeloid leukemia. WHO belum menentukan standard untuk polutan benzena. Lembaga pemerintahan Hongkong 2003 menetapkan batasan untuk benzena terhadap kualitas udara nyaman di ruangan kelas sebesar 16,1µgm 3 . Standard INRS untuk gejala neurologikal akibat benzena:  25 ppm tidak terdapat efek  50 – 100 ppm sakit kepala dan asthenia  500 ppm ada gejala yang menonjol  3.000 ppm toleransi 30 – 60 menit  20.000 ppm kematian dalam 5 – 15 menit Universitas Sumatera Utara 2 Formaldehyde CH 2 O Formaldehyde merupakan gas yang tidak berwarna, mudah terbakar dan sangat bereaksi pada suhu ruangan. Formaldehyde dapat dibeli dalam bentuk cairan, yang dikenal dengan Formalin. Senyawa ini bereaksi cepat dengan hidroksil radikal dan menghasilkan asam. Senyawa ini dapat larut dalam air dan etanol serta klorofom dengan penambahan aseton, benzen, dan dietileter. Secara luas formaldehyde digunakan untuk menghasilkan getah, desinfektan dan bahan preservatif dalam makanan. Sumber dalam ruangan dapat berasal dari proses pembakaran, material bangunan terutama yang baru, kosmetik, penggunaan elektronik, produk insektisida dan kertas. Faktor usia material, asap rokok, kadar CO 2 dan suhu juga turut menentukan kadar senyawa ini. Aroma yang tidak nyamanan timbul pada konsentrasi 0.2 – 0.4 mgm 3 . Efek yang lain yaitu iritasi sensorik pada mata dan pernafasan bagian atas, efek pada paru-paru hingga eksema. IARC dan NCI menyatakan formaldehyde bersifat karsinogenik pada manusia karena dapat menyebabkan kanker nasofaring, hipofaring, dan laring, sehingga mempengaruhi kemampuan berbicara, kanker pankreas, kanker paru-paru, kanker otak, dan myeloid leukemia. Batasan konsentrasi yang disarankan WHO yaitu 0,1 mgm 3 selama 30 menit. Pada konsentrasi 0,38 mgm 3 selama 4 jam dapat menyebabkan iritasi sensorik pada mata dan pada konsentrasi 0,6 mgm 3 dapat meningkatkan frekuensi kedipan mata dan menyebabkan mata merah. Lembaga pemerintahan Hongkong 2003 menyarankan standard konsentrasi NO 2 pada ruangan kelas antara 0,024 ppm – 0,081 ppm selama 8 jam. Sedangkan lembaga pemerintahan Jerman 2008 menetapkan standard ≤ 0,1 ppm selama 30 menit. Universitas Sumatera Utara 3 Naftalin Senyawa naftalin mempunyai susunan molekul C 10 H 8 , berbentuk bubuk putih kristal dengan aroma seperti kapur barus, sangat mudah menguap, tidak larut dalam air, namun larut dalam alkohol dan asetat. Naftalin digunakan sebagai bahan baku pelunak, resin sintetik, naftalin sulfonat, papan plaster, dispersan karet sintetis dan natural, penggelap di industri kulit, cat dan dalam proses produksi karbaril insektisida. Dari dalam ruangan naftalin berasal dari kapur barus terutama, berbagai jenis pelarut, pelumas, herbisida, pembakar arang dan hair-spray, kompor kerosin, asap rokok, material karet, desinfektan dan pewangi ruangan padat. Efek yang paling serius yaitu anemia hemolitik. Bila terjadi keracunan pada wanita hamil, terdapat kemungkinan besar bayi dalam kandungan juga akan menderita anemia hemolitik dan methemoglobinemia. Tidak banyak kasus yang di dokumentasikan, namun keracunan kronis naftalin pada manusia diantaranya kanker pada laring dan kolon, sakit saraf, dan gagal ginjal. Selain itu, juga terdapat kemungkinan dapat menyebabkan diabetes, hipertensi, dan obesitas. Menurut WHO konsentrasi naftalin yang direkomendasikan selama setahun yaitu 0,01 mgm 3 . Lembaga pemerintahan German 2008 menyarankan standard terhadap kondisi udara pada sekolah yang baik menetapkan standard 0,002 mgm 3 – 0,02 mgm 3 selama 8 jam.

2.5.3 Jamur

Jamur timbul akibat adanya area yang lembab pada bangunan, sistem ventilasi yang tidak bagus ataupun infiltrasi. Pertumbuhan jamur dapat dihambat dengan menjaga kelembaban dalam ruangan di bawah 50 dan menjaga masalah kelembaban yang lain seperti kebocoran air. Jamur yang sering terdapat dalam ruangan yaitu Aspergillus versicolor, A.parasiticus, A. flavus, Penicillium spp., Fusarium spp., Trichoderma spp. dan Universitas Sumatera Utara Stachybotrys atra chartarum. Efek yang sering ditimbulkan yaitu ashma, rhinitis, dan hipersensitivitas pheumonitis.

2.5.4 Bakteri Legionella sp.

Legionella sp. merupakan bakteri yang cenderung berkembang biak pada air yang tenang dan hangat 25°C – 45°C dan dapat menyebabkan Legionellosis. Bakteri ini bersifat seperti amuba, biasanya berpindah melalui udara dan cenderung ditemukan pada cooling tower, air mancur publik, kepala shower, serta keran yang sudah tidak bagustidak terawat. Satuan untuk menyatakan konsentrasi Legionella dinyatakan dalam cfuliter. Untuk mencegah timbulnya bakteri ini, dapat dilakukan dengan mengatur derajat air dingin selalu pada suhu 20°C, dan air panas pada suhu 60°C setidaknya berkisar antara 55°C ketika mencapai keran air, membersihkan aerator pada keran, dan melakukan pengujian secara berkala.

2.5.5 Asbes

Asbes merupakan bahan bangunan yang terdiri dari mineral silikat yang dulunya sering digunakan pada ambang jendela, partisi, pipa pembuangan, dan panel penutup. Material asbes dinyatakan bersifat karsinogen terhadap manusia dan berbahaya bila ―terusak‖ dan menghasilkan serpihan miroskopis. Serpihan mikroskopis akan tersebar ke udara, sehingga dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti:  Asbestosis pengerasan pada bagian lapisan paru-paru.  Untuk selang waktu 20 – 30 tahun dapat menyebabkan kanker paru-paru.  Untuk selang waktu 30 – 40 tahun dapat menyebabkan Mesothelioma.

2.6 Indoor Air Quality pada Sekolah

Faktor yang mempengaruhi kualitas udara di sekolah pada umumnya sama seperti di bangunan lain, namun pengguna ruangan sebagian besar merupakan anak-anak yang kondisi pertahanan tubuhnya cenderung lebih rentan. Universitas Sumatera Utara Anak-anak cenderung bernafas lebih cepat dan banyak daripada orang dewasa. Kualitas udara dalam ruangan ternyata dapat mempengaruhi kinerja, konsentrasi dan kehadiran siswa Mendell Heath, 2004 dan Salleh, 2011. Kualitas udara di ruangan sekolah, bila ditinjau dari segi polutan CO 2 , maka faktor yang mempengaruhinya cenderung berupa:  Jumlah siswa atau pengguna ruang sumber utama CO 2  Aktivitas di dalam ruangan  Lama Penggunaan ruangan  Laju ventilasi Kualitas udara yang buruk di sekolah merupakan penyebab masalah pernafasan, penularan penyakit dari udara, dan menimbulkan alergi pada anak- anak, sehingga menurunkan persentase kehadiran dan kinerja belajar siswa Jaakkola dkk., 2000; Mendell, 2007.

2.7 Indoor Air Quality dan Ventilasi