Indoor Air Quality dan Ventilasi

Anak-anak cenderung bernafas lebih cepat dan banyak daripada orang dewasa. Kualitas udara dalam ruangan ternyata dapat mempengaruhi kinerja, konsentrasi dan kehadiran siswa Mendell Heath, 2004 dan Salleh, 2011. Kualitas udara di ruangan sekolah, bila ditinjau dari segi polutan CO 2 , maka faktor yang mempengaruhinya cenderung berupa:  Jumlah siswa atau pengguna ruang sumber utama CO 2  Aktivitas di dalam ruangan  Lama Penggunaan ruangan  Laju ventilasi Kualitas udara yang buruk di sekolah merupakan penyebab masalah pernafasan, penularan penyakit dari udara, dan menimbulkan alergi pada anak- anak, sehingga menurunkan persentase kehadiran dan kinerja belajar siswa Jaakkola dkk., 2000; Mendell, 2007.

2.7 Indoor Air Quality dan Ventilasi

Kualitas udara dalam ruangan menunjukkan kondisi udara dalam ruangan. Desain sistem ventilasi yang baik dapat menciptakan kualitas udara yang lebih baik dengan tersedianya pertukaran udara bersih. Ventilasi merupakan media terjadinya pertukaran udara, yaitu proses masuknya udara segar dari luar dan keluarnya polutan dari dalam ruangan. Pertukaran udara terjadi karena adanya laju ventilasi dan perbedaan tekanan suhu dan udara sekitar. Melalui proses pertukaran udara tersebut, maka polutan udara dalam ruangan dapat dinetralkan. Gambar 2.3 CO 2 sebagai indikator sistem ventilasi di kelas. Sumber: Designing Quality Learning Spaces: Ventilation Indoor Air Quality, 2007. Universitas Sumatera Utara Besar bukaan ventilasi mempengaruhi besarnya laju ventilasi, dimana laju ventilasi berpengaruh terhadap kandungan CO 2 dalam ruangan. Bila laju ventilasi tidak lancar sistem pengoperasian bukaan dan faktor lain dan tidak memenuhi kebutuhan aktivitas di dalamnya, maka akan menimbulkan efek negatif seperti rasa pengap dan kurangnya oksigen dalam ruangan, yang kemudian akan berdampak pada kenyamanan dan kesehatan manusia seperti gangguan pada sistem pernafasan dan timbulnya jamur serta polutan lain. Pada suatu bangunan atau ruangan, umumnya terdapat 2 fungsi ventilasi, yaitu inlet dan outlet. Ventilasi yang berfungsi sebagai inlet, disarankan diletakkan pada ketinggian manusia 60 –150 cm agar udara dapat mengalir di sekitar manusia. Sedangkan untuk ventilasi yang berfungsi sebagai outlet harus diletakkan lebih tinggi dari inlet, agar udara panas dalam ruangan dapat mengalir keluar Mediastika, 2002. Melalui sistem ventilasi yang baik, maka sirkulasi udara akan lancar. Menurut CIBSE 2006 dalam panduan Khatami 2013, manusia memerlukan udara bersih sebesar 10 ls. Namun untuk standard yang dibutuhkan di sekolah, cenderung berkisar antara 5ls – 8 ls BB101, 2006 ; ASHRAE, 2003. Konsentrasi CO 2 dalam ruangan berbeda-beda bila ditinjau dari ketinggian dalam ruangan. Pembuktian ini ditemukan dalam penelitian Stieger dkk., yang menemukan bahwa konsentrasi CO 2 lebih tinggi pada area yang lebih tinggi. Namun bila sistem ventilasi ditutup, maka konsentrasi CO 2 dalam ruangan akan sama rata di semua titik dalam rentang beberapa menit.

2.8 Penelitian Terkait