Kualitas SDM yang masih lemah, baik SDM pemerintah good governance, Kuantitas penduduk yang rendah, dimana wilayah dengan luas lebih dari 1,2 WILAYAH DAN TATA RUANG 1. Struktur Ruang dan Sistem Kota-Kota Telah dibangunnya sebagian besar pusat pemerintah d

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 55 7. Terjadinya penurunan luas areal pertanian dan penurunan debit air sungaiirigasi; 8. Terjadinya kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, terutama antara kawasan perkotaan dan desa tertinggal; 9. Belum optimalnya tingkat produktivitas lahan, terutama kawasan dengan fungsi perkebunan karet dan tanaman lahan kering lainnya;

10. Kualitas SDM yang masih lemah, baik SDM pemerintah good governance,

masyarakat civil society dan swasta good corporate governance;

11. Kuantitas penduduk yang rendah, dimana wilayah dengan luas lebih dari 1,2

juta Ha hanya dihuni oleh 490.000 jiwa lebih;

12. Ketersediaan infrastruktur yang belum menunjang peningkatan ekonomi dan

pemerataan pembangunan; 13. Belum terbangunnya sistem ekonomi wilayah yang berbasis kapasitas lokal; 14. Kapasitas keuangan daerah untuk pembangunan infrastruktur yang memadai masih terbatas. Diperlukan upaya dan investasi yang besar untuk menciptakan Muara Beliti sebagai pusat pemerintahan dan pusat agropolitan, namun bersamaan dengan itu pelayan publik tetap harus dilakukan dengan baik dan program pembangunan kawasan agropolitan tetap harus dijalankan; 15. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam membangun pusat pemerintahan di Muara Beliti yang pada gilirannya akan berdampak terhadap pelemahan kinerja pemerintah dalam pelayanan publik; 16. Terdapatnya ribuan penduduk yang berada dalam kawasan TNKS yang mengandalkan matapencahariannya pada hutan TNKS. Hal ini menyebabkan terjadinya perambahan hutan illegal logging.

2.14.3. Peluang

1. Terdapat peluang pengembangan produk-produk pertanian dengan memanfaatkan luas areal yang masih cukup tersedia melalui ekstensifikasi dan peningkatan produk melalui intensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi. Peluang pasar produk-produk ini akan semakin besar terutama jika dikaitkan dengan semakin berkurangnya areal irigasi teknis di beberapa daerah, sehingga dengan demikian daerah ini dapat menjadi pemasok bagi kebutuhan berbagai wilayah, baik untuk kebutuhan internal Sumatera Selatan maupun daerah lainnya; 2. Hasil ternak di wilayah ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan daerah lainnya dan masih memungkinkan untuk ditingkatkan dengan tersedianya areal untuk pengembangan hijauan makanan ternak. Hasil-hasil peternakan ini sudah memiliki pasar yang jelas, antara lain Kota Lubuklinggau, Palembang, Bengkulu dan kota-kota lainnya; 3. Terdapatnya kelompok permukiman diluar Kabupaten Musi Rawas yang secara tradisional telah dilayani oleh pusat permukiman di Musi Rawas; 4. Masih besarnya peluang pasar bagi produksi mentah atau derivasi turunan dari sawit, karet dan kelapa yang merupakan komoditas dengan produksi yang cukup tinggi; 5. Dengan meningkatnya produk-produk pertanian maka memungkinkan untuk menjalin keterkaitan dengan sektor industri lokal melalui kegiatan agroindustri RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 8 musim hujan debit aliran sungai-sungai tersebut sangat besar mengakibatkan elevasi permukaan air sungai sangat tinggi bahkan melampaui elevasi tanggulnya sehingga meluap dan menimbulkan banjir terutama di daerah hilir. Selain curah hujan yang merupakan faktor uncontrollable terjadinya banjir, kegiatan masyarakat yang mengganggu aliran sungai dalam bentuk penyempitan sungai, perusakan tanggul, pendangkalan, pembuangan sampah ke sungai, polusi yang memacu pemanasan global dan timbulnya lahan oloran yang menambah panjang aliran sungai adalah faktor manusiawi yang mempengaruhi intensitas banjir; b. Berkurangnya pasokan air di musim kemarau, hal ini akibat terdegradasinya kawasan resapan. Kerusakan daerah resapan ini berperan penting terhadap gangguan kelestarian ratusan sumber mata air di Kabupaten Musi Rawas karena fungsi pokoknya yang menahanmenyimpan air hujan sebanyak-banyaknya untuk dimanfaatkan pada musim kemarau. Tingginya curah hujan tidak dapat dihindarkan tetapi luas lahan dan kemampuan meresapkan air sangat dipengaruhi aktivitas manusia. Perubahan peruntukan lahan seperti hutan untuk pertanian atau permukiman akan menyebabkan laju aliran permukaan menjadi besar dan volume air terserap semakin kecil. Hal ini terlihat dari kejadian banjir di musim hujan dan turunnya persediaan air di musim kemarau; c. Berkurangnya potensi sumber air, hal ini selain disebabkan oleh berkurangnya volume air terserap, juga oleh penggunaan yang berlebihan dan kurangnya pemeliharaan sumber air; d. Belum optimalnya pemanfaatan potensi hidrologi yang besar untuk keperluan irigasi, pembangkit listrik tenaga air, pembuatan industri air dalam kemasan, untuk transportasi, dan lain-lain; e. Kondisi DAS dan kawasan sekitar situdanauwaduk semakin kritis, karena beberapa titik di kawasan tersebut terjadi penebangan pepohonan oleh warga untuk membuka kebun kopi, palawija, atau sayur-mayur bahkan untuk permukiman; f. Terlalu banyaknya sungai-sungai besar maupun sungai-sungai kecil sehingga menyulitkan dalam membangun infrastruktur karena membutuhkan alokasi dana yang besar; g. Kualitas air sungai dan air situ di semua lokasi menunjukkan semua parameter masih di bawah mutu kecuali bakteri coli tinja yang sudah di atas baku mutu berkisar antara 14.000 sel bakteri100ml - 190.000 sel bakteri100ml BML = 2.000 sel bakteri100ml hal ini terjadi akibat dari adanya buangan limbah domestik rumah tangga yang tidak menggunakan sarana pengolahan limbah yang dipersyaratkan. Tantangan selama periode 2005-2025 Kabupaten Musi Rawas dapat mengatasi berbagai problema tersebut, sehingga dicapai kondisi sebagai berikut: a. Dengan penerapan teknologi semua masalah yang menyakut dengan pembangunan infrastruktur perairan dapat diatasi; b. Dengan lestarinya kawasan resapan air diharapkan berkurangnya bencana banjir dimusim hujan dan tetap terjaganya pasokan air sesuai kebutuhan dimusim kemarau; RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 9 c. Termanfaatkannya potensi hidrologi secara optimal dalam berbagai sektor, antara lain: untuk keperluan irigasi, pembangkit listrik tenaga air, pembuatan industri air dalam kemasan, untuk transportasi, dan lain-lain; d. Penetapan kawasan konservasi dan resapan air sebagai kawasan non-budidaya; e. Sumberdaya air seperti sungai-sungai besar akan dapat dimanfaatkan kembali untuk jalur transportasi sungai; f. Dengan berkurangnya tingkat pencemaran air, diharapkan akan kualitas air akan kembali baik; g. Dengan dilakukannya revitalisasi kawasan sekitar situdanauwaduk dan terkendalinya tingkat pencemaran air, maka diharapkan kualitas dan kuantitas air memenuhi syarat baku mutu.

2.1.3. Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif

Jenis tanah dapat dibedakan ke dalam tujuh jenis. Tanah podsolik merupakan jenis tanah terluas 37,72, menyebar di Kecamatan Rupit, Rawas Ulu, Muara Lakitan dan Jayaloka. Struktur geologi sebagian besar didominasi oleh formasi Palembang dan sebagian lagi oleh formasi Rawas. Sedangkan pH tanah di Kabupaten Musi Rawas berada dikisaran antara 4,5 – 6,0. Kedalaman efektif tanah dapat dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu lebih dari 90cm, 90cm, 60cm, dan 30cm. Untuk tekstur tanah komposisi fraksi pasir, debu, dan liat juga terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu sangat halus, halus, sedang, dan kasar. Secara umum kemampuan tanah di Kabupaten Musi Rawas didominasi oleh jenis tanah dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90cm, dengan tekstur tanah halus dan tidak ada erosi dengan luas lahan sebesar 1.061.621,66Ha atau 85,85 dari seluruh luas wilayah Kabupaten Musi Rawas. Sementara lahan yang memiliki kemungkinan erosi sebesar 44.418Ha atau sebesar 3,59. Berdasarkan kondisi yang ada dapat disimpulkan bahwa kemampuan lahan di Kabupaten Musi Rawas berada dalam keadaan yang baik untuk mendukung kegiatan pengembangan. 2. 2. WILAYAH DAN TATA RUANG 2.2.1. Struktur Ruang dan Sistem Kota-Kota Dalam konstelasi regional provinsi dan sebagaimana yang diamanatkan dalam RTRW Provinsi Sumatera Selatan, Kota Lubuklinggau berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah PKW dan Kecamatan Muara Beliti sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL. Ini artinya Kota Lubuklinggau mempunyai kapasitas untuk melayani wilayah Musi Rawas, Empat Lawang dan wilayah lain di sekitarnya. Beracu pada kebijakan dan strategi di atas, Muara Beliti diarahkan menjadi PKL untuk wilayah Musi Rawas, selain sebagai pusat pemerintahan. Adapun pusat pertumbuhan lainnya diarahkan sebagai Pusat Pelayanan bagi wilayah belakangnya dengan hirarki sesuai dengan hasil analisis dan hasil kesepakatan pada beberapa kali pertemuan teknis. Hal penting lain yang menjadi pertimbangan dalam merumuskan sistem perkotaan Muara Beliti adalah kebijakan RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 54 7. Tersedianya tenaga kerja produktif lebih kurang 277.350 jiwa; 8. Terdapatnya jaringan irigasi teknis sejumlah 23 daerah irigasi dan 2 buah bendungan yang mengairi lebih dari 22.000 Ha padi sawah; 9. Tersedianya infrastruktur jalan dan listrik yang telah menghubungkan dan melayani seluruh IKK;

10. Telah dibangunnya sebagian besar pusat pemerintah di Muara Beliti dan

tersedianya lahan untuk pembangunan pusat agropolitan dalam skala yang cukup luas;

11. Terdapatnya instalasi pengolah air bersih untuk perkotaan; 12. Telah

ditetapkannya SK Bupati pola pembangunan peranian melalui pendekatan agropolitan;

13. Terdapatnya potensi alam sebagai sumber energi alternatif seperti CPO dan