Sektor Peternakan dan Perikanan

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 25 b. Tingginya kesenjangan antar wilayah dan belum adanya hirarki kota-kota di dalam wilayah Kabupaten Musi Rawas telah menyebabkan berlangsungnya hubungan antara setiap pusat pemukiman di Musi Rawas dengan kota Lubuklinggau sebagai kota terbesar di bagian selatan yang bersifat parasitic, bukan hubungan yang bersifat generatif; c. Belum tertatanya kawasan permukiman dan semakin luasnya kawasan kumuh; d. Persebaran permukiman yang makin menjauh akses sosial dan ekonomi; e. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah dengan konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki lokasi yang strategis; f. Pola pertumbuhan pusat pemukiman regional di dalam Kabupaten Musi Rawas berlangsung secara alami sesuai dengan dinamika sosial ekonomi setempat, bukan berdasarkan masterplan yang direncanakan; g. Belum adanya sistem jaringan transportasi yang menghubungkan antar pusat pemukiman; h. Banyaknya pusat pemukiman yang terletak di kawasan lindung setempat, terutama di sekitar DAS Rawas dan DAS Musi; i. Aksesibilitas dan pelayanan infrastruktur yang kurang memadai sehingga perlu disesuaikan dengan rencana struktur tata ruangnya dan tingkat pelayanan wilayah strukturhirarki kota; j. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasaranasarana permukiman; k. Sistem sanitasi lingkungan, MCK, pembuangan sampah yang masih buruk; l. Belum menerapkan sistem ramah lingkungan konservasi dalam pembangunan perumahan; m. Belum ada standarisasi pembangunan perumahan yang layak huni; n. Belum ada sistem terpadu dalam pembangunan perumahan pemukiman. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka kebijakan pembangunan untuk 20 tahun ke depan harus diarahkan pada: a. Tingkat persebaran penduduk merata di semua wilayah sehingga dapat mewujudkan pembangunan yang seimbang di semua wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. Kesenjangan antar wilayah hilang dan adanya hirarki kota-kota di dalam wilayah Kabupaten Musi Rawas sehingga hubungan antara setiap pusat pemukiman di Musi Rawas dengan kota Lubuklinggau bersifat generatif; c. Tertatanya kawasan pemukiman dan terwujudnya wilayah tanpa permukiman kumuh; d. Persebaran permukiman mendekati akses sosial dan ekonomi; e. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan dilakukan pada wilayah dengan konsentrasi penduduk yang rendah sehingga sebaran penduduk dapat merata; f. Pola pertumbuhan pusat pemukiman regional di dalam Kabupaten Musi Rawas sudah berdasarkan masterplan yang direncanakan sehingga pusat pemukiman yang terletak di kawasan lindung setempat, terutama di sekitar DAS Rawas dan DAS Musi berkurang; g. Sudah berjalannya sistem jaringan transportasi yang menghubungkan antar pusat pemukiman; RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 38 g. Tidak transparannya harga standar jual, sulitnya distribusi pemasaran hasil perkebunan selain karet dan kelapa sawit domestik dan eksport terutama yang langsung penjualannya oleh petani. Selama periode 2005-2025 diharapkan terjadi perubahan dan peningkatan secara siginifikan sehingga dapat terwujud hal-hal sebagai berikut: a. Produksi dan kualitas perkebunan sudah optimal yaitu sudah di atas produksi standar; b. Berkurangnya kesenjangan kepemilikan lahan perkebunan karet, kelapa sawit dan pertanian beririgasi teknis antara pemilik yang menguasai lahan dalam jumlah besar dan yang menguasai lahan dalam jumlah kecil; c. Menurunnya capital flight dimana hasil investasi perkebunan karet dan kelapa sawit diinvestasi ulang pada sektor yang berbeda di daerah yang lain; d. Produksi tidak hanya dikuasai oleh swasta perusahaan besar tapi juga oleh masyarakat dan pengelolaannya telah memanfaatkan teknologi modern, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah; e. Minat masyarakat untuk mengelola hasil-hasil tanaman tahunanperkebunan menjadi tinggi. Dan hasil produksi tidak hanya dimanfaatkan banyak untuk memenuhi kebutuhan sendiri tapi juga untuk dijual; f. Sub-sektor perkebunan dinilai sudah dapat menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi daerah; g. Semakin transparannya harga standar jual dan semakin lancarnya distribusi pemasaran hasil perkebunan selain karet dan kelapa sawit domestik dan eksport.

D. Sektor Peternakan dan Perikanan

Di sub sektor peternakan dan perikanan, permasalahan-permasalahan yang dihadapi Kabupaten Musi Rawas adalah : a. Kontribusi ekonomi yang relatif rendah berbanding terbalik dengan potensi yang dimiliki; b. Terjadinya kerusakan lingkungan ekosistem sungai menyebabkan rendahnya produktivitas penangkapan ikan perairan umum dan menurunnya mutu genetik induk ikan dan ternak; c. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan secara terus menerus tanpa adanya restocking penebaran bibit ikan kembali dan sering kali menggunakan bahan beracun dan berbahaya dan alat-alat yang memiliki sengatanarus listrik tinggi; d. Manajemenpengelolaan produksi peternakan dan perikanan belum optimal dan hasil peternakanperikanan banyak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan dan atau dikonsumsi sendiri; e. Pemasaran hasil-hasil peternakanperikanan yang belum jelas yaitu masih mengandalkan pasar lokal dan pemanfaatan pasar ternak masih belum optimal. Sedangkan untuk pasar sasaran luar daerah sering mengalami penekanan harga. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KAB. MUSI RAWAS 2005 - 2025 37 a. Lahan kering di Kecamatan Muara Kelingi, Muara Lakitan, dan BTS Ulu sulit berkembang karena masyarakat lebih tertarik dengan tanaman keras kelapa sawit dan karet dan pemanfaatan teknologi lahan kering yang masih terbatas; b. Produksi dan kualitas pertanian lahan kering masih belum optimal dan diperparah dengan mewabahnya hama dan penyakit tanaman; c. Kecilnya minat masyarakat untuk mengelola hasil-hasil pertanian lahan kering. Dan hasil lahan kering hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri bukan sektor basis; d. Pemasaran hasil-hasil pertanian lahan kering belum jelas. Selain itu, nilai dan harga hasil-hasil lahan kering fluktuatif dan harga pupuk yang tinggi. Selama periode 2005-2025 diharapkan terjadi perubahan dan peningkatan secara siginifikan sehingga dapat terwujud hal-hal sebagai berikut: a. Pertanian lahan kering di Kecamatan Muara Kelingi, Muara Lakitan, dan BTS Ulu bisa berkembang dan alih fungsi lahan pertanian dapat dicegah karena masyarakat mulai beralih ke pertanian lahan kering, tidak hanya tertarik dengan tanaman keras kelapa sawit dan karet dan adanya pemanfaatan teknologi yang optimal dalam pengembangan pertanian lahan kering; b. Produksi dan kualitas pertanian lahan kering sudah semakin optimal didukung oleh berkurangnya gangguan hama dan penyakit tanaman; c. Tumbuhnya minat masyarakat untuk mengelola hasil-hasil pertanian lahan kering dan hasil lahan kering tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan sendiri tapi sudah untuk dijual; d. Pemasaran hasil-hasil pertanian lahan kering telah terstruktur dengan baik. Selain itu nilai dan harga hasil-hasil lahan kering cenderung stabil.

C. Sektor Perkebunan