Sumber: Effendy, 2003: 255 Gambar diatas menunjukkan bahwa perubahan sikap tergantung pada
proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan
berlangsung apabila ada perhatian dari komunikan. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap
Effendy, 2003:256. Sehubungan dengan penjelasan diatas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Stimulus: Iklim Komunikasi Organisasi
• Organism: Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang
Medan Iskandar Muda •
Response: Kepuasan kerja karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Medan Iskandar Muda
II.7. Teori Dua-Faktor
Penggagas teori ini adalah Frederick Herzberg. Frederick Herzberg 1923- 2000, adalah seorang ahli psikolog klinis dan dianggap sebagai salah satu
pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Frederick I Herzberg Stimulus
Organism •
Perhatian •
Pengertian •
penerimaan
Response
Universitas Sumatera Utara
dilahirkan di Massachusetts pada 18 April 1923. Sejak sarjana telah bekerja di City College of New York. Lalu tahun 1972, menjadi Profesor Manajemen di
Universitas Utah College of Business. Hezberg meninggal di Salt Lake City pada
18 Januari 2000.
Psikolog ini berkeyakinan bahwa hubungan antara pekerja pada pekerjaanya merupakan hubungan dasar dan bahwa sikapnya terhadap pekerjaan
ini sangat menentukan sukses atau kegagalan pekerja tersebut. Dalam penelitianya Herzberg menyelidiki pertanyaan ”Apa yang diinginkan orang orang dari
pekerjaan mereka?” Ia meminta mereka menjelasakan situasi-situasi dimana mereka merasa baik dan buruk. Dari hasil pengklasifikasian respon-respon,
Herzberg mengambil suatu kesimpulan bahwa jawaban yang diberikan responden ketika mereka senang berbeda dengan jawaban responden ketika mereka merasa
tidak senang. Tentu saja hasil ini cukup membingungkan karena jawaban responden tidak konsisten dan situasional.
Herzberg sendiri dari hasil perbedaan ini menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang menyebabkan hal ini. Faktor pertama adalah faktor kepuasan kerja,
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi langsung kepuasan kerja pekerja. Faktor kedua adalah faktor ketidakpuasan kerja, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
langsung ketidakpuasan pekerja. Faktor pertama cenderung lebih kepada faktor intrinsik karena ketika mereka merasa senang mereka mengkaitkanya dengan diri
mereka sendiri. Sebaliknya faktor kedua adalah faktor ekstrinsik karena ketika mereka tidak senang, mereka cenderung menyalahkan faktor faktor dari luar
seperti lingkungan kerja.
Gambar 2.2 Faktor-faktor dalam Teori Dua Faktor
Universitas Sumatera Utara
source gambar : http:4.bp.blogspot.com
Satisfier atau motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi,
pengakuan, wewenang, tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi
kalau ada, akan membentuk motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu faktor ini disebut sebagai pemuas. Dissatisfiers adalah faktor-
faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan hygene factor, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan pribadi, kondisi kerja dan status.
Keberadaan kondisi-kondisi ini tidak selalu menimbulkan kepuasan bagi karyawan, tetapi ketidakberadaannnya dapat menyebabkan ketidakpuasan bagi
karyawan.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Teori Dua Faktor Herzberg
Faktor Motivator Faktor Kesehatan Kerja
Universitas Sumatera Utara
Netral
Sumber: Liliweri, 2004:209
Gambar diatas menunjukkan bahwa tingkat kepuasan individu berada pada dua ujung skala yang ekstrim yakni ekstrim kepuasan dan ekstrim ketidakpuasan.
Menurut Herzberg dorongan manusia untuk memenuhi kebutuhannya itu akan bergerak dari ekstrim ketidakpuasan ke arah netral lalu bergerak lagi ke arah
ekstrim kepuasan. Faktor-faktor yang mendorong kontributor terhadap ketidakpuasan individu dalam bekerja adalah faktor kesehatan kerja. Jika faktor-
faktor itu bergerak ke kanan maka individu semakin tidak puas, dengan kata lain semakin organisasi tidak memperhatikan faktor kesehatan kerja maka para pekerja
semakin tidak puas, sebaliknya jika organisasi semakin mendorong faktor kesehatan kerja itu ke arah kiri dan didukung oleh motivasi yang datang dari
dalam diri para pekerja sendiri maka individu akan merasa puas karena semua kebutuhan individualnya sudah terpenuhi. Melihat gambar dan penjelasan singkat
ini dapat disimpulkan bahwa faktor kesehatan kerja dan motivasi harus dilakukan secara serempak. Oleh karena itu, organisasi harus memperhatikan para pekerja
sebaik-baiknya agar terhindar dari suasana kerja yang kurang sehat. Prestasi
Pengakuan Isi Pekerjaan
Tanggung Jawab Peluasan
Pertumbuhan Kebijakan Organisasi
Supervisi Relasi dengan Supervisi
Kondisi Kerja GajiUpah
Relasi dengan kelompok Kehidupan Pribadi
Relasi dengan Bawahan Status
Keamanan
Faktor Kontributor
Ekstrim Ketidakpuasan
Faktor Kontributor
Ekstrim Kepuasan
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk. Cabang Medan Iskandar Muda. Adapun sumber atau hal-hal yang berkaitan
dengan lokasi penelitian ini diperoleh melalui situs www.bri.co.id dan langsung dari PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk. Cabang Medan Iskandar Muda
sendiri melalui karyawannya kak Safira Yasmin.
III.1.1. Sejarah Perusahaan
Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia BRI didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan nama Hulp-en Spaarbank der
Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia pribumi. Berdiri tanggal 16 Desember
1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah
pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara
waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu
melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan BKTN yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan
Nederlandsche Maatschappij NHM. Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden
Universitas Sumatera Utara