1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Animah dan Rahmadhani 2010 dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate
Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan Survei Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta 2003-2007. Penelitian
dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2003-2007. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan peneliti terdahulu adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini peneliti mengganti ukuran perusahaan dengan kualitas
audit yang di duga akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 2.
Dalam penelitian ini peneliti menambahkan manajemen laba sebagai variabel moderating yang di duga akan memperkuat atau memperlemah variabel
independen terhadap nilai perusahaan 3.
Periode penelitian ini adalah 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010 sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan periode 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 .
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah sampel perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ-45 di BEI dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 diteliti berjumlah 10 perusahaan, sedangkan penelitian sebelumnya, jumlah sampel perusahaan manufaktur
yang diteliti adalah 28 perusahaan yang terdaftar di BEJ dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Nilai perusahaan
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan
mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Fama 1978 dalam penelitiannya menggunakan pendekatan konsep nilai
pasar untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan harga yang dicatat pada nilai saham perusahaan, maka nilai
pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa tertentu oleh permintaan dan penawaran saham tersebut oleh pelaku pasar. Nilai perusahaan merupakan nilai yang
diberikan pasar bursa kepada manajemen perusahaan Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini akan menggunakan proksi
yaitu Price to Book Value pada periode yang telah ditentukan. Menurut Prayitno dalam Wulandari 2009, Price to Book Value PBV menggambarkan seberapa besar
pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut
Semakin tinggi rasio PBV, semakin tinggi kinerja perusahaan dinilai oleh pemodal dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan. Oleh karena itu dapat
disimpulkan semakin tinggi PBV semakin tinggi tingkat kepercayaan pasar terhadap
Universitas Sumatera Utara
prospek perusahaan, maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham tersebut, sehingga permintaan akan naik, kemudian mendorong harga saham
naik Wulandari, 2009. Hal ini dihitung dengan membagi harga penutupan saham saat ini dengan
nilai buku kuartal terkini per saham. Juga dikenal sebagai rasio harga-ekuitas. Dihitung sebagai:
Price to Book Value =
ℎ���� ����� ��ℎ�� ��� ������ ����� ���� ��ℎ�� ��� ������
PBV adalah rasio keuangan
yang digunakan untuk membandingkan nilai buku
perusahaan dengan harga pasar saat ini. Nilai buku adalah istilah akuntansi yang menunjukkan bagian dari perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham, dalam
kata lain, total aset berwujud
perusahaan dikurangi total kewajiban
nya.
2.1.2 Corporate governance
2.1.2.1 Pengertian Good Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development OECD berpendapat
bahwa Corporate Governance merupakan struktur hubungan serta kaitannya dengan tanggung jawab di antara pihak – pihak terkait yang terdiri dari pemegang saham,
anggota dewan direksi dan komisaris termasuk manajer, yang dirancang untuk mendorong terciptanya suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam
mencapai tujuan utama perusahaan. Menurut formulasi Komite Cadbury 1992, corporate governance adalah
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar
Universitas Sumatera Utara
mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban
kepada shareholders. Menurut Forum For Corporate Governance in Indonesia FCGI, 2000,
corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak – hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan. Dan tujuan dari Corporate Governance adalah meningkatkan nilai bagi pihak pemegang saham.
The Indonesian Institute For Corporate Governance IICG juga memiliki definisi mengenai corporate governance. Menurut IICG, Good Corporate
Governance tata kelola perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang baik pada hakekatnya merupakan struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh
organ perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Struktur merupakan satu kesatuan yang
terdiri dari dewan komisaris, dewan direksi, dan pihak – pihak yang berkepentingan stakeholders. Sistem merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar
mekanisme check and balances kewenangan atas pengelolaan perusahaan. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perusahaan yang
Baik tanggung jawab, akuntabilitas, keadilan, dan transparansi dalam menentukan tujuan dan sasaran, pencapaian, pengukuran kinerja perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses
pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat sekitar. Good Corporate
Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. Tantangan dalam Corporate Governance adalah mencari cara
untuk memaksimum penciptaan kesejahteraan sedemikian rupa sehingga tidak membebankan ongkos yang tidak patut kepada pihak ketiga atau masyarakat luas.
2.1.2.2 Manfaat Corporate Governance Utama 2005 menyatakan bahwa konsep Corporate Governance timbul
sebagai upaya untuk mengatasi perilaku manajemen yang mementingkan diri sendiri dan menciptakan mekanisme dan alat control untuk memungkinkan terciptanya
sistem pembagian keuntungan dan kekayaan yang seimbang bagi stakeholders dan menciptakan efisiensi bagi perusahaan.
Menurut The Forum For Corporate Governance In Indonesia, kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah :
1. Lebih mudah memperoleh modal.
2. Biaya modal cost of capital yang lebih rendah, yaitu sebagai dampak dari
pengelolaan perusahaam yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkat resiko perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Memperbaiki kinerja usaha.
4. Mempengaruhi harga saham, serta
5. Memperbaiki kinerja ekonomi.
2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Corporate Governance Organization Economic Cooperation and Development OECD
mengembangkan seperangkat prinsip – prinsip Corporate Governance, atau yang lebih dikenal sebagai The OECD Pinciples Of Corporate Governance. Prinsip –
prinsip dasar dari good corporate governance meliputi : a
Fairness Prinsip kewajaran menekankan pada adanya perlakuan dan jaminan hak-hak
yang sama kepada pemegang saham minoritas maupun mayoritas, termasuk hak-hak pemegang saham asing serta investor lainnya. Praktik kewajaran juga mencakup
adanya sistem hukum dan peraturan serta penegakannya yang jelas dan berlaku bagi semua pihak. Hal ini penting untuk melindungi kepentingan pemegang saham dari
praktik kecurangan fraud dan praktik-praktik insider trading yang dilakukan oleh agenmanajer. Prinsip kewajaran ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah yang
timbul dari adanya hubungan kontrak antara pemilik dan manajer karena diantara kedua pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda conflict of interest.
b Transparancy
Prinsip dasar transparansi berhubungan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan
Universitas Sumatera Utara
kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan
dengan indikator-indikator yang sama. Pinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasis standar akuntansi dan best practices
yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas, mengembangkan teknologi informasi dan sistem informasi akuntansi manajemen
untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi.
c Accountability
Prinsip akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara unit-unit pengawasan yang ada di perusahaan. Akuntabilitas
dilaksanakan dengan adanya dewan komisaris, direksi independen dan komite audit. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency problem yang
timbul antara pemegang saham dan direksi serta pengendaliannya oleh komisaris. Praktik-praktik yang diharapkan muncul dalam menerapkan akuntabilitas diantaranya
pemberdayaan dewan komisaris untuk melakukan monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen guna memberikan jaminan perlindungan kepada
pemegang saham dan pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. d
Responsibility Responsibilitas diartikan sebagai tanggungjawab perusahaan sebagai anggota
masyarakat untuk mematuhi peraturan dan hukum yang berlaku serta pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial. Responsibilitas menekankan pada adanya
Universitas Sumatera Utara
sistem yang jelas untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Hal tersebut
untuk merealisasikan tujuan yang hendak dicapai GCG yaitu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat,
pemerintah, asosiasi bisnis dan pihak lainnya.
2.1.2.4 Mekanisme Penerapan Corporate Governance Terdapat dua mekanisme dalam penerapan corporate governance sesuai
kerangka corporate governance menurut World Bank 1999, yaitu mekanisme intern dan mekanisme ekstern. Mekanisme intern berkaitan dengan pengendalian intern
perusahaan khususnya peranan dewan komisaris. Dewan Komisaris berfungsi sebagai wakil pemegang saham khususnya dan stakeholders lainnya umumnya untuk
mengawasi aktivitas manajemen sehingga asimetri informasi antara manajer dan pemegang saham dapat diatasi. Dengan asumsi dewan komisaris merupakan alat
pengendalian dan merupakan elemen yang sangat penting dalam mekanisme intern corporate governance. Anggota dewan komisaris dapat terjadi dari anggota yang
berasal dari dalam perusahaan intern dan dari luar perusahaan ekstern. Dewan komisaris intern lebih banyak mengetahui seluk beluk perusahaan, tetapi mungkin
tidak memiliki tingkat independensi yang besar dibanding anggota dewan komisaris ekstern.
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme intern lainnya yaitu penunjukkan anggota dewan direktur dan dewan komisaris independen serta pembentukan komite audit oleh komisaris yang
beranggotakan auditor independen dan staf internal audit Pendapat dari anggota independen harus lebih mengacu kepada kepentingan
stakeholders, tidak hanya kepentingan komersial perusahaan, oleh karena itu, pemilihan orangnya sangat menentukkan kinerjanya. Direktur Independen harus
orang dari luar perusahaan yang tidak mempunyai hubungan afiliasi maupun jasa konsultasi serta tidak memiliki hubungan kekeluargaan dengan pihak manajemen.
Mekanisme lain dari Corporate Governance adalah mekanisme ekstern, yaitu mekanisme control yang memanfaatkan semua perangkat yang ada di luar
perusahaan, baik ekonomi, hukum, dan social untuk mengontrol jalannya perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholders lainnya. Perangkat
tersebut mencakup pasar uang dan pasar modal yang bersaing, perangkat hukum dan perundang – undangan yang lengkap, penerapan hokum yang konsisten dan adil,
pasar barang dan jasa termasuk tenaga kerja yang professional yang aktif dan terbuka, konsumen yang aktif, tanggap dan sadar akan hak dan kewajibannya.
Mekanisme ekstern ini kadangkala lebih berperan dalam medisplinkan manajemen dan perusahaan dibanding mekanisme intern. Sebagai contoh pasar modal
yang terbuka, aktif dan likuid memungkinkan para pemegang saham menindak secara langsung perilaku manajemen yang tidak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham. Mereka dapat melepas atau menjual saham kepasar apabila harapan mereka tidak terpenuhi. Dengan demikian nilai perusahaan akan turun apabila pemegang
Universitas Sumatera Utara
saham secara serentak melakukan yang sama. Secara sistematis mekanisme GCG tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini
INTERNAL EKSTERNAL
PRIVATE REGULATORY
Gambar 2.1. Kerangka Mekanisme Corporate Governance
Sumber : Cadbury 2000, Corporate Governance : A framework For Implementation
2.1.3 Kepemilikan institusional
Dalam hubungannya dengan fungsi monitor, investor institusional diyakini memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan manajemen lebih baik dibandingkan
investor individual. Kepemilikan institusional mewakili suatu sumber kekuasaan source of power yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
keberadaan manajemen. Struktur kepemilikan kepemilikan manajerial dan institusional oleh beberapa
peneliti dipercaya mampu mempengaruhi jalannya perusahaan yang pada akhirnya
Standard Laws
regulations
Reputational Agent
Accountants Lawyers
Credits ratings Investment
Bankers Financial media
Investment Advisors
Corporate Governance
Analysis
Shareholders Board Of
Commissioner
Financial Debt
Equity
Markets : Competitive factor
Product market Foreign Direct Investment
Comorate Content
Board Of Director
Management
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh pada kinerja perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu maksimalisasi nilai perusahaan.
Menurut Jensen dan Meckling 1976, kepemilikan institusional merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict. Dengan kata
lain semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin kuat tingkat pengendalian yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan, sehingga
agency cost yang terjadi di dalam perusahaan semakin berkurang dan nilai perusahaan juga semakin meningkat.
2.1.4 Kepemilikan manajerial
Dalam teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen
laba yang berbeda, seperti manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi
manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan
pada perusahaan yang dikelola. Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa salah satu cara untuk
mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen pihak intern. Proposi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer
dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. Dalam penelitian Wahyudi dan Pawestri 2006 menyatakan bahwa kepemilikan manajerial secara langsung dan atau melalui
keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Komposisi dewan komisaris independen
Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam
pelaksanaan good corporate governance. Menurut Egon Zehnder 2000, dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Vafeas 2000 dalam
Siallagan 2006 mengatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi
monitoring atas pelaporan keuangan. Penelitian mengenai keberadaan dewan komisaris telah dilakukan oleh
Chtourou et al 2001 yang menemukan bahwa earnings management secara signifikan berhubungan dengan dewan komisaris. Hasil penelitian menunjukkan
income increasing earning management rendah pada perusahaan yang memiliki outside board members yang berpengalaman sebagai board members pada
perusahaan dan pada perusahaan yang lain. Berbeda dengan penelitian Veronica dan Utama 2005 yang meneliti
pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap manajemen laba. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak
berkorelasi secara signifikan terhadap manajemen laba.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Jumlah dewan komisaris
Selain kepemilikan manajerial, peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui
fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Pengaruh jumlah dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan mendapatkan hasil yang beragam. Yermack 1996,
Eisenberg et al 1998 dan Jensen 1993, menyatakan bahwa makin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang
dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya masalah keagenan agency problem, yaitu dengan makin banyaknya anggota dewan komisaris maka
badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing anggota dewan itu
sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berguna bagi perusahaan.
Penelitian Midiastuty dan Machfoedz 2003 menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap indikasi manajemen
laba yang dilakukan oleh pihak manajemen. Hal tersebut berarti makin besar jumlah dewan komisaris maka makin banyak manajemen laba yang dilakukan perusahaan.
2.1.7 Komite audit
Sesuai dengan Kep. 29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan.
Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite
Universitas Sumatera Utara
audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah pengendalian. Berdasarkan
Surat Edaran BEJ, SE-008BEJ12-2001, keanggotaan komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota komite ini
yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan tercatat
sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.
2.1.8 Kualitas audit
Dalam konteks keagenan, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator antara principal dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi memonitor perilaku
manajer sebagai agent dan memastikan bahwa agent bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Penggunaan auditor eksternal yang independen merupakan
mekanisme yang didorong oleh pasar, dengan tujuan untuk mengurangi earnings management Jensen dan Meckling, 1976; Watts dan Zimmerman, 1986. Pemegang
saham mengharapkan auditor untuk dapat menekan kemungkinan terjadinya moral harzard yang dilakukan manajemen, sehingga agency cost yang ditanggung
pemegang saham akan berkurang. Namun dari sudut pandang manajer, sejalan dengan moral hazard hypothesis dan kondisi informasi asimetri, manajer cenderung
memilih auditor yang member keleluasaan untuk memilih prosedur akuntansi yang disukainya, namun sekaligus juga bersedia opini audit yang menguntungkan.
Universitas Sumatera Utara
Gavious 2007 mengatakan bahwa masalah pemilihan auditor bersumber pada mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Disatu pihak, auditor
ditunjuk oleh manajemen untuk melakukan audit bagi kepentingan pemegang saham, namun dilain pihak, jasa audit dibayar dan ditanggung oleh manajemen. Hal ini
menciptakan benturan kepentingan yang tidak dapat dihindari oleh auditor. Mekanisme kelembagaan ini menimbulkan ketergantungan auditor kepada kliennya,
sehingga auditor merasa kehilangan independensinya dan harus mengakomodasi berbagai keinginan klien, dengan harapan agar perikatan auditnya dimasa depan tidak
terputus. Penelitian Teoh dan Wong 1993 berargumen bahwa kualitas audit
berhubungan positif dengan kualitas Earnings Response Coeficient ERC. Karena pada saat penelitian ini Big six telah berubah menjadi big four, juga diduga bahwa
klien dari auditor non big four cenderung lebih tinggi dalam melakukan earnings management. Hal ini berarti kualitas audit berpengaruh negative dengan earnings
management. Walaupun demikian untuk kasus di Indonesia sebagaimana dalam penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama 2006 tidak menemukan pengaruh
yang signifikan antara kualitas audit dengan earnings management yang dilakukan perusahaan.
Mekanisme GCG merupakan suatu aturan, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan kontrol
atau pengawasan terhadap keputusan tersebut yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh stakeholders dalam perusahaan. Adanya nilai tambah ini akan
Universitas Sumatera Utara
menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang bersangkutan. Komponen-komponen mekanisme GCG dalam hal ini adalah kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, komposisi dan ukuran dewan komisaris independen.
2.1.9 Manajemen laba
Manajemen laba adalah suatu intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi Wolk et.al 2001.
Salah satu contoh terjadinya earning management adalah pada saat melakukan penawaran perdana initial public offeringsIPO maupun pada saat melakukan
penawaran kedua dan seterusnya seasoned equity offeringSEO. Dua kondisi tersebut berbeda dalam hal tersedianya laporan keuangan yang dipublikasikan karena
dalam penawaran kedua dan seterusnya laporan keuangan yang dipublikasikan sudah disediakan kepada publik. Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor
fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan
tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja saham Wibisono,2004
Menurut Scott 1997 manajemen laba didefinisikan sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set for example. GAAP. It is
natural to expert that they will choose policies so as to maximize their own utility andor the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba
merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Scott 1997 membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua cara. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs Opportunistic Earnings Management. Kedua, dengan
memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting Efficient Earnings Management, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba income smothing dan
pertumbuhan laba sepanjang waktu. Manajemen laba dapat dijelaskan lebih dalam dengan teori keagenan agency
theory. Teori ini berasumsi bahwa setiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan pihak manajemen sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent. Pemegang saham sebagai pihak principal, yang mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahterahan dirinya dengan
profitabilitas yang selalu meningkat. Manager sebagai agent, yang termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya antara lain dalam
hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku oportunistik dari agent,
yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal. Dalam hal mendapatkan bonus dari
Universitas Sumatera Utara
principal, manajer termotivasi untuk memililh dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik.
Jansen dan Meckling 1976, Watts dan Zimmerman 1986 menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan
dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh manajemen perusahaan sebagai
pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana manajemen perusahaan tersebut bekerja demi meningkatkan
kesejahteraanya, serta memberikan kompensasi kepada manajemen perusahaan tersebut.
Laporan keuangan digunakan oleh principal untuk memberikan kompensasi kepada manajemen dengan harapan dapat mengurangi konflik keagenan, hal ini dapat
dimanfaatkan oleh manajemen untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dengan cara melakukan pencatatan akuntansi secara basis akrual accrual basis yang
merupakan subjek managerial discretion. Fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP memberikan dorongan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan agar
dapat menghasilkan laporan laba seperti yang diinginkan, meskipun menciptakan distorsi dalam laporan laba Watts dan Zimmerman, 1986.
Pandangan teori keagenan dimana terdapat pemisahan antara agent dan principal yang mengakibatkan munculnya potensi konflik yang dapat mempengaruhi
kualitas laba yang dilaporkan. Pihak manajemen yang mempunyai kepentingan tertentu akan cenderung menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan tujuannya
Universitas Sumatera Utara
dan bukan demi untuk kepentingan principal. Dalam kondisi seperti ini diperlukan suatu mekanisme pengendalian yang dapat menyelaraskan perbedaan kepentingan
antara kedua belah pihak. Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki informasi laba.
2.1.9.1 Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory
PAT dan Agency Theory. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts dan Zimmerman
1986 dalam Halim 2005 adalah : a.
The bonus plan hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajemen
perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan
manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey tingkat laba terendah untuk
mendapatkan bonus dan cap tingkat laba tertinggi. Pada saat laba berada di bawah atau bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer. Sedangkan pada laba berada di
atas atau cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Sehingga jika laba bersih berada di atas atau cap, maka manajer cenderung memperkecil laba dengan
harapan memperoleh bonus pada periode berikutnya, sebaliknya jika laba berada di
Universitas Sumatera Utara
bawah atau bogey. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan
b. The debt to equity hypothesis debt covenant hypothesis
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan
pendapatan atau laba. Perusahaan yang memiliki rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan
perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c.
The political cost hypothesis size hypothesis Pada perusahaan besar yang memiliki biaya tinggi, manajer akan lebih
memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang
dilaporkan. Biaya ini muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.
Scott 2000 mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba : a. Bonus purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistis untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini Healy, 1985. b. Political motivations
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena
Universitas Sumatera Utara
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
c. Taxation motivations Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.
d. Penggantian CEO CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka, jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
e. Initial public offering IPO Perusahaan yang akan go public belum memliki nilai pasar, dan menyebabkan
manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka, dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
f. Pentingnya memberi informasi kepada investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
2.1.9.2 Teknik Manajemen Laba Menurut Setiawati dan Na’im 2000, teknik dan pola manajemen laba dapat
dilakukan dengan tiga teknik antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement perkiraan terhadap
estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya
garansi dan lain-lain. b. Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contohnya mengubah metode depresiasi aktiva tetap dengan cara perhitungan dan
pencatatan depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun menjadi metode depresiasi garis lurus
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan Rekayasa periode atas biaya atau pendapatan, dapat dicontohkan dengan
mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi
sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai.
2.1.9.3 Pola Manajemen Laba Pola manajemen laba menurut Scott 2000 dapat dilakukan dengan cara:
a. Taking a bath
Universitas Sumatera Utara
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat
meningkatkan laba di masa datang. b. Income minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi, sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan
mengambil laba periode sebelumnya. c. Income maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
d. Income smoothing Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.10 Manajemen laba dan nilai perusahaan
Manajemen laba dilakukan oleh manager pada faktor-faktor fundamental perusahaan, yaitu dengan intervensí pada penyusunan laporan keuangan berdasarkan
akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada kinerja saham.
Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi
kinerja saham Wibisono, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang membahas masalah manajemen laba dan kinerja perusahaan antara lain:
a. Animah dan Ramadhani 2010, melakukan penelitian dengan judul. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Mekanisme Corporate Governance dan Ukuran
Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun pengamatan 2003-2007. Variabel
yang digunakan adalah: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan dan nilai
perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan
komisaris independen dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, variabel ukuran dewan komisaris dan ukuran
perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen dan
komite audit tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan. b. Siallagan dan Machfoedz 2006, melakukan penelitian dengan judul.
Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan tahun
pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahaan, manajemen laba dan
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate
Universitas Sumatera Utara
governance mempengaruhi kualitas laba dan kualitas laba secara positif berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga, kepemilikan manajerial dan komite audit
berpengaruh positif terhadap kualitas laba sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG berpengaruh secara simultan terhadap
nilai perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, komite audit dan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. c. Herawaty 2008 melakukan penelitian dengan judul. Peran Praktek
Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earning Management terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan
nonkeuangan yang telah listing di BEJ tahun 2004-2006. Variabel yang digunakan adalah: ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,
proporsi dewan komisaris independen, kualitas audit, manajemen laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model regresi pertama, earning
management berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model regresi kedua menunjukkan kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pada model regresi
ketiga, earning management berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
d. Semuel 2009 melakukan penelitian dengan judul. Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel
Universitas Sumatera Utara
Intervening. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ, dengan tahun pengamatan 2000-2004. Variabel yang digunakan adalah
kepemilikan manajerial, dewan komisaris, komite audit, kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme CG berpengaruh
terhadap kualitas audit, kepemilikan manajerial dan komite audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba, sedangkan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap
kualitas laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Dimana dewan komisaris dan komite audit berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan. Kualitas audit bukan variabel intervening yang mempengaruhi hubungan mekanisme corporate governance dan nilai perusahaan.
Dari peneliti terdahulu tersebut di atas terlihat bahwa dari hasil beberapa peneliti menunjukkan adanya pengaruh mekanisme Corporate Governance terhadap
manajemen laba dan nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu Nama Peneliti
Tahun Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Animah, Ramadhani 2010
Pengaruh Struktur Kepemilikan,
Mekanisme CG dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan
a. Kepemilikan Institusional
b. Kepemilikan Manajerial
c. Proporsi Dewan Komisaris
Independen d.
Komite Audit e.
Ukuran Dewan Komisaris f.
Ukuran Perusahaan g.
Nilai Perusahaan kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit, ukuran
dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen dan ukuran perusahaan secara simultan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu
juga, variabel ukuran dewan komisaris dan
ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial
terhadap nilai perusahaan.
Siallagan, Machfoedz 2006
Mekanisme CG, kualitas laba dan nilai
perusahaan a. Kepemilikan manajerial
b. Proporsi dewan komisaris c. Komite audit
d. Ukuran perusahaan e. Manajemen laba
f. Nilai perusahaan mekanisme
corporate governance mempengaruhi
kualitas laba dan kualitas laba secara positif
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Selain itu
juga, kepemilikan manajerial dan komite
audit berpengaruh positif terhadap kualitas laba
sedangkan dewan komisaris berpengaruh
negatif terhadap kualitas laba. Mekanisme CG
berpengaruh secara simultan terhadap nilai
perusahaan. Dimana, kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,
komite audit dan dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
Herawaty 2008 Peran praktek CG
sebagai variabel moderating dari
pengaruh earning management terhadap
nilai perusahaann a.
Kepemilikan manajerial b.
Kepemilikan institusional c.
Proporsi dewan komisaris independen
d. Kualitas Audit
e. Manajemen laba
model regresi pertama, earning management
berpengaruh negatif terhadapa nilai perusahaan
dengan variabel kontrol ukuran perusahaan. Model
Universitas Sumatera Utara
f. Nilai perusahaan
regresi kedua menunjukkan kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, komite audit berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pada model regresi ketiga, earning management
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Kawatu 2009 Mekanisme Corporate
Governance terhadap Nilai Perusahaan
dengan Kualitas Laba sebagai Variabel
Intervening a.
Kepemilikan manajerial b.
Dewan komisaris c.
Komite audit d.
Kualitas laba e.
Nilai perusahaan mekanisme CG
berpengaruh terhadap kualitas audit, kepemilikan
manajerial dan komite audit berpengaruh positif
terhadap kualitas laba, sedangkan dewan
komisaris berpengaruh negatif terhadap kualitas
laba. Selain itu juga, kualitas laba berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan dan
mekanisme corporate governance berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Dimana dewan komisaris
dan komite audit berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan, kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Kualitas audit bukan variabel intervening yang
mempengaruhi hubungan mekanisme corporate
governance dan nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep