variabel manajemen laba bisa dikatakan sebagai variabel moderating atau tidak. Sebuah variabel dikatakan sebagai variabel moderating jika memiliki nilai koefisien
yang negatif dan berpengaruh signifikan. Hasil pengujian model b dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini.
Tabel 5.9. Hasil Pengujian Variabel Moderating
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta 1 Constant .045
.015 2.991 .004
Y -.012 .003
-.414 -3.463 .001
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Model b dapat dibangun dari hasil pengujian adalah: | ε | = 0,045 - 0,012 PBV
Dari hasil pengujian model b secara simultan diperoleh nilai signifikan dari manajemen laba lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 dan nilai koefisien -0,414. Dimana
sebuah variabel dikatakan variabel moderating jika memiliki koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel
manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating.
5.4. Pembahasan
Pengujian hipotesis pertama memperoleh nilai R Square diperoleh sebesar 0,192 artinya 19,2 variasi variabel PBV mampu dijelaskan oleh variasi variabel KI,
KM, KDK, JDK, KA, KuA sedangkan sisanya sebesar 80,8 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model. Variabel-variabel lain tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
berasal dari ukuran perusahaan, pertumbuhan laba perusahaan, kondisi makro ekonomi Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA memiliki pengaruh yang lemah terhadap nilai perusahaan. Menurut Djarwanto, 1996 jika koefisien korelasi bernilai
0,70 sampai mendekati 1,00 plus atau minus menunjukkan derajak hubungan yang tinggi, koefisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai dibawah 0,70 plus atau minus
menunjukkan derajat hubungan yang sedang. Apabila koefisiennya di atas 0,20 sampai dibawah 0,40 plus atau minus menunjukkan derajat hubungan yang lemah
atau rendah. Secara simultan, seluruh variabel independen yang terdiri dari KI, KM, KDK,
JDK, KA dan KuA berpengaruh terhadap PBV. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 3,331 dengan signifikan 0,007. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan
mekanisme Corporate Governance KI, KM, KDK, JDK, KA dan KuA berpengaruh terhadap nilai perusahaan PBV diterima.
Secara parsial, ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap PBV. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah Jumlah Dewan Komisaris dan Kualitas
Audit. Sedangkan variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh
signifikan. Uraian dari masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut. 1.
Kepemilikan Institusional KI Dari hasil pengujian pada Tabel 5.7. diperoleh nilai thitung sebesar 0,454
dengan signifikansi sebesar 0,652. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai
Universitas Sumatera Utara
t0,05; 53 1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian
hipotesis yang menyatakan Kepemilikan Insitusional berpengaruh signifikan terhadap PBV ditolak.
Hal menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya.
Dalam hal ini kepemilikan institusional dianggap tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan peningkatan
nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Animah dan Ramadhani 2010 yang menyatakan bahwa KI tidak berpengaruh terhadap PBV. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
Rachmawati dan Triatmoko 2007 yang menyatakan bahwa KI berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Kepemilikan Manajerial KM
Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -1,043 dengan signifikansi sebesar 0,302. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t0,05;
53 1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis
yang menyatakan Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan manajerial tidak meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tingkat kepemilikan manajerial dalam
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang tergabung LQ-45, tidak akan mempengaruhi opini publik tentang nilai suatu perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Animah dan Ramadhani 2010 yang menyatakan bahwa KM tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri 2005, Siallagan dan Machfoedz 2006 dan Niken 2010,
yang menyatakan bahwa KM berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 3.
Komposisi Dewan Komisaris Independen KDK Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar 0,012 dengan
signifikansi sebesar 0,990. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t0,05; 53 -1,6745
dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan KDK berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya proporsi dewan komisaris independen dalam perusahaan bukan menjadi jaminan bahwa dalam perusahaan tidak
terjadi kecurangan dalam pelaporan keuangan perusahaan. Monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen belum dapat mengurangi perilaku manajer
dalam memaksimumkan kepentingan pribadinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rachmawati dan Triatmoko 2007, Niken, Rahmawati dan Aryani 2010 yang menyatakan bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah Dewan Komisaris JDK
Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,325 dengan signifikansi sebesar 0,024. Nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t0,05;
53 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis
yang menyatakan Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah dewan komisaris dalam perusahaan akan menentukan efektivitas fungsi dari dewan komisaris dalam
memonitor kinerja perusahaan, sehingga visi dan misi yang di targetkan perusahaan dapat dicapai guna memaksimalkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kawatu 2009, Animah dan Ramadhani 2010 yang menyatakan bahwa jumlah
dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 5.
Komite Audit KA Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -0,714 dengan
signifikansi sebesar 0,479. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t0,05; 53 1,6745
dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit bukan merupakan
jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga mencerminkan nilai
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang baik pula, sehingga investor pun dapat menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang dipertimbangkan dalam menilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko 2007, tetapi tidak sesuai dengan penelitian Sialagan dan
Machfoedz 2006, Herawaty 2008 yang menyatakan bahwa Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
6. Kualitas Audit KuA
Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,836 dengan signifikansi sebesar 0,006. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t0,05;
53 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis
yang menyatakan Kualitas Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herawaty 2009, yang menyatakan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Dari keenam variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya
dua variabel yang memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini di duga terjadi karena investor masih kurang memperhatikan variabel-variabel independen
dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Kemudian sebab lainnya adalah data yang sangat bervariasi mempengaruhi hasil analisis dan jenis
perusahaan yang bervariasi dalam indeks LQ-45 sebagai sampel.
Universitas Sumatera Utara
Pengujian hipotesis kedua, secara simultan diperoleh Fhitung -0,414 dan nilai signifikan sebesar 0,001. Sedangkan secara parsial diperoleh thitung -3,463 dan nilai
signifikan sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating pada penelitian ini.
Karena nilai koefisien parameternya negatif yaitu sebesar -0,414 dan signifikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan