D. Hambatan – Hambatan Dalam Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Yang Berasal Dari Jual Beli Menurut Hukum Adat di Kabupaten Pak –
Pak Bharat………………………………. ………………………………………… 103
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 108 B. Saran ……………………………………………………………………... 110
Daftar Pustaka ……………………………………………………………. 112
Lampiran
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH
Beschikkingsrecht : Hubungan antara persekutuan dan tanah itu
sendiri.
Hak ulayat : Hak tertinggi atas tanah yang dimiliki oleh sesuatu persekutuan hukum desa, suku
Genealogis : Keturunan
LebbuhKuta : Kampung, atau Desa
Pertaki : Kepala desaKepala Kampung
Komunal : Dikuasai bersamaPersekutuan
perisang – isang : Anak paling besar
perekur –ekur : Anak paling bungsu
pertulang tengah : Anak tengah perpunya ndiadep : Anak boru
perbetekken : Teman satu marga Religio-magis : artinya hubungan ini bukan antara individu
dengan tanah saja tetapi juga antara sekelompok anggota masyarakat suatu
persekutuan Hukum adat rechtsgemeentsschap di dalam hungan
dengan tanah adat. Sulang Silima
: Lembaga adat suku Pakpak
Universitas Sumatera Utara
Tanah marga : Istilah tanah ulayat di Kabupaten Pak – Pak Bharat
Territorial : Daerah, Wilayah
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hambatan dalam pendaftaran tanah 105
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang penting sebagai kebutuhan manusia. Kebutuhan akan tanah untuk daerah yang sedang
berkembang selalu mengalami peningkatan seoalah – olah tanah menjadi barang yang sangat berharga. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh Negara diarahkan dengan
mempertahankan Hak Atas Tanah Ulayat, agar terwujud keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penulisan ini bertujuan untuk megetahui pelaksanaan jual lepas tanah adat suku Pakpak di Kabupaten Pak – Pak Bharat perkembangan yang terjadi dalam
pelaksanaan pelepasan tanah marga suku Pakpak proses peralihan hak milik adat menjadi hak milik perseorangan dan kendala dalam proses pendaftarannya.
Metode pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu suatu pendekatan yang meneliti data sekunder terlebih dahulu dan dilanjutkan
dengan mengadakan penelitian data primer di lapangan. Adapun sumber data faktor yuridisnya adalah UUPA No.5 tahun 1960, Peraturan Pelaksanaan lainnya berkaitan
dengan tanah dan hasil wawancara dengan Ketua Lembaga Adat Sulang Silima dan pihak lainnya yang berkaitan dengan jual lepas tanah adat marga di Pak – Pak Bharat.
Masyarakat adat di Pak – Pak Bharat merupakan persekutuan hukum adat teritoriall dan geneologis. Keberadaannya masih diakui serta masih mempertahankan
pemerintahan adat dan sangat tergantung pada tanah Hak Ulayat. Perbuatan hukum pelepasan hak dilaksanakan dengan pelepasan adat dan dibuatnya surat pelepasan
yang disaksikan oleh ketua Lembaga adat Sulang Silima. Pelaksanaan jual lepas didasarkan pada pelepasan adat dan proses pendaftaran tanahnya didasarkan dengan
mekanisme yang telah baku berlaku sesuai dengan ketentuan pendaftaran tanah.
Dari data yang dianalisis diperoleh kesimpulan bahwa pelaksanaan jual jual lepas tanah marga yang ada di Pak – Pak Bharat mengalami perubahan dimana yang
paling berpengaruh sekarang ini adalah Lembaga adat Sulang Silima sebagai penentu dalam permasalahan tanah. dan dalam pelaksanaan jual lepas dilakukan dengan
sepengetahuan Sulang Silima dan Kepala Desa sebagai saksi tanpa dilakukan di depan PPAT sementaraCamat dan jarang dilanjutkan pendaftaran ke Kantor
Pertanahan Pak – Pak Bharat.Adapun hambatan dalam pelaksanaannya adalah karena keengganan masyarakat adatnya dan Lembaga Sulang Silima untuk menerima
peraturan yang berlaku yaitu UU No.5 tahun 1960 dan PP no.24 tahun 1997.
Kata Kunci : Jual Lepas, Tanah Marga, Pendaftaran Tanah
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Land as a gift from the God has an important function for human’s needs. The need for the land in the developing areas always increases as if the land is a
precious property. The authority and use of land by the state are directed by defending the right to communal land to establish social justice for all of the people
of Indonesia.
The purpose of this study was to find out the implementation of selling the communal land belongs to the Pak-Pak living in Pak-Pak Barat District, to find out
the development occurred in releasing the communal land belongs to Pak-Pak tribe, to look at the process of right transfer from adat property into the individual’s, and to
find out the constraints existed in its registration process.
This study employed a sociological juridical approach, an approach to study secondary data which is then continued by conducting research on primary data on
the field. The sources of juridical data were UUPA No. 51960, the other regulations implemented on the land, and the results of the interviews with the Chairman of
Sulang Silima Adat Institution and other parties related to the selling of the communal land of Pak-Pak Barat tribe.
The community of Pak-Pak Barat was an alliance of territorial and genealogical traditional law. Their existences were still recognized and they still
maintained their local administration, and they were really dependent on the rights to communal land. The legal deeds of releasing their rights were conducted by issuing
the Letter of Land Release witnessed by the Chairman of Sulang Silima Adat Institution. The implementation of selling was done based on traditional land release
ceremony and the process of land registration was based on standard mechanism in accordance with the stipulation on land registration.
The results of this study showed that the implementation of selling the land belongs to the clans living in Pak-Pak Barat experienced changes in which the most
influential adat institution today was Sulang Silima as decision maker on land problems. The selling of land must be known and approved by Sulang Silima and
Head of Village as the witness, not before the ad- interim PPAT Land Act Issuing OfficialHead of Subdistrict and was rarely registered to Pak-Pak Barat Land
Office. The constraints faced in the implementation of land registration were that the adat community and Sulang Silima Adat Institution were reluctant to accept the
existing Law No.51960 and Government Regulation No.241997. Keywords: Land Release, Clan’s Land, Land Registration
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN