B. Hak Perseorangan Pada Masyarakat Pak-Pak
Hak penguasaan atas tanah adalah suatu hubungan konkret, jika telah dihubungkan dengan tanah tertentu sebagai obyeknya dan orang atau badan hukum
tertentu sebagai subyeknya atau pemegang haknya
75
Hak perseorangan atas tanah dapat diartikan sebagai hubungan hukum yang memberikan kewenangan kepada subyeknya untuk melakukan sesuatu terhadap
benda yang dimilikinya. Pada hakekatnya hak perseorangan atas tanah merupakan bagian dari hak penguasaan tanah yang menjadi obyek dari hukum tanah. Hak atas
tanah memberikan hak bagi pemegang hak untuk melakukan apa saja terhadap tanahnya baik itu untuk ditanami maupun dibagun sebuah bangunan di atasnya.
dalam masyarakat hukum adat sifat bermasyarakat dan berkelompok merupakan ciri pokok yang tidak dapat diingkari, milik bersama memegang peranan yang sangat
penting. . penguasaan tanah secara legal
dapat dilakukan oleh perorangan sehingga disebut dengan hak perseorangan.
Di dalam hak ulayat masyarakat hukum hukumnya berhak mengerjakan tanah itu. Setiap anggota msyarakat dapat memperoleh bagian dengan batasan – batasan dimana
hak persekutuan mengatur sampai dimana hka perseorangan dibatasi untuk kepentingan persekutuan, ada hubungan yang erat antara hak persekutuan dengan hak
perseorangan. Setiap anggota persekutuan diberi hak untuk mengerjakan tanah hak ulayat diwilayahnya dengan diberi izin yang disebut dengan hak wenang pilih, jika
75
Boedi Harsonob,Opcit,halaman 25
Universitas Sumatera Utara
sebidang tanah di wilayah tersebut telah dikerjakan oleh seseorang warga secara terus menerus maka hubungan dengan tanah itu semankin kuat dan hubungan persekutuan
semakin renggang oleh karena itu makin kuatlah hak perseorangan terhadap tanah itu, apabila tanah itu ditin ggalkan menjadi semak belukat maka tanah dianggap telah
ditelantarkan dan menjadi putuslah hubungan seseorang dengan tanah tersebut. Pada masyarakat Pak-Pak awalnya hak perorangan atas tanah itu terjadi karena ada
nya pembukaan lahan yang dilakukan kepala kappung masing – masing marga Pak- Pak untuk kepentingan warganya. setelah lahan dibuka dikerjakan secara terus
menerus yang hasilnya digunakan untuk kepentingan bersama dan pada akhirnya menyebabkan suatu keterikatan pada tanah itu yang menimbulkan hak pada tanah
tersebut. Dalam pengelolaan tanah tersebut warga kappung itu harus terlebih dahulu meminta
izin kepada kepala kappungnya untuk mengelola lahan yang ada dan kepala kappung memberikan izin untuk diusahakan atau digunakan sebagai tempat tinggal atau
diusahakan. Pengelolaan tanah yang terus menerus ini yang menimbulkan hak perorangan pada tanah tersebut dan ini hanya berlaku di daerah atau kappung
marganya sendiri diluar daerah atau kappungnya tidak diperbolehkan memiliki tanah. C. Peralihan Hak Milik Adat menjadi Hak Perseorangan di Pak – Pak Bharat
Beralihnya suatu hak dapat terjadi bukan karena suatu perbuatan hukum melainkan sebagai peristiwa hukum atau akibat hukum. Disini tidak ada unsur sengaja dalam
Universitas Sumatera Utara
hubungan suatu perbuatan misalnya seorang yang meninggal dunia, maka sebagai peristiwa hukum almarhum meninggalkan warisan tanpa suatu perbuatan hukum,
mengakibatkan haknya beralih atas suatu bidang tanah yang dihinggapi hak milik misalnya kepada istri dan anak.
Meninggalnya seseorang itu adalah suatu perbuatan hukum, bahwa suatu hal yang berada di luar kuasa manusia, jadi tidak ada unsur sengaja di dalamnya, apa yang ada
padanya beralih kepada yang berhak memiliki sebagai waris bukan dialihkan. Berbeda dengan beralihnya suatu hak, maka dengan dialihkan hak menunjukkan
adanya kesengajaan suatu pihak melakukan suatu perbuatan hukum untuk mengalihkanmemindahkan hak kepada pihak lain. Perbuatan hukum yang
mengakibatkan dialihkannya hak atas suatu barang benda dapat berupa perjanjian jual beli, tukar menukar, hibah dan sebagainya. Hal tersebut harus sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku serta memenuhi syarat – syarat yang ditentukan.
Hak milik dapat dipindahkan haknya kepada pihak lain dialihkan dengan cara jual- beli, hibah, tukar-menukar, pemberian dengan wasiat dan perbuatan – perbuatan lain
yang dimaksudkan untuk memindahkan hak milik. Hal tersebut diatur dalam Pasal 26 UUPA:
Universitas Sumatera Utara
1. Jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian menurut adat dan perbuatan – perbuatan lain yang dimaksudkan untuk memindahkan hak
milik serta pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. setiap jual beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan wasiat, pemberian
menurut adat dan perbuatan – perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada suatu badan hukum, kecuali
yang ditetapkan oleh pemerintah termaksud dalam Pasal 21 ayat 2 adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada Negara, dengan ketentuan bahwa pihak –
pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.
76
Pemindahan hak milik adat menjadi hak milik perseorangan yang sering terjadi di Pak – Pak Bharat melalui proses jual lepas dimana dikatakan jual lepas karena tanah
yang dijual tersebut adalah tanah adat sedang dalam tanah adat itu tidak diperbolehkan menjual tanah sehingga digunakan istilah jual lepas karena melepaskan
tanah hak milik adatnya untuk selama – lamanya dan tidak bisa kembali lagi yang mana jual lepas ini bersifat terang dan tunai terang karena proses jual lepas tersebut
dilakukan dihadapan Kepala Adat Sulang Silima Lebbuhnya dan Kepala Desanya dan tunai karena pembayaran dilakukan pada saat itu juga dan pada hukum adat Pak –
Pak Bharat untuk jual lepas tidak ada istilah Panjer sebab pada saat itu juga pembayaran dilakukan sepenuhnya.
76
Ibid,halaman 13
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaannya proses yang dilakukan pihak yang ingin melepaskan tanahnya tersebut yaitu:
1. meminta izin kepada Ketua Adat Sulang Silima Lebbuhnya untuk melakukan proses jual lepas
2. setelah mendapatkan izin maka si pemilik tanah menemui Kepala Desa untuk meminta dibuatkan surat pelepasan atas tanah yang mana nantinya surat ini akan
dijadikanbukti telah terjadi pelepasan tanah. 3. Sebelum melepaskan tanahnya haruslah terlebih dahulu pihak yang melepaskan
tanah dan penerima tanah melaksanakan upacara pelepasan adat kepada Sulang Silima Lebbuhnya untuk melepaskan tanah itu secara adat dan membayarkan
uang ganti rugi kepada pihak Sulang Silima yaitu kepala adat Sulang Silima lebbuhnya dengan begitu tanah tersebut sudah lepas secara adat.
4. Setelah proses pelepasan secara adat dilakukan maka ditandatanganilah surat pelepasan hak atas tanah tadi pada acara proses pelepasan adat tadi Kepala Adat
Sulang Silima dan Kepala Desa juga menandatangani surat tersebut sebagai saksi dan dilakukan pembayaran secara tunai.
Selain dari proses tersebut, apabila dalam hal pelepasan tanah itu digunakan untuk membangun semuah rumah tempat tinggal, Ketua Adat masih tetap berperan
serta terhadap semua proses pembangunan dan sampai selesainya pembangunan sampai si pemilik rumah itu masuk kerumah tersebut dan pada saat itu semua terjadi
adat sudah tidak berjalan lagi.
Universitas Sumatera Utara
Setelah melakukan proses tersebut telah lepas lah tanah itu menjadi milik penerima tanah sehingga tanah itu telah lepas secara adat dan secara perdata telah berpindah
kepemilikannya menjadi hak milik hak perseorangan. Seseorang dapat dikatakan mempunyai hak atas tanah atau mendapatkan penetapan hak atas tanah maka harus
dapat dibuktikan terlebih dahulu adanya dasar penguasaan seseorang dalam menguasai, menggunakan dan memanfaatkan tanah yang tidak titentang oleh pihak
manapun dan dapat diteima menjadi bukti awal untuk pengajuan hak kepemilikannya.
77
Jadi dilhat dari proses peralihan hak milik adat tersebut menjadi hak milik perseorangan yang menjadi alas haknya adalah surat pelepasan tanah tersebut dan
untuk memformalkan hak tersebut dengan penetapan pemerintah langkah selanjutnya adalah dengan mendaftarkan tanahnya ke Kantor Badan Pertanahan yang ada di
daerahnya.
77
Muhammad Yamin,Abd.Rahim Lubis,a,Op cit,halaman 223
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PROSES PENDAFTARAN TANAH DAN KENDALA PENDAFTARAN