Pendaftaran Hak Atas Tanah adat Menurut Ketentuan Konversi dan PP No.24 Tahun 1997

yang dialihkan, hak yang belum didaftar, akta PPAT yang bersangkutan dijadikan alat bukti dalam pendaftaran pertama hak tersebut atas nama pemegang hak yang terakhir Pasal 106 PP No. 24 tahun 1997. Khusus untuk pendaftaran tanah yang berasal dari tanah milik adat, maka pemohon mengajukan permohonan pengakuan hakkonversi dengan melampirkan tanda bukti haknya seperti dimaksud di dalam UUPA, Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria No.2 tahun 1970 dan Keputusan Mentri Dalam Negeri No.26DDA1996. Kemudian oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya permohonan tersebut diumumkan selama 2 dua bulan berturut – turut di Kantor Kepala Desa dan Kecamatan untuk member kemungkinan pihak lain mengajukan keberatan – keberatan atas pemohoann pendaftaran tersebut. Bila jangka waktu yang dua bulan tersebut telah lewat maka permohonan pengukuran hak tersebut diteruskan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Proponsi untuk diterbitkan surat pengakuan haknya. 83

B. Pendaftaran Hak Atas Tanah adat Menurut Ketentuan Konversi dan PP No.24 Tahun 1997

Pendaftaran tanah merupakan hal yang penting sebagai bukti hak yang kuat terhadap hak atas tanah untuk membuktikan sebagai pemilik hak atas tanah secara sah. Disamping itu, pendaftaran tanah yang ditentukan dalam Pasal 19 UUPA merupakan 83 Muhammad Yamin, Beberapa Dimensi Filosofis Hukum Agraria, Cetakan Pertama Medan; Pustaka Bangsa Press,2003 halaman39 Universitas Sumatera Utara sasaran untuk mengadakan kesederhanaan hukum. Tentang pendaftaraan tanah lebih lanjut dijelaskan dalam penjelasan umum angka III alinea terakhir UU no.5 tahun 1960 yang berbunyi: “ adapun hak – hak yang ada pada mulai berlakunya Undang – Undang ini semua kan dikonversikan menjadi salah satu hak yang baru menurut UUPA” 84 Jadi semua tanah baik yang dimiliki atas nama seseorang atau badan hukum, baik hak milik adat, atau hak atas tanah menurut buku II KUHPerdata diwajibkan untuk dikonversi kepada salah satu hak atas tanah menurut UUPA dan didaftarkan, sehingga terwujudnya unifikasi dan kesederhanaan hukum dalam hukum pertanahan Indonesia, sesuai dengan tujuan UUPA. Bahkan dalam pasal 63 PP No 24 tahun 1997 diatur ketentuan sanksi bagi yang terlambat atau lalai untuk melakukan pendaftaran baik pendaftaran tanah maupun pendaftaran hak atas tanah yang diakui sebelum berlakunya UUPA. Setelah berlakunya UUPA dan PP No.10 Tahun 1961 tentang pendaftaran tanah yang kemudian diganti dengan PP No.24 Tahun 1997 tidak mungkin lagi diterbitkan hak – hak yang akan tunduk kepada hukum adat setempat kecuali menerangkan hak – hak tersebut merupakan hak adat. Dalam hal tanah milik adat berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusan tertanggal 19 September 1970 Nomor 123KSip1970 menetapkan : 84 Adrian Sutedi,Op cit,hal 125 Universitas Sumatera Utara Bahwa pendaftaran jual beli administratif belaka dalam arti bukan merupakan syarat sah menetukan saat berpindahnya hak atas tanah adat dalam jual beli. Pendaftaran hanya berfungsi untuk memperkuat pembuktian terutama dalam hubungannya dengan pihak ketiga. Di dalam putusan Mahkamah Agung di atas ada tiga pernyataan yang mendasar yaitu: 1. Jual beli tanah bersifat tunai 2. Pendaftran Jual beli menurut PP No.10 Tahun 1960 3. Jual beli yang dilakukan tidak dihadapan PPAT adalah sah asal saja syarat – syarat materiil mengenai jual beli itu dipenuhi karena perjanjian itu tidak dilakukan di hadapan pejabat yang berwenag dalam hal ini PPAT. Ketentuan Pasal 3 PMPA No.2 tahun 1962 khusus tanah – tanah yang tunduk pada hukum adat , tetapi tidak terdaftar dalam ketentuan konversi sebagai tanah yang dapat dikonversikan kepada sesuatu hak atas tanah menurut ketentuan UUPA tetapi diakui tanah tersebut sebagai hakl adat, maka ditempuhlah dengan upaya “penegasan hak” yang diajukan kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanag setempat yang diikuti dengan bukti pendahuluan seperti bukti pajak, bukti jual beli yang dilakukan sebelum berlaku UUPA dan surat membenarkan tentang hak seseorang dan menerangkan juga tanah itu untuk perumahan atau pertanian dan keterangan kewarganegaraan orang yanmg bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 7 PMPA No.2 tahun 1962 telah diatur lembaga konversi lain yang dinamakan “Pengakuan Hak” yaitu perlakuan atas tanah – tanah yang tidak ada atau tidak ada lagi tanda bukti haknya, maka yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah setempat lalu permohonan itu diumumkan selama 2 bulan berturut – turut di kantor pertanahan dan di Kecamatan, jika tidak diterima dan keberatan, mereka membuat pernyataan keberatan tersebut kepada BPN dan mengirmkannya kepada kantor pendaftaran tanah setempat. Penerbitan pengakuan hak diberikan oleh kepala kantor wilayah BPN, dari SK pengakuan hak tersebut sekaligus mempertegas hak apa yang diberikan. Tata cara penegasan konversi dan pendaftaran telah diatur dalam PP Menteri Pertanian dan Agraria No. 2 Tahun 1962 yang dibedakan antara : 1. Penegasan Konversi, dilaksanakan bagi tanah-tanah milik adat yang sudah mempunyai surat tanda bukti haknya Pasal 3 2. Pengakuan Hak, dilaksanakan bagi tanah tanah milik adat yang tidak ada tanda bukti haknya Pasal 7. Jadi, dengan demikian tujuan dikonversinya hak-hak atas tanah pada hak-hak atas tanah menurut sistem UUPA disamping untuk terciptanya unifikasi hukum Universitas Sumatera Utara pertanahan di tanah air dengan mengakui hak-hak atas tanah terdahulu untuk disesuaikan menurut ketentuan yang terdapat di dalam UUPA dan untuk menjamin kepastian hukum, juga bertujuan agar hak-hak atas tanah itu dapat berfungsi untuk mempercepat terwujudnya masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang dicitacitakan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3. Jika konversi hak – hak barat penyelesaiannya diberi batas waktu sampai 24 September 1980, maka hak – hak adat tidak diberi batasan waktu, sampai dengan sekarang keberadaan hak – hak adat masih diakui, keberadaan hak – hak adat yang masih diakui di dalam UUPA, dimaksudkan bukan untuk selama – lamanya tetapi secara berangsur – angsur akan hapus.

C. Proses Pendaftaran Tanah Pada Kantor Pertanahan Kota Salak Kabupaten