pertanahan di tanah air dengan mengakui hak-hak atas tanah terdahulu untuk disesuaikan menurut ketentuan yang terdapat di dalam UUPA dan untuk menjamin
kepastian hukum, juga bertujuan agar hak-hak atas tanah itu dapat berfungsi untuk mempercepat terwujudnya masyarakat adil dan makmur sebagaimana yang
dicitacitakan oleh Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3. Jika konversi hak – hak barat penyelesaiannya diberi batas waktu sampai 24
September 1980, maka hak – hak adat tidak diberi batasan waktu, sampai dengan sekarang keberadaan hak – hak adat masih diakui, keberadaan hak – hak adat yang
masih diakui di dalam UUPA, dimaksudkan bukan untuk selama – lamanya tetapi secara berangsur – angsur akan hapus.
C. Proses Pendaftaran Tanah Pada Kantor Pertanahan Kota Salak Kabupaten
Pak – Pak Bharat
1. Mekanisme Pendaftaran Tanah Proses pendaftaran tanah yang telah dilakukan di Kantor pertanahan Kota Salak dari
tahun 2010 – 2011 di Kabupaten Pak – Pak Bharat. a.Pendaftaran dengan Alas Hak Surat pelepasan adat merupakan pendaftaran
pertama kali sebagai permohonan baru sebanyak 212 sertifikat meliputi 3537 bidang dengan luas 14.676.143 m
2
Universitas Sumatera Utara
b. Hak pakai sebanyak 63 sertifikat dengan luas 1.063.285 m c. Hak Guna Bangunan 6 bidang dengan luas 2647 m
2
d, Hak Guna Usaha 1 buah dengan lua 2.521,97 hektar
2 85
Hasil penelitian menunjukkan banyaknya pelaksanaan proses pendaftaran tanah pertama kali sehingga pentingnya pendaftaran tanah sesuai proses mekanisme
pendaftaran tanah yang benar dan sesuai hukum adat dan Peraturan Perundangan yang berlaku dan pendaftaran tanah tersebut kebanyakan dari jual lepas tanah
sebanyak 200 sertifikat sedangkan pendaftaran tanah karena pewarisan hanya 12 sertifikat saja hal tersebut dikarenakan dalam pewarisan tanah yang terjadi di Pak –
Pak Bharat belum terjadi dengan jelas, sebab masih banyak tanah warisan yang ada di Pak – Pak Bharat belum di bagi secara jelas dan kepemilikannya secara bersama –
sama sebagai suatu keluarga, sehingga pendaftaran tanah sangat jarang dilakukan. . Setelah pemohon atau pendaftaran mencermati tentang sistem layanan pendaftaran
tanah di Kantor Pertanahan, termasuk telah mempersiapkan segala sesuatunya, maka selanjutnya pemohon atau pendaftar dapat segera menempuh proses pendaftaran
tanah. Sesuai sistem pelayanan Kantor Pertanahan yang sudah dipadukan di seluruh Indonesia, mekanisme pendaftaran tanah meliputi proses:
a. Pengajuan permohonanpendaftaran hak atas tanah melalui Loket II.
85
Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
b. Pemeriksaan kelengkapan berkas permohonanpendaftaran oleh petugas Loket II. c. Penerbitan Tanda Terima Berkas Permohonan Pendaftaran oleh petugas Loket II,
yang biasanya berisi tentang: 1 Penerimaan berkas permohonan, dan surat-surat kelengkapan permohonan.
2 Rincian biaya. 3 Perintah pembayaran dan pengambilan tanda bukti pendaftaran di Loket II.
d. Pembayaran oleh pemohonpendaftar di Loket II. e. Penerbitan kuintansi pembayaran dan Surat Tanda Bukti Pendaftaran dan
Pembayaran oleh petugas Loket III, yang diserahkan kepada pemohonpendaftar. f. Proses pendaftaran tanah dari pengukuran, pengumuman, pembukuan, serta
penerbitan sertipikat. g. Pengambilan sertipikat di Loket IV oleh pemohonpendaftar, dengan menunjukkan
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah.
86
Persyaratan proses pendaftaran tanah tergantung pada status hak tanah yang akan didaftarkan tersebut, sudah bersertipikat atau belum serta cara perolehan haknya.
Pendaftaran hak ulayat didasari dengan pelepasan tanah ulayat.
87
86
Eko Yulian Isnur, Tata Cara Mengurus Surat ‐surat Rumah dan Tanah, Yogyakarta: Pustaka
Dalam peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 kegiatan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran
tanah untuk pertama kali yaitu pengumpulan data pengolahan data fisik, pembuktian hak dan pembukuannya, penerbitan sertipikat, penyajian data fisik dan data yuridis,
penyimpanan daftar umum dan dokumen. Sedangkan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi pendaftaran peralihan dan pembebanan hak dan perubahan data
Yustisia, 2008 , hal. 2.
87
Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
pendaftaran tanah. Pengolahan kegiatan data pendaftaran tanah dan informasi merupakan faktor yang sangat strategis dalam pemberian jaminan kepastian dan
perlindungan hukum terhadap hak atas tanah termasuk pemeliharaannya. Penetapan pengakuan dan penegasan oleh pejabat Tata Usaha Negara terhadap permohonan baru
Tanah Hak Ulayat berdasarkan ketentuan hukum adat dan perundang-undangan yang berlaku.
Penegasan tentang hak adalah sebagai berikut : a. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas
suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hakhak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam
mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan
.
88
Ketentuan Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 Pasal 19 ayat 1 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang
Pokok Agraria UUPA menyebutkan; “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia
menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Melihat ketentuan diatas bahwa pendaftaran tanah merupakan tugas pemerintah, yang
diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum di bidang pertanahan.
88
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Bandung: Mandar Maju, 1999, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Proses pendaftaran tanah kantor pertanahan kabupaten Pak – Pak Bharat terhadap jual lepas pelepasan hak ulayat mendasarkan pada surat pelepasan adat sebagai alas hak
bukti kepemilikan tanah. Pelepasan adat sebagai syarat mendapatkan penegasan hak pengakuan hak dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah.
89
Pada saat melakukan proses jual lepas tersebut dilakukan secara adat di hadapan Kepala Adat yaitu Ketua Sulang Silima dan Kepala Desa dan surat pelepeasan hak
atas tanah ditandatangani oleh Ketua Adat dan Kepala Desanya sebagai saksi. Setelah proses tersebut selesai, apabila pihak yang telah menerima hak atas tanah itu
mendaftarkan tanahnya, cukup membawa surat pelepasan tanah itu sebagai alas bukti haknya ke Badan Pertanahan Nasional BPN Kabupaten Pak – Pak Bharat tanpa
perlua adanya Akta Jual Beli yang dikeluarkan oleh PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah, menurut Camat Salak S.Banurea.,SE bahwa masyarakat di Pak – Pak Bharat
sangat sedikit yang membuat Akta Jual – Beli tanah karena hanya dengan alas hak Surat Pelepasan Hak saja di bawa ke BPN, pihak BPN akan mengurus dan
mengeluarkan Sertifikat tanahnya. Perbuatan hukum jual lepas jual beli tanah berdasarkan sistem hukum adat
sangatlah berbeda dengan hukum barat secara umum pelaksanaan Jual lepas pelepasan adat yang seringkali terjadi di masyarakat adat Pak – Pak dilakukan
secara adat, telah memenuhi beberapa asas yakni :
89
Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
a. Dilakukan atas dasar kesepakatan kedua belah pihak sehingga memenuhi Asas konsensual yaitu persetujuan atau persesuaian dari si pembeli mengenai jumlah
uang yang harus dibayarkan, waktu pembayaran, sedangkan dari penjual mengenai luas tanah, letak lokasi, batas-batas, aman dari sengketa. Apabila kesepakatan
tersebut telah dipenuhi, biasanya dilanjutkan dengan musyawarah adat dan panjer sebagai tanda jadi. Perbuatan jual beli secara adat seperti tersebut diatas jarang
ditemukan dalam sistem hukum barat. b. perjanjian yang nyata yaitu suatu perbuatan tunai yang dapat dilihat, namun tidak
jarang pembayaran dilakukan dengan panjer, biasanya panjer tersebut tidak mengikat, sehubungan pada saat diberikan panjer telah terjadi perjanjian, maka
bila terjadi wanprestasi yang dilakukan calon pembeli panjer tersebut akan hilang, sedangkan wanprestasi yang dilakukan calon penjual, maka ia harus
mengembalikan lagi uang panjer dimaksud, biasanya tiga kali lipat. c. Terang tidak gelap, yaitu perbuatan jual lepas yang dilakukan harus ada saksi baik
orang-orang tua tokoh masyarakat, Tetangga batas maupun kepala desa, yang dikuatkan kepala adat Sulang Silima Marga dan Sulang Silima Lebbuh dengan
surat pelepasan adat. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum, sehingga perbuatan jual lepas tersebut menjadi terang, karena diketahui
para tokoh adat dan dari pihak pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Adapun syarat pendaftaran Tanah pertama kali terhadap pemohon hak baru dari tanah hak milik adat sebagai berikut :
a. Surat keterangan pelepasan adat. b. Surat permohonan yang ditandatangani oleh pemohon.
c. Akta jual beli dari PPAT. d. Foto copy KTP pemohon yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang.
e. Surat keterangan dari kepala desakelurahan tentang penguasaan dan perihal selalu yuridis tanah belum bersertipikat.
f. Penelitian dari Kantor Badan Pertanahan Nasional mengenai batas batas tanah dan penetapan batas tanah.
g. Berita acara pengesahan pengumuman. h. Data fisik dan data yuridis.
i. Peta bidang tanah. j. Kwintansi jual lepas tanah adat.
k. Kwintansi biaya pendaftaran tanah sesuai surat perintah setor SPS kepada kas negara.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun dalam persyaratan harus memiliki akta jual beli yang dikeluarkan oleh PPAT tetapi dalam pelaksanaannya tanpa adanya akta jual beli tersebut pihak Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Pak – Pak Bharat tetap menerima dan mengurus untuk pendaftaran tanah tersebut dan mengeluarkan sertifikat tanahnya karena jual
lepas yang tejadi dengan itikad baik t.rang dan tunai yang berlaku menurut Hukum Adat tetap sah walaupun tidak belum dibuat akta resminya.
Berdasarkan permohonan tersebut di atas, Kepala Kantor Pertanahan : 1. Melakukan pemeriksaan data fisik penetapan dan pemasangan tanda batas,
pengukuran dan pemetaan oleh petugas yang ditunjuk.
2. Melakukan pemeriksaan data yuridis riwayat pemilikan tanah oleh Panitia yang ditunjuk.
3. Mengadakan pengumuman data fisik dan data yuridis selama 60 hari di Kantor Pertanahan dan kepala DesaKelurahan beserta pengesahannya.
4. Melaksanakan penegasan konversi atau pengakuan hak. 5. Membukukan hak.
6. Menerbitkan sertifikat sebagai tanda bukti hak. Dalam Pasal 21 ayat 1 PP 24 tahun 1997 disebutkan bahwa untuk keperluan
pendaftaran hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat bukti berupa bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang
bersangkutan yang kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar hak, kemudian dalam ayat-ayatnya dinyatakan apabila tidak lagi tersedia secara lengkap
alat-alat pembuktian sebagai dimaksud ayat 1, pembukaan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun, atau
lebih. Pendaftaran Tanah Hak ulayat di Kabupaten Pak – Pak Bharat tidak dapat dilaksanakan dengan konversi. Namun harus dengan pengakuan dan penegasan hak
oleh kepala Kantor Pertanahan kota dengan alas hak yaitu surat pelepasan adat sebagai bukti tertulis karena adanya saksi-saksi dari masyarakat adat Pakpak Kepala
Universitas Sumatera Utara
Desa dan diketahui Lembaga adat Sulang Silima berdasarkan pada musyawarah adat. Jual beli yang objeknya hak atas tanah yang belum bersertipikat, tentu saja belum
dapat didaftarkan balik nama. Sebab di KPT juga belum ada buku tanahnya. Oleh karena itu segera setelah dibuat akte jual-beli itu, proses pertama ialah memohon
kepada KPT untuk ditegaskan konvensi hak yang dijual itu dan dibuatkan sertipikatnya.
90
D. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pendaftaran tanah yang berasal dari jual beli tanah menurut hukum adat di Kabupaten Pak – Pak Bharat
Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh data bahwa factor yang menjadi penghambat di dalam pelaksanaan pendaftaran jual beli menurut hukum adat adalah
disebabkan karena 2 faktor, yaitu faktor ekonomi dan faktor hukum. Adapun faktor ekonomi tersebut dapat berupa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat apabila melakukan jual beli di hadapan PPAT, hal mana tidak hanya biaya formal yang telah ditentukan melainkan faktor lainnya yang bersifat teknis.
Sedangkan faktor hukumnya adalah persyaratan yang banyak serta prosedur yang rumit. sebagaimana yang dikatakan oleh Soerjono Soekanto
91
1. Faktor hukumnya sendiri undang-undang : adanya peraturan perundang – undangan yang berlaku untuk
dilaksanakan oleh masyarakat . Dikatakan ada lima
faktor yang mempengaruhi berlakunya suatu hukum, yaitu :
90
Boedi Harsono,Opcit,halaman 21
91
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor penegak hukumnya : dalam pelaksanaan peraturan perundang – undangan tersebut ada yang mengawasi masyarakat dalam
pelaksanaannya
3. Faktor sarana atau fasilitas pendukung pelaksanaan hukum
4. Faktor masyarakat: penerimaan masyarakat terhadap hukum yang telah ditetapkan
5. Faktor kebudayaan : budaya hukum dan hukum adat yang dari dulu telah berlaku di daerah tersebut sebelum adanya peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
Dengan mengacu kepada pendapat tersebut maka pada masyarakat Kabupaten Pak – Pak Bharat dimana faktor yang lebih dominan adalah faktor yang ke-4 faktor
masyarakat dan faktor ke-5 faktor kebudayaan. Selain faktor tersebut di atas, juga disebabkan oleh faktor hukum dimana dapat kita ketahui bahwa pengetahuan
masyarakat tentang hukum itu sendiri khususnya pengetahuan tentang pendaftaran peralihan hak atas tanah menurut hukum adat tidak seimbang dalam arti antara yang
mengetahui dengan yang tidak mengetahui tidak sama, hal ini berarti fiksi hukum yang menyatakan semua orang tahu akan hukum tidaklah dapat diterima seratus
persen, hal lain juga disebabkan karena budaya hukum serta adat istiadat setempat, yang mengakibatkan adanya persepsi yang salah dari menurut hukum adat mengenai
pendaftaran peralihan hak. Adapun hal yang perlu diketahui hukum yang dimaksud adalah PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah menurut hukum adat di Kabupaten Pak – Pak Bharat dalam menjamin kepastian hukum tidak terlepas dari
hambatan-hambatan yang timbul dalam prakteknya, walaupun hambatan yang timbul tidak berat, namun perlu mendapatkan perhatian dalam penyelesaiannya. Hambatan-
hambatan yang timbul dalam pelaksanaan pendaftaran tanah yang berasal dari jual lepas tanah menurut hukum adat di Kabupaten Pak – Pak Bharat adalah kurangnya
pemahaman hukum tanah adat itu sendiri pada masyarakat adat di Pak – Pak Bharat terutama dari Kepala Adat sendiri dalam hal ini Sulang Silima.
92
Pelaksanaan pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah menurut hukum adat di Kabupaten Pak – Pak Bharat dalam menjamin kepastian hukum tidak terlepas dari
hambatan-hambatan yang timbul dalam prakteknya, walaupun hambatan yang timbul tidak berat, namun perlu mendapatkan perhatian dalam penyelesaiannya. Hambatan-
hambatan yang timbul dari masyarakat dalam pelaksanaan pendaftaran jual beli tanah menurut hukum adat di Kabupaten Pak – Pak Bharat :
1. Masyarakat menganggap bahwa tanah itu merupakan tanah adat sehingga hanya dengan sepengetahuan, izin dan tanda tangan dari Sulang Silima dan Kepala Desa
sebagai saksi sudah merupakan bukti yang kuat tentang kepemilikan tanah. 2. Ketidak mengertiannya masyarakat akan pentingnya pendaftaran tanah bagaimana
syarat – syarat dan prosedur dalam pelaksanaan pendaftaran tanah.
92
Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya anggapan bahwa karena proses pendaftaran tanah terlalu lama disamping itu prosedurnya berbelit-belit dan mengeluarkan biaya yang sangat mahal sehingga
mereka enggan mendaftarkan tanah miliknya. Hambatan – hambatan dalam pendaftaran tanah yang ada di Pakpak Bharat dapat
dilihat dalam table berikut ini. Tabel 1
Hambatan dalam pendaftaran tanah No
Faktor penyebab hambatan Responden
1
2
3 Lebih mengutamakan hukum adat dan Sulang
Silima sebagai penentu transaksi tanah Tidak mengetahui syarat, prosedur dan biaya
pendaftaran Proses pendaftaran mahal lama dan berbelit –
belit 13
2
5 65
10
25
20 100
Sumber data : data primer 2011 Table tersebut menggambarkan bahwa hambatan – hambatan dalam pelaksanaan
pendaftaran tanah yang terjadi di Pak-Pak Bharat masih menjunjung tinggi hukum adat dan mengenyampingkan hukum agraria sebanyak 65 enam puluh lima
Universitas Sumatera Utara
persen, sedangkan untuk ketidaktahuan masyarakat bagaimana tata cara pelaksanaan pendaftaran tanah sebanyak 10 sepuluh persen, dan untuk hambatan terakhir
menurut mereka pendaftaran tanah memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal serta proses yang berbelit sebanyak 25 dua puluh lima persen.
Menurut Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pak – Pak Bharat Bapak Rasmon Sinamo dalam hal sosialisasi, penyebaran info dan kelengkapan alat dalam Kantor
Pertanahan sudah sangat baik dilakukan menurut Rasmon Sinamo hal yang paling utama dan mendasar yang menghambat pelaksanaan pendaftaran tanah dan
pelaksanaan administrasi pertanahan di Pak – Pak Bharat adalah kurangnya penerimaan masyarakat adat suku Pakpak terhadap peraturan hukum yang berlaku
yang mengatur tentang pertanahan yaitu Undang Undang No 5 tahun 1960 tentang Peraturan Pokok Dasar – Dasar Agrarian dan PP N0.24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah. Selain hal yang mendasar di atas adalah masalah kepemilikan tanah yang ada di
Kabupaten Pak – Pak Bharat masih belum jelas dalam kepemilikan tanahnya sebagian besar masih dengan kepemilikan bersama belum ada pembagian yang jelas diantara
keluarga, sehingga pada saat melakukan proses jual lepas dan proses pendaftaran tanah tersebut tanpa sepengetahuan anggota keluarganya yang lain dan juga tidak
jelasnya batas sepadan tanah dikarenakan tidak adanya alat bukti yang jelas. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
lah yang sering terjadi di Kabupaten Pak – Pak Bharat yang menghambat proses pelaksanaan pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan Pak – Pak Bharat.
93
93
Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN