Struktur Kepemilikan Tanah Marga atau Tanah Adat di Pak – Pak Bharat

dipilih sendiri oleh para marganya. Walaupun Sulang Silima ini menjadi satu kesatuan, tetapi di dalam pembentukannya juga masih berdasarkan ke 5 lima unsur yang diharuskan tetapi sudah menjadi satu kesatuan bukan lagi berdasarkan keturunan keluarga satu empungnya kakek. Adapun peranan dari Sulang Silima pada saat ini sangat terlihat dalam usaha untuk pengamanan amanah atau warisan tanah ulayat marganya. Dalam pelaksanaannya sendiri Sulang Silima ini terlihat pada marga Banurea Kutagugung yang dipimpin oleh H.Banurea sebagai Ketua Umum yang merupakan sub bagian dari Sulang Silima Banurea seluruhnya yang pada saat ini dipimpin oleh M.Banurea Mpu Bada. 40

B. Struktur Kepemilikan Tanah Marga atau Tanah Adat di Pak – Pak Bharat

Bila ada perbuatan – perbuatan hukum serta permasalahan mengenai tanah marga, maka penyelesaian diserahkan kepada Sulang Silima sebagai lembaga adat tertinggi suku Pakpak pada masa sekarang ini. Dari hasil penelitian yang diperoleh melalui hasil wawancara responden bahwa status tanah yang ada di Pak – Pak Bharat merupakan tanah dalam status tanah adat, sebagian besar dari bidang tanah diatur menurut hak milik adat, atau hak atas tanah adat. Hak atas tanah adat dalam bahasa Indonesia disebut hak ulayat. Tanah ulayat menurut Peraturan Menteri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor.5 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat 40 H.Banurea, Wawancara dengan Kepala Adat Sulang Silima marga Banurea Kutagugung.Salak, 25 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara Hukum Adat Pasal 1 ayat 2 menyatakan bidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Kepemilikan tanah pada umumnya di Kabupaten Pak – Pak Bharat adalah tanah marga dan tanah milik adat secara bersama – sama 80 delapan puluh persen dari kepemilikan tanah yang ada di Pak – Pak Bharat adalah tanah marga dan 20 dua puluh persen adalah tanah milik adat bersama yang mana kepemilikan tanah ini dimiliki secara bersama – sama dalam satu keluarga tanah ini masuk kedalam tanah warisan keluarga dan masih dalam sistem kekeluargaan yang sangat erat maka pembagiannya tidak dilakukan secara jelas hanya secara lisan saja. Luas Tanah adat yang ada di Pak-Pak Bharat seluas 35.670 ha yang dikuasai oleh marga Pak-Pak yaitu marga Berutu, Bancin, Padang, Solin, Sinamo, Manik, Cibro, Banurea, Boangmanalu,Lembeng, Sitakar, Kabeaken, Tinendung, Munthe, Ujung, Kudadiri, Mataniari dan Siketang. Tanah adalah satu kesatuan dengan kehidupan masyarakat Pakpak atau menunjukkan identitas tentang keberadaan anggota masyarakat tersebut sehingga tanah menetukan hidup matinya masyarakat tersebut. Tanah dikuasai oleh marga sebagai pemilik ulayat tanah tersebut. Adapun bentuk – bentuk tanah sebagai berikut : a. Tanah tidak diusahai : Tanah “Karangan Longo – longoon” hutan dan tidak pernah dikunjungi orang, Tanah “Kayu Ntua” tanah yang luas penuh dengan pohon – pohon tua yang besar Tanah “Talin Tua” tanah pekuburan untuk selama Universitas Sumatera Utara – lamanya, Tanah “Balik Batang” tanah bekas ladang yang tidak diusahai lagi dan Rambah Keddep Jempalan lapangan yang luas dan subur tempat kerbau untuk makan. b. Tanah yang diusahai : “Tahuma Pargadongen” ladang ubi, “Perkemenjemen” ladang kemenyan dan “Bungus” tanah luas dan banyak terdapat tanaman tua c. Tanah Perpulungen yaitu “embal – embal” warisan dan Jalangan tanah yang subur yang tidak dketahui siapa pemilik tanah tersebut dan dapat digarap. d. Tanah Sembahen : tanah yang dijadikan tempat untuk melakukan ritual khusu menyembah nenek moyang yang mempunyai sifat magis keramat pada saat ini tanah ini sudah tidak dipergunakan lagi dan dijadikan tempat untuk berladang. e. Tanah Persediaan yaitu tanah cadangan dimana tanah ini tetap hak marga, tanah yang dijaga oleh Permangmang orang yang sangat dihormati dan tidak boleh diganggu. f. Lebbuh : tanah perkempungan untuk setiap marga bermukim. Dalam hal pergeseranpengalihan tanah tidak ada dalam hukum adat Pakpak, kecuali tanah Rading Berru tanah yang diberikan kepada anak perempuanmenantu sepanjang masih dipakai dan apabila tidak dipakai lagi harus dikembalikan kepada Sulang Silima tetapi dengan persyaratan bahwa anak laki – laki dari pihak beeru Universitas Sumatera Utara tersebut harus menggambil anak perempuan berru dari kula-kulanya tersebut dan juga tanah ladang dan persawahan. 41 Tetapi dalam hal perkembangan Pak – Pak Bharat yang berkembang dengan pesat serta kebutuhan akan tanah dan kepentingan akan uang pergeseranpengalihan tanah yang dikatakan tidak ada tersebut dapat dikesampingkan asal sesuai dengan tata cara adat dan telah mendapat izin dari Sulang Silima. Disinilah peran serta dan pentingnya Sulang Silima sebagai Kepala Adat

C. Jual Beli dalam Hukum Adat