Syarat – Syarat Proses Terjadinya Jual Lepas Tanah Adat di Pak – Pak Bharat

Mengingat faktor keterbatasan masyarakat pada umumnya dan masyarakat adat Pakpak perbuatan hukum jual beli tanah adat seringkali dilakukan tanpa menggunakan akta otentik di hadapan PPAT hal ini dikarenakan menurut masyarakat adat bahwa yang paling berperan dan yang paling diperlukan keterangannya adalah dari pihak Sulang Silima yang dianggap sebagai penentu dalam segala jenis transaksi tanah dan pelindung tanah marga yang ada di Pakpak Bharat

E. Syarat – Syarat Proses Terjadinya Jual Lepas Tanah Adat di Pak – Pak Bharat

Dalam melakukan jual lepas tanah pada dasarnya sangatlah susah bukan hanya dengan syarat terang dan tunai saja akan tetapi dalam pelaksanaannya syarat yang paling utama itu adalah hak terdahulu di mana seseorang yang ingin melepaskan tanahnya harus bertanya terlebih dahulu kepada keluarganya jika tidak ada yang mau membeli maka harus bertanya kepada tetangga satu kampungnya jika tidak ada boleh bertanya kepada tetangga luar kampungnya dan jika juga tidak ada juga maka dia baru boleh melepaskan tanah tersebut ke pihak luar yang bukan berasal dari satu sukunya. Hal ini merupakan syarat yang utama dikarenakan dalam masyarakat tanah itu merupakan suatu hal yang sangat penting dan utama sehingga pantang untuk mejual tanah, apabila melakukan penjualan tanah atau pelepasan tanah miliknya itu adalah suatu perbuatan yang sangat memalukan bukan hanya bagi keluarga tetapi juga bagi sukunya. Universitas Sumatera Utara Oleh karena pada masa itu proses jual lepas sangat jarang dilakukan biasanya para masyarakat ada lebih tertarik utnuk melakukan jual – gadai dikarenakan tanahnya dapat kembali lagi sedangkan dalam jual lepas yang sekarang ini lebih sering digunakan tanah tersebut lepas untuk selama – lamanya. Tetapi hal tersebut diatas sudah mengalami perubahan di mana masyarakat adat sudah tidak menggangap tabu lagi perbuatan pelepasan tanahnya di mana dalam prosesnya pada saat ini hak terdahulu itu sudah ditiadakan, dimana yang sebelumnya pelepasan tanah itu dilakukan dengan proses yang lama dan sangat ketat sekarang ini hanya cukup dengan syarat terang dan tunai saja jual lepas tanah dapat terjadi. Fenomena ini terjadi karena perkembangan yang terjadi di daerah – daerah yang memiliki tanah adat dan juga keperluan hidup yang semakin meningkat, sehingga hak terdahulu yang sangat menghambat proses pelepasan tanah dikesampingkan. Hal ini lah yang terjadi pada proses pelepasan tanah milik adat yang terjadi di Kabupaten Pak – Pak Bharat terutama yang paling kelihatan terjadi di Kecamatan Salak khusunya di Desa Salak 1 dan Desa Salak 2 yang pada awalnya pemilik tanah yang ada di ke dua desa tersebut adalah tanah marga Banurea yang memiliki luas 730 ha . tetapi setelah sekarang sering terjadi peraktek jual lepas tanah marga Banurea yang tinggal 130 ha lagi. Sedangkan tanah yang sudah dilepaskan di kedua desa tersebut sebanyak 600 ha. 53 53 Wawancara Kepala Desa Salak 1 dan Salak 2 E.Padang dan B.Banurea 24 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara Pada saat Pak – Pak Bharat masih menjadi salah satu desa di Kabupaten Dairi, tanah yang ada di sana dapat dengan bebas dipakai oleh para masyarakat hukum adatnya dalam hal ini para marga Pakpak selain itu tanah di sana dianggap sangatlah tidak penting dan tidak bernilai tinggi sehingga transaksi tanah pun tidak banyak terjadi hanya gadai yang sering dilakukan oleh pada masyarakat adatnya apabila membutuhkan uang jual lepas tidak dilakukan karena menurut adat itu tidak boleh dilakukan dan juga syarat – syarat dalam proses jual lepas tanah secara adat juga sangat susah. Di mana apabila ada anggota masyarakat marga yang ingin menjual tanahnya maka syarat yang dilakukan sebelom proses jual lepas adalah: 1. menanyakan kepada keluarganya atau tetangga kampungnya atau luar kampungya dan kalau tidak ada pihak luar dari marga dan sukunya apakah ada yang ingin membeli tanah tersebut. 2. menemui kepala adat untuk menceritakan rencananya untuk melepaskan tanahnya dan menanyakan apakah dia boleh untuk melepaskan tanahnya. 3. kepala adat menemui Sulang Silima yang terdiri dari perisang – isang anak paling besar, perekur –ekur anak paling bungsu, pertulang tengah anak tengah , perpunya ndiadepanak boru dan perbetekken teman satu marga untuk membahasa secara musyawarah apakah si pemilik tanah tadi boleh melepaskan tanahnya. Universitas Sumatera Utara 4. Sulang Silima memberikan izin, Kepala Adat tersebut memberitahukan kepada si pemilik tanah bahwa si pemilik tanah tadi boleh menjual tanahnya. 5. melakukan proses pelepasan tanah dengan acara adat dan memberikan sejumlah uang kepada Sulang Silima dan memberi makan satu kampungnya, setelah itu dia bisa melepaskan tanahnya. Tetapi apabila Sulang Silima tidak mengizinkan si pemilik tanah untuk melepaskan tanahnya maka dia tidak bisa melepaskan tanah tersebut walaupun tanah itu lepas kepada keluarganya sendiri ataupun tetangganya. Karena persyaratan yang seperti inilah sehingga banyak tanah masyarakat adat yang memilih mengadaikan tanahnya daripada melepaskan tanahnya. Tetapi setelah desa kecil tadi menjadi sebuah Kabupaten yaitu Kabupaten Pak – Pak Bharat, keperluan akan tanah meninggkat dengan pesatnya sehingga menyebabkan tanah yang bernilai rendah menjadi bernilai sangat tinggi hal ini menyebabkan masyarakat adat yang ada di Pak – Pak Bharat berpikir untuk lebih mengusahakan dan mengurus tanah yang ada di Pak – Pak Bharat. Oleh karena pembangunan yang terjadi di Pak – Pak Bharat maka transaksi tanah yang terjadi pun sangatlah meningkat yang tadinya transaksi tanah yang ada di sana hanya jual gadai dimana pada masa itu masyarakat merasa berat untuk menjual tanahnya dan membutuhkan proses dan waktu yang lama sehingga mereka lebih sering menggadaikan tanahnya terlebih dahulu dan yang nantinya tanah tersebut dapat ditebus kembali walaupun sudah dalam jangka waktu lama, dalam proses gadai Universitas Sumatera Utara ini pun harus dilakukan dengan sepengetahuan Ketua Adat Sulang Silima Lebbuhnya sebagai saksi begitu juga pada saat menebus kembali harus dilakukan dan sepengetahuan Ketua Adat Sulang Silima Lebbuhnya . 54 Transaksi jual lepas ini sendiri sangat banyak dilakukan oleh marga Banurea yaitu Kecamatan Salak, dikarenakan secara kebetulan pemerintah daerah mengangap bahwa tanah marga Banurea itu berada di tengah dan yang paling cocok untuk dijadikan ibukota dari Kabupaten Pak – Pak Bharat. Salak yang tadinya hanyalah sebuah perkampungan kecil sekarang menjadi kota yang banyak mengalami pembangunan sehingga transaksi tanah paling banyak dilakukan di Kecamatan Salak pernyataan ini juga dibenarkan oleh M.Banurea dan Nyonya Banurea br Manik selaku warga desa Salak 1 dan Salak 2 dan juga pada masa lalu mereka lebih sering menggadaikan tanahnya contohnya keluarga Bapak M.Banurea dimana sebagian dari tanah warisan mereka ternyata ada yang mengklaim sudah menjadi miliknya karena 15 tahun yang lalu telah digadaikan oleh salah satu anggota keluarga Bapak M.Banurea dan apabila tanah itu ingin kembali kepada haruslah ditebus dahulu sesuai dengan nilai nominal yang sekarang. Pada masa sekarang masyarakat adatnya pada umumnya lebih suka untuk menjual lepas tanah mereka karena menurut mereka lebih untung dalam melepaskan tanahnya karena bernilai tinggi selain itu dalam syarat – syarat dalam proses jual lepas yang sekarang pun tidak seperti dulu lagi, syarat – syarat jual lepas tanah sekarang sangatlah gampang. 54 M.Banurea, Wawancara dengan kepala Adat Banurea, Salak, 25 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara ini dari tahun 2009 – 2011 ada 133 proses pelepasan tanah yang terjadi di dua desa yang ada di Kecamatan Salak ini. 55 Proses jual lepas banyak terjadi sekarang ini terjadi dikarenakan syarat – syarat dalam jual lepas tidak serumit yang dulu pada saat ini dalam jual lepas di Pak – Pak Bharat tidak mengutamakan hak terdahulu tanah milik adat yang ada di Pak – Pak Bharat boleh dijual kepada orang luar yang buka suku Pakpak dan tidak perlu terlebih dahulu bertanya kepada ketua adat dan mendapat persetujuan dari Sulang Silima yang terdiri dari lima unsur, apabila ada masyarakat adat yang ingin menjual tanahnya persyaratan yang dilakukan sekarang ini 1. meminta persetujuan atau izin kepada Ketua Adat Sulang Silima lebbuh marganya sebagai Kepala Adat yang mengawasi dan menjaga tanah ulayat di lebbuhnya bahwa dia akan melepaskan tanahnya tanpa harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan ke lima unsur dari Sulang Silima, Ketua Adat Sulang Silima Lebbuh dapat langsung memberikan persetujunnya 2. apabila sudah mendapat persetujuan dari Ketua Adat Sulang Silima Lebbuhnya maka dilakukan acara pelepasan adat dan memberikan uang ganti rugi atas lepasnya tanah tersebut dari adat kepada Ketua Adat Sulang Silima Lebbuhnya 3. melepaskan tanahnya dimana Kepala Adat dan Kepala Desa menjadi saksi dan menandatangani surat pelepasan tanah. 56 55 Wawancara Kepala Desa Salak 2 E.Padang 24 Juli 2011 56 M.Banurea, Wawancara dengan Kepala Adat Banurea, Salak, 25 Juli 2011 Universitas Sumatera Utara Di sini dapat dilihat syarat terang dan tunai itu masih terpenuhi tetapai ada juga dalam prosesnya bukan hanya syarat terdahulu yang dihilangkan tetapi syarat terang tidak dipenuhi lagi tanpa persetujuan dari Ketua Adat dan tanpa proses pelepasan adat hanya dengan pengetahuan kawan marganya dan kepala desanya jual lepas itu dapat terjadi. Oleh karena persyaratan proses jual lepas yang tidak lagi beraturan dan sangat mudah pada saat ini di Pak – Pak Bharat khususnya tanah yang ada di Kecamatan Salak bukan lagi sepenuhnya dimiliki oleh marga Banurea tetapi sudah bercampur dengan pihak luar atau marga diluar suku Pakpak dan apabila hal ini terus dilakukan maka bisa saja tanah milik marga Banurea tersebut dapat hilang. Hal ini dibenarkan oleh kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Pak–Pak Bharat Rasmon Sinamo, S yang mengatakan bahwa sekarang ini pelaksanaan jual lepas tanah yang terjadi di Pak – Pak Bharat ini sangat tidak beraturan dan semua pemilik tanah ada dapat dengan bebas melakukan pelepasan tanah, dan mendaftarkan tanah tersebut ke Kantor Pertanahan Kabupaten Pak-Pak Bharat. 57 Kantor Pertanahan Kabupaten Pak–Pak Bharat mengeluarkan suratnya karena menurut Kantor Pertanahan mereka memiliki alas hak dan ada tandatangan Kepala Desa dan juga pihak dari marganya yang mereka anggap sebagai Kepala Adatnya karena. dikarenakan hal ini kepala adat lembaga Sulang Silima marga yang ada di Pak – Pak Bharat sering melakukan protes kepada pihak BPN karena telah mengeluarkan 57 Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara sertifikat tanah tersebut karena menurut mereka tanah tersebut tidak boleh dilepaskan karena belum terpenuhi syarat – syarat dari pelepasan adat oleh karena sering nya terjadi protes dari pihak Kepala Lembaga Adat Sulang Silima. Padahal menurut Bapak Drs Rasmon Sinamo sebagai Kepala Badan Pertanahan Kota Salak bahwa ada salah penerapan dari Sulang Silima itu, padahal dari pihak Badan Pertanahan Kota Salak sudah mensosialisasikan dan membuat Kesepakatan Bersama Marga – Marga Sukutnitalun pada sosialisasi dan lokakarya tentang pertanahan di Kabupaten Pak – Pak Bharat pada tanggal 4 Agustus 2010 yang disetujui dan ditanda tangani oleh 20 dua puluh marga Pak – Pak sebagai pemilik tanah marga yang ada di Kabupaten Pak – Pak Bharat. Adapun isi dari Kesepakatan itu adalah untuk lebih menyederhanakan pemilikan dan perlindungan terhadap tanah marga yang ada di Kabupaten Pak – Pak Bharat selain itu juga membantu dalam perkembangan Pak – Pak Bharat sebagai Kabupaten baru. Selain itu juga Rasmon mengatakan bahwa dari pihak Pemerintah Kabupaten belum mengeluarkan Perda Peraturan Daerah terhadap pertanahan di Pak – Pak Bharat sebagai tindak lanjut dari Keputusan bersama marga – marga tersebut, sehingga kepastian hukum dalam pelaksanaan pengurusan tanah masih belum terjamin. Oleh karena Kabupaten Pak – Pak Bharat adalah kabupaten baru yang sedang berkembang, maka untuk menyokong pembangunan Kabupaten Pak – Pak Bharat, maka tidak lagi tertutup kemungkinan untuk pihak luar memiliki tanah di Pak – Pak Universitas Sumatera Utara Bharat. 58 Dari pihak masyarakat pun menyambut dengan baik kesepakayan tersebut karena menurut mereka dengan adanya kesepakatan tersebut bagi mereka yang ingin melepaskan tanahnya tidak perlu lagi mengumpulkan ke lima unsur yang ada di Sulang Silima untuk meminta izin melepaskan tanahnya yang pada akhirnya mendapatkan penolakan dari pihak Sulang Silima padahal mereka sangat membutuhkan uang untuk kebutuhan pendidikan anak – anak mereka, tetapi ada juga yang tidak menyambunt dengan baik kesepakatan tersebut karena menurut mereka bahwa kesepakatan itu tidak disosialisasikan kepada yang semestinya, mereka menganggap bahwa keputusan itu dibuat untuk kepentingan sepihak saja dan tidak menghargai hukum adat yang sebenarnya. dengan adanya kesepakatan bersama ini yang nantinya akan dilanjutkan menjadi Peraturan Daerah sistem pertanahan yang ada di Pak – Pak Bharat menjadi lebih baik lagi. Walaupun terjadi perbedaan pendapat dan penerimaan dalam perubahan syarat jual lepas dalam hukum adat masyarakat Pakpak di Kabupaten Pak – Pak Bharat tetapi proses jual lepas tetap terjadi dan diakui secara adat. Dengan keadaan yang sekarang dapat disimpulkan bahwa syarat proses jual lepas yang terjadi di Kabupaten Pak – Pak Bharat masih berdasarkan hukum adat walau telah terjadi perubahan dimana hak terdahulu sudah tidak diutamaakan lagi dan ketabuan dalam melakukan pelepasan 58 Rasmon Sinamo, Wawancara Kepala Badan Pertanahan Kota Salak Salak,11 Agustus 2011 Universitas Sumatera Utara tanah sudah terlalu dipermasalahkan lagi tetapi syarat terang dan tunai dalam prosesnya masih dijunjung tinggi dan kepala adat masih dijunjung tinggi dan para pemilik tanah marga masih diakui berarti hukum adat masih dijalankan. Universitas Sumatera Utara

BAB III PERALIHAN HAK MILIK ADAT MENJADI HAK PERSEORANGAN DI

PAK – PAK BHARAT A. Hak Atas Tanah

1. Hak Hak Tanah Adat Sebelum UUPA

Seperti diketahui, Hukum Agraria lama mempunyai sifat dualism sehingga pada waktu itu terdapat tanah adat yaitu tanah yang diatur dan tunduk pada hukum adat dan tanah barat yang diatur menurut Hukum Perdata Barat. Tanah Adat tersebut antara lain Hak Ulayat, Hak Milik Adat, Hak menikmati, Agrarisch Eigendom S.1872-117 yaitu : a. Hak Ulayat Hak ulayat adalah hak yang dipunyai oleh suatu suku sebuah serikat desa atau biasanya oleh sebuah desa saja untuk menguasai seluruh tanah seisinya dalam lingkungan wilayahnya 59 59 Imam Sudiyat,Hukum Adat Sketsa Asas,Lyberty,Yogyakarta,2007.Cetakan V halaman 2 . Tanah ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama, yang diyakini sebagai karunia peninggalan nenek moyang kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat, sebagai unsure pendukung utama bagai kehidupan kelompok tersebut sepanjang masa. Kelompok tersebut bisa merupakan masyarakat hukum adat yang territorial desa, marga, nagari, hutan, bisa juga Universitas Sumatera Utara