5. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 7, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan resiko bahaya rendah dimana kuantitas dan kandungan
bahan mudah terbakarnya rendah. Kebakaran pada tingkat ini dapat diperkirakan berkembang rendah dan mempunyai nilai pelepasan panas yang
rendah. Dari tingkat status resiko bahaya kebakaran dapat disimpulkan bahwa semakin
kecil angka klasifikasi maka status bahaya semakin tinggi dan sebaliknya bahwa semakin besar angka klasifikasi maka status bahaya semakin rendah. Dengan
memahami klasifikasi resiko bahaya kebakaran terhadap bahan yang terbakar serta pencegahannya dan kalsifikasi memberi status resiko kebakaran akan memudahkan
kita untuk menentukan sistem penanggulangan yang sesuai untuk permukiman padat di Kecamatan Tanjung Balai Utara nantinya.
2.4.4 Pola meluasnya kebakaran
Yang menentukan meluasnya kebakaran adalah dari segi cara api yang meluas dan menyala. Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar
untuk ditentukan, tetapi berdasarkan penyelidikan-penyelidikan tertentu dapat diperkirakan pola cara meluasnya kebakaran tersebut sebagai berikut:
1. Konveksi convection atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, hal
ini disebabkan karena molekul tinggi mengalir ke tempat yang bertemperatur lebih rendah dan menyerahkan panasnya. Panas dan gas akan bergerak
dengan cepat ke atas langit-langit atau bagian dinding sebelah atas yang
Universitas Sumatera Utara
menambah terjadinya sumber nyala yang baru. Panas dan gas akan bergerak dengan cepat melalui dan mencari lubang-lubang vertikal seperti cerobong,
pipa-pipa, ruang tangga lubang lift, dsb. Bila jalan arah vertikal terkekang, api akan menjalar kearah horizontal melalui ruang bebas, ruang langit-langit,
saluran pipa atau lubang-lubang lain di dinding. Udara panas yang mengembang, dapat mengakibatkan tekanan kepada pintu, jendela atau
bahan-bahan yang kurang kuat serta mencari lubang lainnya untuk ditembus.
2. Konduksi conduction atau perpindahan panas karena pengaruh sentuhan
langsung dari bagian temperatur tinggi ke temperatur rendah di dalam suatu media ruang. Panas akan disalurkan melalui pipa-pipa besi, saluran atau
melalui unsur kontruksi lainnya diseluruh bangunan. Oleh karena sifatnya meluas, maka perluasan tersebut dapat mengakibatkan keretakan di dalam
kontruksi yang akan memberikan peluang baru untuk penjalaran kebakaran.
3. Radiasi radiation atau perpindahan panas yang bertemperatur tinggi ke
benda yang bertemperatur lebih rendah bila benda dipisahkan dalam ruang karena pancaran sinar dan gelombang elektromagnetik. Permukaan suatu
bangunan tidak mustahil terbuat dari bahan-bahan bangunan yang bila terkena panas akan menimbulkan api. Oleh karena sifat udara mengembang
ke atas, maka langit-langit dan dinding bagian atas akan terkena panas terlebih dahulu dan paling kritis. Bahan bangunan yang digunakan sebaiknya
yang angka peningkatan perluasan apinya fleme-spread ratings rendah. Kemudian nyala mendadak flash-over yang disebabkan oleh permukaan
Universitas Sumatera Utara
dan sifat bahan bangunan yang sangat mudah termakan api sebagai gejala umum di dalam suatu kebakaran. Bila suhu meningkat hingga mencapai ±
425 celcius atau gas-gas yang sudah kehausan zat asam mendapat tambahan
zat asam, maka akan menjadi nyala api yang mendadak dan membesarnya bukan saja secara setempat tetapi meliputi beberapa tempat. Sama halnya
dengan cerobong sebagai penyalur ke luar dari gas-gas panas yang mengakibatkan adanya bagian kosong udara di dalam ruangan yang sifatnya
menarik zat asam, semua bagian-bagian yang sempit atau lorong-lorong vertikal di dalam bangunan menjadi bersifat sebagai cerobong dan dapat
memperbesar nyalanya api terutama apabila kesempatan zat asam membantu perluasan api tersebut.
Walau uraian pola meluasnya kebakaran tampil dalam paparan yang sangat teknis namun dapat membantu kita untuk memahami gejala kebakaran yang terjadi
didalam ruang dan diharapkan dapat memperkuat keputusan dalam menentukan kebijakan yang beraspek pada ketahanan lingkungan terhadap kebakaran.
2.4.5 Penanggulangan kebakaran
Sistem penanggulangan kebakaran ada dua sistem yaitu perlindungan pasif dan perlindungan aktif. Perlindungan pasif yaitu sistem perlindungan terhadap kebakaran
yang dilaksanakan dengan menggunakan pengaturan terhadap komponen bangunan dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran. Sedangkan sistem
Universitas Sumatera Utara
perlindungan aktif yaitu sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual
oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melakukan operasi pemadaman.
2.4.5.1 Perlindungan pasif
Dalam Kepmen PU No. 11KPTS2000 terdapat tipe klasifikasi konstruksi bangunan berdasarkan ketahannya terhadap resiko kebakaran yang dimuat pada tabel
2.3.
Tabel 2.3 Tipe Konstruksi Bangunan Berdasarkan Ketahanannya Terhadap Resiko Kebakaran
TIPE KONSTRUKSI KETERANGAN
Tipe I Konstruksi Tahan Api
Bangunan yang dibuat dengan bahan tahan api beton, bata dan bahan lainnya dengan bahan logam yang
dilindungi dengan struktur yagn dibuat sedemikian rupa sehingga tahan terhadap peruntukan dan
perambatan api.
Tipe II dan IV Tidak Mudah Terbakar,
Konstruksi Kayu Berat Bangunan yang seluruh bagian konstruksinya
termasuk dinding, lantai dan atap terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar atau tidak termasuk
sebagai bahan tahan api yaitu termasuk bangunan konstruksi kayu dengan dinding bata, tiang kayu 20,3
cm cm,lantai kayu 76 mm, atap kayu 51 mm dan balok kayu 15,2 x 25,4 cm.
Tipe III Biasa
Bangunan dinding luar bata atau bahan tidak mudah terbakar lainnya sedangkan bagian bangunan lainnya
terdiri dari kayu atau bahan yang mudah terbakar.
Tipe IV Kerangka Kayu
Bangunan kecuali bangunan rumah tinggal yang strukturnya sebagaian atau seluruhnya terdiri dari
kayu atau bahan mudah terbakar yang tidak tergolong dalam konstruksi bisa tipe III
Sumber: Observasi, Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan permukiman padat di kota merupakan ruang komunal yang kaya akan kekurangan fisik tempat tinggalnya. Kondisi ini menghadapkan kita pada
permasalahan yang kompleks. Perlindungan fisik permukiman padat dari bahaya kebakaran memerlukan kebijakan yang lengkap karena melibatkan berbagai pihak
untuk menghapus bahaya kebakaran dalam meningkatkan kualitas hidup permukiman padat setempat pada kondisi yang lebih baik.
Mengingat perlindungan pasif tidak cukup dalam mengantisipasi dan menekan proses kebakaran, diperlukan perlindungan aktif yang melibatkan
sumberdaya manusia atau pihak terkait sebagai tindakan awal dalam meredam kejadian kebakaran.
2.4.5.2 Perlindungan aktif
Sebelumnya telah kita ketahui bahwa sistem perlindungan aktif yaitu sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan menggunakan peralatan
yang dapat bekerja secara otomatis maupun manual oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melakukan operasi pemadaman. Namun pada saat ini
begitu banyak peralatan perlindungan aktif dalam meredam kebakaran dan semuanya belum tentu sesuai di kawasan permukiman padat. Berikut akan tampil beberapa
peralatan perlindungan aktif yang sesuai dengan permukiman padat. Air merupakan bahan utama, mendasar dan pertama dalam meredam kebakaran. Oleh karena itu kita
juga akan menyinggung beberapa hal tentang pendistribusian air agar dapat
Universitas Sumatera Utara
memanfaatkan peralatan perlindungan aktif secara maksimal dalam meredam peralatan.
a. Alat Pemadam Api Portable Alat pemadam api portable APAP terdiri dari alat pemadam api ringan
APAR dan alat pemadam api beroda APAB. Biasanya kedua alat ini digunakan untuk tanggap awal pemadaman api. Kedua alat ini dapat
disediakan oleh instansi setingkat keluarahan dan kecamatan serta tiap- tiap rumah tangga. Adapun spesifikasi kebaradaan alat ini akan di urai
sebagai berikut: 1. Alat Pemadam Api Ringan
Alat pemadam api ringan merupakan salah satu perlengkapan pemadaman kebakaran yang memiliki berat sekitar 16 kg. Alat
pemadam kebakaran ringan ini tidak hanya berisi air, namun ada juga yang berisikan foam, serbuk kimia atau CO2 sesuai dengan
penggunaannya terhadap jenis kebakaran yang dihadapi. 2. Alat Pemadam Api Beroda
Alat pemadam api beroda merupakan alat pemadam yang memiliki berat sekitar 100 hingga 150 kg. Biasanya alat ini digunakan untuk
daerah yang tidak bisa dimasuki kenderaan pemadam kebakaran. b. Hydrant
Alat pemadam ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Hydrant Box, berdasarkan letaknya terbagi dua yaitu hydrant di
dalam ruangan dan di luar ruangan. Pemasangan hydrant box biasanya disesuaikan dengan kebutuhan dan luas ukuran ruangan.
Tetapi untuk ukuran minimalnya diharuskan pada tiap lantai terdapat minimal satu unit. Pemasangan hydrant box di dalam
ruangan menempel pada dinding biasanya harus disertai pemasangan alarm bel dibagian atas hydrant box. Pada Hydrant Box
juga terdapat gulungan selang atau lebih dikenal dengan istilah hose reel. Biasanya peralatan ini terdapat di dalam gedung berlantai
banyak, namun terdapat juga kemungkinan di letakkan melalui titik- titik dengan jangkauan tertentu di kawasan permukiman dengan
pengamanan tertentu agar masyarakat setempat dapat menggunakannya terlebih dahulu sebelum keberadaan kebakaran
semakin meluas sembari menunggu mobil pemadam kebakaran tiba. Oleh karena itu diperlukan perlindungan atau keamanan khusus
serta penyuluhan kepada masyarakat setempat untuk menjaga hidrant box agar selalu siap pakai di saat terjadi kebakaran.
2. Hydrant Pillar, alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari
PAM dan GWR gedung yang disalurkan ke mobil pemadam pebakaran agar dapat menyemprotkan air ke gedung yang sedang
terbakar. Alat ini biasanya diletakan dibagian luar gedung yang jumlah dan peletakannya disesuaikan dengan luas gedung.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini hidrant pillar biasanya terkonsentarasi penyediaannya di titik-titik pusat kota yang dianggap penting. Hal ini dapat kita
buktinya dengan adanya keberadaan hidran pillar di sisi jalan protokol. Besar kemungkinan penyediaan hidran pillar belum
memiliki analisis khusus untuk penyediaannya di wilayah permukiman padat. Untuk mencapai tingkat efisiensi dalam
meredamnya perluasan kebakaran, alat ini cukup sesuai penyediaannya di kawasan permukiman padat yang sangat rentan
terjadinya bahaya kebakaran. Terlebih lagi bila penyediaannya berdampingan dengan hidran box yang langsung dapat digunakan
oleh masyarakat setempat. 3.
Siamese Connection Alat ini memiliki fungsi untuk menyalurkan air dari mobil
pemadam kebakaran untuk disalurkan ke dalam sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran yang terpasang di
dalam gedung, dan selanjutnya dipancarkan melalui sprinkler- sprinkler dan hydrant box yang ada di dalam gedung. Alat ini
diletakan pada bagian luar gedung yang jumlahnya serta peletakannya disesuaikan dengan luas dan kebutuhan gedung itu
sendiri. Dari cara kerja alat ini, dapat dipahami bahwa siamese connection
hanya bersifat sebagai penghubung dari sumber air ke titik-titik
Universitas Sumatera Utara
pancaran air yang biasanya hanya terdapat fasilitas tersebut di dalam gendung bertingkat banyak. Besar kemungkinan terjadi
penyediaan alat siamese connection di kawasan permukiman padat karena cara kerja yang lebih cepat dan efisien. Tetapi memerlukan
analisis khusus dan mendalam terhadap penyediaannya baik secara kualitas dan kuantitas serta secara teknis dan manajerial dalam
pemanfaatannya yang tidak akan dibahas pada studi ini.
2.5 Kesimpulan