Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

yaitu potensi bahaya utama main hazard dan potensi bahaya ikutan collateral hazard. Kelompok potensi bahaya utama terdapat di wailayah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu lingkungan kumuh perkotaan dan jumlah industri berbahaya yang tinggi. Kemudian, di dalam UU RI No. 24 tahun 2007 juga terdapat tiga kelompok bencana yaitu:

1. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami, bunung meletus dan bencana alam lainnya.

2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa non-alam yang diantaranya berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan wabah penyakit.

3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror. Ketiga kelompok bencana diatas muncul berdasarkan atas faktor penyebab terjadinya bencana. Sedangkan faktor penyebab terjadinya bencana tidak terlepas dari kerentanan kawasan setempat. Oleh karena itu, kerentanan menjadi faktor penentu atas besar kecilnya resiko terjadinya bencana. Menurut Sanderson 1997, yang terdapat pada gambar 2.3 beberapa faktor resiko bencana merupakan hasil dari kerentanan bertemu dengan bahaya yang ada. Bahaya dapat dilihat berdasarkan tipe, frekuensi dan kualitas bahaya yang akan Universitas Sumatera Utara muncul. Sedangkan kerentanan dilihat berdasarkan kondisi sosial, ekonomi, infrastruktur, dan organisasi yang dimiliki suatu kawasan. Dalam konteks ini tidak terdapat suatu pertimbangan terhadap potensi yang dimiliki oleh suatu kawasan dalam menghadapi bahaya yang mengancam. Gambar 2.3 Faktor Resiko Menurut Sanderson Sumber: Diadaptasi dari bagan konsep bencana Sanderson Sedangkan resiko menurut Naskah Undang Undang Penanggulangan Bencana yang ada pada gambar 2.4 menjelaskan bahwa resiko bencana merupakan fungsi dari ancaman A dengan keadaan K yang rentan, yang dapat dirubah dengan adanya kemampuan m. Pemahaman resiko ini dapat dijadikan rumus dalam mengantisipasi bahaya yang akan muncul dengan nilai resiko yang dihasilkan adalah 0 nol. Sebagai pendekatan dalam menyelesaikan permasalahan bencana kebakaran pada wilayah studi akan dibahas terlebih dahulu tentang konsepsi tipologi perumahan dan pemukiman perkotaan sebagai objek atau sasaran penyelesaian dalam lingkup fisik tempat tinggal, ekonomi, budaya dan sosial kemasyarakatannya. Kemudian pembahasan diteruskan tentang bahaya, kerentanan dan ketahanan sebagai proses resiko Universitas Sumatera Utara memunculkan variabel tolok ukur penanggulangan bencana kebakaran di permukiman padat Kecamatan Tanjung Balai Utara.

2.2 Tipologi Perumahan Pemukiman Perkotaan