Metode Pendekatan Studi METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian pada studi ini dilakukan dengan tiga cara yaitu: metode pendekatan studi, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

3.1 Metode Pendekatan Studi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode pendekatan studi yang mengaplikasikan metode kualitatif deskriptif dipilih karena beberapa variabel yang berpengaruh pada studi ini adalah variabel kualitatif untuk menggambarkan peristiwa atau fenomena yang terjadi di wilayah studi, dalam pengelolaan resiko bencananya menggunakan model crunch dan tipologi perumahan masyarakat yang berpenghasilan rendah. 1. Model Crunch Kerangka kerja pengelolaan resiko bencana berbasis komunitas PRBBK dengan model Crunch diungkapkan oleh Blaikie, et al 1994 yang inspirasinya lahir dari konteks Nepal yang kemudian dipahami, dikonseptualisasikan dan di promosikan secara internasional dari para ilmuan Inggeris pada tahun 1980-an. Selanjutnya kerangka kerja Crunch menjadi pengetahuan yang berjalan melintasi banyak tempat dan waktu hingga tiba dan di gunakan di Nusa Tenggara Timur sekitar awal tahun 2000-an; tepatnya ketika kerangka kerja tersebut diadopsi dari materi Universitas Sumatera Utara training PRBBK di Asian Disaster Preparedness Centre di Bangkok 1998- 2002. Penilaian tingkat resiko bencana kebakaran dilakukan dengan menggunakan model Crunch. Model Crunch merupakan teori yang dianggap relevan karena model ini dapat melihat sesuatu bencana terjadi apabila kerentanan yang dimiliki suatu lingkungan bertemu dengan suatu bahaya. Model Crunch biasanya dipakai untuk melihat resiko bencana kebakaran di dalam gedung, namun Metode Crunch pada studi ini akan diolah dan disesuaikan untuk menyelesaikan permasalahan tingkat resiko bahaya kebakaran di permukiman padat. Oleh karena itu, intervensi model Crunch pada studi ini dapat dikatakan suatu analisis penanggulangan kebakaran berbasis komunitas yang dapat digambarkan pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Perkembangan Kerentanan dan Keamanan Dalam Model Crunch Universitas Sumatera Utara Istilah kerentanan pada suatu bencana merupakan akar permasalahan untuk mengetahui faktor penyebabnya, kemudian dari faktor penyebab tersebut akan dapat diketahui faktor pendukung kerentanan terjadi. Setelah itu dapat diambil kesimpulan terhadap kondisi yang dihadapi tentang status kerentanannya terhadap keamanan yang ada. Sedangkan perkembangan keamanan merupakan titik balik yang berasal dari sikap atas reduksi kerentanan yang ada. Kemudian dilakukan pembahasan terhadap kondisi kerentanan yang ada agar memahami keberadaan potensi faktor pendukung yang dapat dijadikan suatu penanganan untuk mengurangi nilai kerentanan yang ada. Resiko bencana dapat di perkecil jika tingkat kerentanan diperkecil pula dan tingkat ketahanan atau kemampuan lingkungan terhadap bahaya kebakaran diperbesar. Dengan menggunakan model Crunch ini, dapat melihat faktor penentu resiko ancaman bahaya kerentanan dan kapasitas kawasan studi dan hububungan antara bahaya hazard, kerentanan vulnerability dan ketahanan capacity dapat terlihat dengan mudah. Resiko bencana akan semakin besar bila pertemuan bahaya dan kerentanan tanpa ketahanan, sebaliknya resiko akan semakin kecil bila ketahanan sangat besar bila kerentanan yang ada diminimalkan. 2. Tipologi perumahan masyarakat Setelah menentukan metode dalam menilai tingkat resiko bahaya kebakaran di permukiman padat, secara singkat akan diuraikan tentang tipologi Universitas Sumatera Utara perumahan masyarakat perkotaan di dunia ketiga yang cenderung dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah menurut pemahaman David- Drakakis Smith yang dipadukan dengan penyediaan perumahan oleh Burgess sebagai alat mempermudah untuk melihat sumber bahaya kebakaran, kerentanan material permukiman dan ketahanan material permukiman terhadap ancaman bahaya kebakaran. Menurut David-Drakakis Smith dalam Murison dan Lea 1979, tipologi perumahan di dunia ketiga terbagi dua, yaitu perumahan dalam bentuk konvensional dan non konvensional. Perumahan jenis konvensional yaitu perumahan yang dipahami dalam bentuk standar dengan kriteria yang tidak dihubungkan atas keadaan realitas sosial-ekonomi. Koridor perumahan yang ia maksudkan adalah perumahan terkonstruksi dalam institusi formal, perencanaan, pajak dan hal yang berhubungan dengan praktik legal. Sedangkan perumahan bentuk non konvensional digambarkan pada suatu hubungan yang tidak memiliki prosedur tahap pengerjaan yang terpraktik dalam susunan administrasi dan aturan pembangunan atau pengkonstruksian perumahan tersebut diluar institusi industri pembangunan. Biasanya jenis perumahan ini tidak dapat diterima dalam istilah masyarakat bourgeouis masyarakat konsumerisme yang memiliki tingkat perekonomian yang sangat mapan. Berikutnya, jenis perumahan konvensional tepecah menjadi perumahan publik, privat dan hybrid perpaduan dua hal yang menonjol: fisik dan legalitas Universitas Sumatera Utara penyediaan perumahan. Sedangkan jenis penyediaan perumahan nonkonvensional terpecah menjadi perumahan hybrid, slum dan squatter. Kita melihat diantara perumahan bentuk konvensional dan non konvensional terdapat perumahan hybrid. Turunan jenis-jenis perumahan akan terlihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Tipologi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah Perumahan hibrid yaitu fisik perumahan dibawah standar yang berdiri diatas lahan legal atau memiliki kepemilikan hak atas tanah yang sah menurut hukum yang berlaku; atau sebaliknya, fisik perumahan standar berdiri di atas lahan ilegal atau tidak memiliki kepemilikan hak atas atanah yang tidak sah menurut hukum yang berlaku. Bila kita memandang dari alat produksi keberadaan perumahan, menurut Burgess dalam Murison dan Lea 1979 ada tiga kategori moda produksi yaitu; industrial, manufaktur dan artisanal. Pertama, moda produksi industrial diidentifikasikan pada aktivitas konstruksi yang dihubungkan pada konsumsi dan Perumahan Masy. Berpenghasilan Konvensional Non Public Private Hybrid Slum Squatter Non Formal Formal Industrial Manufaktur Artisanal Universitas Sumatera Utara produksi yang dibuat atas komersial yang berbeda dan nilai pasar. Moda ini biasanya memproduksi rumah dalam jumlah besar yang diorientasikan pada kalangan masyarakat tertentu, diproduksi oleh pihak tertentu dan dipakai untuk kelompok masyarakat tertentu pemroduksi dan pemakai adalah aktor yang berbeda. Kedua, kategori manufaktur lebih merujuk pada aktivitas pemroduksi dalam kelompok kecil dengan mengupah pekerja untuk memproduksi rumah pada ahli tertentu seperti arsitek atau perencana. Karakteristik ini adalah campuran penjelmaan modal dan pemanfaatan pekerja. Biasanya produksi ini tercipta atas permintaan pasar oleh masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas, diproduksi oleh pihak tertentu dan dipakai oleh kalangan tertentu. Terakhir, kategori artisnal yaitu suatu situasi dimana produsen dan konsumen adalah orang yang sama atau membangun dan dipakai sendiri. Dengan adanya teori yang menjelaskan tentang tipologi perumahan di dunia ketiga diharapkan akan memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi resiko bahaya kebakaran di permukiman padat Kota Tanjung Balai Utara menuju rumusan sistem penanggulangan kebakaran di permukiman kota setempat. Sebagai gambaran, lingkup studi dalam menyelesaikan permasalahan bencana kebakaran di wilayah studi dapat digambarkan pada gambar 3.3. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.3 Lingkup Studi Dalam Penyelesaian Permasalahan Bencana Kebakaran Permukiman Padat di Kota Sumber: Hasil Pengolahan Peta Situasi Bencana Terhadap Ranah Penelitian 3.1.1 Populasi dan sampel studi Populasi yang dipilih adalah pihak pihak terkait atas dasar validitas data yang berguna dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi di 2 dua kelurahan yaitu tanjung balai kota III dan tanjung balai kota IV di kecamatan Tanjung Balai Utara kota Tanjung Balai. Sedangkan pengambilan sampel studi adalah menggunakan teknik purposive sampling, sampel atas data yang valid dari pihak-pihak Kepala Dinas Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Kepala Kecamatan Tanjung Balai Utara, lima Kepala Kelurahan dalam lingkup wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kepala PDAM Tirtanadi, Kepala PLN setempat atau yang mewakilinya, kemudian Kepala Sektor Tanjung Balai Utara dan Rumah Sakit Rumkit Daerah. DISASTER RISK = HAZARD + VULNERABILITY - CAPACITY Peta Situasi Bencana Tipologi permukiman perkotaan yang meliputi: ekonomi, sosial, fisik permukiman dan kondisi masyarakat kelembagaan ruang penelitian aksi Rumusan Sistem Universitas Sumatera Utara 3.1.2 Lokasi dan waktu studi Lokasi studi adalah kecamatan Tanjung Balai Utara, kota Tanjung Balai Provinsi Sumatera Utara. Pada lokasi ini memiliki wilayah kecamatan terpadat dibanding lima kecamatan lainnya dimana dari data kejadian kebakaran kecamatan tahun 2009 memiliki tingkat kebakaran yang tinggi, ini menunjukkan bahwa lingkungan permukiman perkotaan di wilayah ini rentan terhadap bahaya kebakaran. Waktu studi dilaksanakan antara bulan Pebruari 2011 sampai dengan Mei 2011. 3.1.3 Bahan dan alat studi Bahan dan alat studi yang digunakan untuk mengumpul data adalah sebagai berikut: 1. Daftar pertanyaan yang akan diajukan sebagai kuesioner kepada responden 2. Kertas dan pulpen untuk mencatat jawaban dari responden 3. Kamera untuk membuat foto yang akan diteliti

3.2 Metode Pengumpulan Data