Sumber Bahaya dan Kerentanan Kebakaran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang diperoleh dari Model Crunch serta interval penilaian potensi bencana kebakaran dari rumus Sturges bahwa wilayah pemukiman padat Kecamatan Tanjung Balai Utara memiliki potensi dengan tingkat cukup rendah yang diterjemahakan sebagai suatu daerah yang cukup berpotensi terjadinya bahaya kebakaran. Sebagai pendekatan dalam dasar sistem yang layak digunakan saat ini pada lingkungan pemukiman mereka diawali dengan merumuskan tingkat bahaya dan kerentanan bahaya kebakaran yang berasal dari urut-urutan tolok ukur melalui variabel yang telah dianalisis pada bab sebelumnya.

5.1 Sumber Bahaya dan Kerentanan Kebakaran

Agar mempermudah dalam menganalisis variabel dan tolok ukur untuk melahirkan suatu sistem penanggulangan kebakaran, sumber bahaya dan kerentanan yang menjadi pemicu agar menjauh dari lingkungan padat pemukiman menjadi ketahanan bahaya kebakaran terbagi pada dua faktor yaitu faktor manusia sebagai pemakai dan ruang sebagai wadah bertinggal mereka di lingkungan padat pemukiman wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara. 5.1.1 Faktor manusia Melalui rumusan identifikasi tolok ukur yang lahir dari variabel potensi bahaya dan kerentanan terjadinya kebakaran disebabkan oleh manusia berupa pembuangan Universitas Sumatera Utara puntung rokok yang masih menyala dengan sembarang tempat, pemakaian peralatan listrik yang bermutu rendah karena bersifat pemenuhan kebutuhan dasar, rendahnya nilai pendapatan masyarakat setempat, berpendidikan rendah, miskin keahlian, sedikitnya populasi penduduk disaat jam kerja normal yaitu pada pagi hingga sore hari dan tidak memiliki nilai keuangan cadangan melainkan pendapatan hanya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut merupakan karakteristik masyarakat yang bertinggal di lingkungan padat pemukiman Kecamatan Tanjung Balai Utara khususnya yang bertinggal di Kelurahan Tanjung Balai Kota III dan Kelurahan Tanjung Balai Kota IV. Karakteristik tersebut merupakan akar permasalahan atas sumber bahaya dan kerentanan terjadinya kebakaran. Seluruh karakteristik sebagai faktor manusia yang menjadi sumber bahaya dan kerentanan bencana kebakaran akan terus melekat pada diri mereka sebelum karakteristik tersebut terlepas dari diri mereka. Pemerintah sebagai penentu kebijakan tidak dapat diharapkan sepenuhnya untuk menyelesaikan permasalahan mereka dalam jangka waktu yang singkat. Kemudian penyelenggaraannya memerlukan biaya yang tidak sedikit karena melibatkan pusat pendidikan dan pelatihan untuk melengkapi keahlian mereka agar dapat meningkatkan pendapatannya. Berikutnya dengan membuka lapangan usaha yang seluas-luasnya agar mereka memiliki pendapatan yang tetap agar bias memiliki keuangan cadangan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dengan harapan sedikit demi sedikit dapat merubah kehidupan mereka secara perlahan. Semua itu akan sulit dilakukan dalam jangka waktu terkini karena alokasi Universitas Sumatera Utara dana pemerintah yang terbatas bagi pembenahan kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah. Oleh karena itu diperlukan pemikiran pada suatu sistem penanggulangan bencana kebakaran yang dapat memberdayakan mereka untuk ikut serta menjaga lingkungan pemukimannya dari bencana bahaya kebakaran. 5.1.2 Faktor ruang sebagai wadah bertinggal Dalam rumusan identifikasi tolok ukur yang lahir dari variabel potensi bahaya dan kerentanan terjadinya kebakaran disebabkan oleh ruang sebagai wadah bertinggal mereka berupa instalasi pelayanan listrik kota yang tidak standar, fisik tempat tinggal bermaterial dibawah standar, membuka lapangan usaha yang memicu terjadinya kebakaran dan deretan pemukiman yang terlalu padat mempercepat perluasan titik kebakaran. Hal tersebut merupakan karakteristik ruang sebagai wadah bertinggal mereka di lingkungan padat pemukiman Kecamatan Tanjung Balai Utara khususnya pada Kelurahan Tanjung Balai Kota III dan Kelurahan Tanjung Balai Kota IV. Karakteristik tersebut merupakan akar permasalahan atas sumber bahaya dan kerentanan terjadinya kebakaran bagi tempat bertinggal mereka. Seluruh karakteristik sebagai faktor ruang sebagai wadah bertinggal yang menjadi sumber bahaya dan kerentanan bencana kebakaran akan terus melekat pada diri mereka sebelum karakteristik tersebut terlepas dari diri mereka. Aktor tertuju sebagai sasaran yang dapat memperbaiki kualitas ruang lingkungan bertinggal mereka tidak lain juga adalah pemerintah sebagai pemberi Universitas Sumatera Utara kebijakan. Adapun beberapa kebijakan yang ada untuk menyelesaikan permasalahan ruang lingkungan diantara dapat dilakukan dengan relokasi yaitu memindahkan ruang lingkungan mereka ke tempat yang lebih layak. Hal ini akan sulit ditempuh sebab memerlukan biaya yang sangat tinggi, selain itu di wilayah setempat merupakan wilayah padat pemukiman sehingga tidak memiliki ruang yang dapat menggantikan tempat tinggal mereka kecuali pembangunan lokasi ruang lingkungan pemukiman mereka berjauhan dengan lokasi asal yang belum tentu sesuai dengan karakteristik mereka. Kemudian kebijakan yang lebih mudah yaitu dengan cara up-grading atau meningkatkan kualitas ruang lingkungan mereka menjadi ruang lingkungan bertinggal yang layak dan memilliki nilai ketahanan yang baik terhadap bahaya dan kerentanan kebakaran. Hal ini juga sulit dilakukan sebab sistem up-grading yaitu pemerintah dan masyarakat setempat membagi tugas bersama-sama dalam hal kerja dan biaya untuk meningkatkan kualitas fisik ruang lingkungan permukiman. Sistem tersebut juga sulit tercapai sebab masyarakat setempat tidak memiliki waktu dan biaya dalam meningkatkan kualitas tempat tinggalnya karena waktu yang ada dimanfaatkan untuk mencari ceruk yang ada di lokasi karya dan tidak memiliki keuangan cadangan pendapatan yang ada hanya untuk memenuhi kehidupan sehari- hari, tidak ada alokasi biaya untuk meningkatkan kualitas fisik tempat tinggal mereka Setelah menganalisis kedua faktor tersebut yang berasal dari identifikasi tolok ukur variabel sumber bahaya dan kerentanan kebakaran, pemikiran akan mengarah Universitas Sumatera Utara kepada kebutuhan fasilitas yang diperlukan dalam meredam sumber bahaya dan kerentanan kebakaran setempat tanpa melihat kebijakan pemerintah secara keseluruhan dalam menyelesaikan permasalahan manusia sebagai aktor yang bertinggal di wilayah padat pemukiman dan ruang lingkungan bertinggal mereka di Kecamatan Tanjung Balai Utara.

5.2 Rumusan Sistem Penanggulangan Kebakaran