Kebakaran logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium, sodium,

4. Kebakaran logam seperti seng, magnesium, serbuk alumunium, sodium,

titanium disebut jenis kebakaran kelas D. Pada tabel 2.2 djelaskan mengenai klasifikasi kebakaran menurut Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Tahun 2006, berdasarkan kelas resiko, material dan media pemadam kebakaran di Indonesia. Tabel 2.2 Klasifikasi Kebakaran RESIKO MATERIAL ALAT PEMADAM Kelas A Kayu, kertas, kain Dry Chemichal Multiporse dan ABC Soda Acid Kelas B Bensin, Minyak tanah, varnish Dry Chemichal Foam serbuk bubuk, BCF Bromoclorodiflour Methane, CO2, dan Gas Hallon Kelas C Bahan – bahan seperti asetelin, methane, propane dan gas alam Dry Chemichal, CO2, Gas Hallon dan BCF Bromoclorodiflour Methane. Kelas D Uranium, magnesium dan titanium Metal x, metal guard, dry sand dan Bubuk Pryme Sumber: Observasi, Mei 2011 Dari keempat jenis kebakaran tersebut yang jarang ditemui adalah kelas D, biasanya untuk kelas A, B dan C alat pemadamnya dapat digunakan dalam satu tabunng atau alat yang dijual secara umum, kecuali bila diperlukan jenis khusus. Menurut Kepmen PU No. 11KPTS2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan, tingkat resiko kebakaran dapat diklasifikasikan dalam angka untuk menentukan kualitas resiko yang harus dihadapi dan ditindaklanjuti, yaitu: 1. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 3, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan resiko bahaya yang paling rawan dimana jumlah dari isi Universitas Sumatera Utara bahan mudah terbakarnya sangat tinggi. Terdapat perkiraan terhadap berkembangnya api sangat cepat dan mempunyai nilai pelepasan panas yang tinggi. Status ini melingkupi bangunan sekitar dengan radius 15 meter atau kurang. 2. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 4, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan resiko bahaya yang tinggi dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya tinggi. Terdapat perkiraan terhadap berkembangnya api sangat cepat dan mempunyai nilai pelepasan panas yang tinggi. Status ini melingkupi bangunan sekitar dengan radius 15 meter atau kurang. 3. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 5, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan sebagai hunian bahaya sedang dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya sedang dan tinggi serta memiliki tumpukan bahan mudah terbakarnya tidak melebihi 3,7 meter. Kebakaran pada tingkat ini dapat diperkirakan berkembang sedang dan mempunyai nilai pelepasan panas yang sedang. 4. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 6, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan resiko bahaya rendah dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya sedang dan tinggi serta memiliki tumpukan bahan mudah terbakarnya tidak melebihi 2,5 meter. Kebakaran pada tingkat ini dapat diperkirakan berkembang sedang dan mempunyai nilai pelepasan panas yang sedang. Universitas Sumatera Utara 5. Angka Klasifikasi Resiko Bahaya 7, angka klasifikasi yang harus mempertimbangkan resiko bahaya rendah dimana kuantitas dan kandungan bahan mudah terbakarnya rendah. Kebakaran pada tingkat ini dapat diperkirakan berkembang rendah dan mempunyai nilai pelepasan panas yang rendah. Dari tingkat status resiko bahaya kebakaran dapat disimpulkan bahwa semakin kecil angka klasifikasi maka status bahaya semakin tinggi dan sebaliknya bahwa semakin besar angka klasifikasi maka status bahaya semakin rendah. Dengan memahami klasifikasi resiko bahaya kebakaran terhadap bahan yang terbakar serta pencegahannya dan kalsifikasi memberi status resiko kebakaran akan memudahkan kita untuk menentukan sistem penanggulangan yang sesuai untuk permukiman padat di Kecamatan Tanjung Balai Utara nantinya. 2.4.4 Pola meluasnya kebakaran Yang menentukan meluasnya kebakaran adalah dari segi cara api yang meluas dan menyala. Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan, tetapi berdasarkan penyelidikan-penyelidikan tertentu dapat diperkirakan pola cara meluasnya kebakaran tersebut sebagai berikut:

1. Konveksi convection atau perpindahan panas karena pengaruh aliran, hal