BAB IV ANALISIS KAWASAN PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang terbentuknya Kota Tanjung Balai menjadi suatu ruang yang kompleks dan melahirkan permasalahan bencana kebakaran yang
kemudian mengarah pada suatu wilayah yang paling rentan terhadap bencana kebakaran. Kemudian dilakukan identifikasi dan analisis terhadap faktor-faktor
penyebab kebakaran dan kerentanannya.
4.1 Gambaran Umum Kota Tanjung balai
4.1.1 Sejarah kota Tanjung Balai
Sejarah Kerajaan Asahan dimulai dengan penobatan raja pertama kerajaan tersebut yang berlangsung meriah di sekitar Kampung Tanjung. Peristiwa penabalan
raja pertama Kerajaan Asahan tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 27 Desember 1620, dan tanggal 27 Desember kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Tanjung
Balai dengan surat keputusan DPRD Kota Tanjung Balai Nomor: 4DPRDTB1986 tanggal 25 November 1986.
Mengenai asal usul nama kota Tanjung Balai menurut cerita rakyat yang ada di Kota Tanjung Balai bermula dari sebuah kampung yang ada di sekitar ujung tanjung
di muara Sungai Silau dan Aliran Sungai Asahan. Lama kelamaan balai yang dibangun semakin ramai disinggahi karena tempatnya yang strategis sebagai bandar
Universitas Sumatera Utara
kecil tempat melintas ataupun orang-orang bepergian ke hulu Sungai Silau. Tempat itu kemudian dinamakan Kampung Tanjung dan orang lazim menyebutnya Balai di
Tanjung. Ditemukannya Kampung Tanjung kemudian menjadikan daerah itu menjadi
semakin ramai dan berkembang menjadi sebuah negeri. Penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama di Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung kemudian memulai
sejarah pemerintahan Kerajaan Asahan pada tahun 1620. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang
raja sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1620 sampai dengan Sultan Syaibun Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal
17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Tanjung Balai sejak didirikan sebagai
Gementee berdasarkan Besluit G. G. tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. 1917 No. 284, sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di daerah Sumatera Timur
termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M., SIPEF. London Sumatera Lonsum dan lain-lain, maka Kota Tanjung Balai sebagai kota pelabuhan dan pintu masuk ke
daerah Asahan menjadi penting artinya bagi perkembangan perekonomian Belanda. Dengan telah berfungsinya jembatan Kisaran dan dibangunnya jalan kereta api
Medan - Tanjungbalai, maka hasil-hasil dari perkebunan dapat lebih lancar disalurkan atau diekspor melalui kota pelabuhan Kota Tanjung Balai. Untuk memperlancar
kegiatan perkebunan, maskapai-maskapai Belanda membuka kantor dagangnya di Kota Tanjungbalai antara lain: kantor K.P.M., Borsumeij dan lain-lain, maka pada
Universitas Sumatera Utara
abad XX mulailah penduduk bangsa Eropa tinggal menetap di kota Tanjung Balai. Assisten Resident van Asahan berkedudukan di Tanjung Balai dan karena jabatannya
bertindak sebagai Walikota dan Ketua Dewan Voorzitter van den Gemeenteraad. Sebagai kota pelabuhan dan tempat kedudukan Assisten Resident, Tanjung
Balai juga merupakan tempat kedudukan Sultan Kerajaan Asahan. Pada waktu Gementee Tanjung Balai didirikan atas Besluit G.G. tanggal 27 Juni 1917 No. 284,
luas wilayah Gementee Tanjung Balai adalah 106 Ha. Atas persetujuan Bupati Asahan melalui maklumat tanggal 11 Januari 1958 No. 260 daerah-daerah yang
dikeluarkan menurut Stbl. 1917 No. 641 dikembalikan pada batas semula, sehingga menjadi seluas 200 Ha.
Dengan dikeluarkannya Undang-undang Darurat No. 9 tahun 1956, lembaran Negara 1956 No. 60 nama Hamintee Tanjung Balai diganti dengan Kota Kecil
Tanjung Balai dan Jabatan Walikota terpisah dari Bupati Asahan berdasarkan Surat Menteri Dalam Negeri tanggal 18 September 1956 No. U.P. 1523. Selanjutnya
dengan UU No. 1 Tahun 1957 nama Kota Kecil Tanjung Balai diganti menjadi Kotapraja Tanjung Balai.
Dari sejarah Kota Tanjung Balai dapat diambil kesimpulan bahwa wilayah ini terbentuk di awali dengan keberadaan muara yang ramai dilalui sebagai jalur dari
hulu sungai ke laut. Kemudian wilayah semakin berkembang semenjak digunakan sebagai gerbang distribusi hasil alam karena disana terjadi pergumulan kapital yang
menjadi magnet bagi wilayah sekitar untuk ikut serta beraktivitas disana. Setelah itu
Universitas Sumatera Utara
lahirlah kaum bangsawan hingga terbentuknya kerajaan hingga sekarang yang kepemimpinan daerah bergeser menjadi ketua walikota.
Dari kesimpulan yang telah ditampilkan bahwa terdapat potensi ruang sebagai harapan yang dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat, yaitu muara sebagai
tempat batu loncatan menuju laut yang mengandung hasil laut yang dapat dikonsumsi dan diperdagangkan. Disana masyarakat dapat menggantungkan kehidupannya
dengan memilih bertinggal di sekitar pinggiran muara yang masih terlingkup dalam wilayah pusat kota agar dekat dengan wilayah pencaharian pendapatannya dengan
fisik tempat tinggal dibawah standar. Hal ini sejalan dengan konsep yang dikemukakan oleh Denis Dwyer yang menjelaskan tentang perpindahan masyarakat
yang berupaya mencari ceruk penghasilan pada suatu wilayah demi kelangsungan hidupnya. Bagi mereka potensi tempat penghasilan lebih penting dibanding dengan
kualitas bertinggal mereka yang secara tidak sadar perlahan-lahan membuat kualitas hidup mereka semakin menurun dialami sebagian besar oleh masyarakat tersebut.
Proses analisis terbentuknya keberadaan wilayah Kota Tanjung Balai yang mengacu pada sejarah terbentuknya kota adalah sebagai upaya untuk melihat
kapasitas ruang yang ada hingga melahirkan permasalahan bencana kebakaran.
4.1.2 Gambaran umum wilayah penelitian
4.1.2.1 Letak dan kedudukan
Gambaran umum wilayah kota Tanjung Balai di Provinsi Sumatera Utara terlihat pada gambar 4.1 dan untuk gambaran pembagian wilayah adminstratif setiap
Universitas Sumatera Utara
kecamatan di wilayah Kota Tanjung Balai dapat dilihat pada gambar 4.1, dengan batasan wilayah Kota Tanjung Balai adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara: dengan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan
2. Sebelah Barat: dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan
3. Sebelah Selatan: dengan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan
4. Sebelah Timur: dengan Kecamatan Sei Kepayang Kabupaten Asahan
Sebagai pendekatan agar lebih jelas dalam memahami wilayah Kota Tanjung
Balai beserta keberadaan wilayah ruang lingkup penelitian akan ditampilkan pada gambar 4.3. Pada gambar 4.4 merupakan peta situasi wilayah penelitian dimana
terlihat kondisi permukiman yang padat serta infrastruktur yang kurang memadai. Berdasarkan peta kepadatan ruang wilayah kecamatan Tanjung Balai Utara pada
gambar 4.5 terlihat bahwa Kecamatan Tanjung Balai Utara terbagi atas enam wilayah kelurahan yang memiliki tingkat kepadatan ruang yang tidak jauh berbeda antar
wilayah kecamatan. Sebagai pendekatan, Kelurahan Tanjung Balai Kota III dan Kecamatan Tanjung Balai Kota IV menjadi fokus pengamatan, wawancara dan
penelitian karena kedua wilayah kelurahan tersebut terletak sebagian besar fasilitas kota seperti Kantor Kecamatan Tanjung Balai Utara, Pos Unit Dinas Pemadam
Kebakaran Kota, Kantor Perusahaan Daerah Air Minum dan Rumkit Daerah. Oleh karena itu, kedua kelurahan tersebeut terdapat kelengkapan unsur analisis bahaya
kebakaran yang terurai atas bencana, kerentanan dan ketahanan pada penelitian ini menjadi tingkat validitas yang mencukupi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Peta Lokasi Wilayah Kota Tanjung Balai di Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Peta Administratif Kota Tanjung Balai Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan
Kabupaten Asahan Kabupaten Asahan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Tanjung Balai Utara di Kota Tanjung Balai
Kecamatan Tanjung Balai Utara Lokasi Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Peta Wilayah Penelitian di Kecamatan Tanjung Balai Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Peta Kepadatan Ruang Wilayah Kecamatan Tanjung Balai Utara
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.2 Tingkat kepadatan penduduk
Kota Tanjung Balai memiliki luas 60,2 km² memiliki enam wilayah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang dapat kita lihat pada tabel 4.1.
Dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Kecamatan Tanjung Balai Utara memiliki wilayah kecamatan terpadat dibanding lima wilayah kecamatan lainnya di
Kota Tanjung Balai. Wilayah Kecamatan Tanjung Balai selatan memiliki wilayah tutupan permukaan lahan yang sangat luas karena tingkat kepadatan penduduknya
hampir memenuhi seluruh luas wilayah walau jumlah penduduknya paling rendah dibanding lima wilayah kecamatan lainnya.
Tabel 4.1 Luas Daerah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Kepadatan Penduduk per Km² menurut Kecamatan Tahun 2009
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tanjung Balai
Universitas Sumatera Utara
4.2 Gambaran Kejadian Kebakaran di Wilayah Kota Tanjung Balai