2. Pasokan air untuk pemadaman kebakaran seperti kolam air, danau, sungai, jeram, sumur dalam dan saluran irigasi, tangki air, tangki gravitasi, kolam
renang, air mancur, reservoir, mobil tangki air dan hidran. 3. Ketersediaan bahan pemadam bukan air seperti foam atau bahan kimia
lainnya. 4. Aksesbilitas seperti batas pembebanan maksimum yang aman dari jalan
belokan, jalan penghubung, jembatan serta menetapkan jalur masuk ke lokasi sumber air pada berbagai kondisi alam.
5. Ketersediaan sarana komunikasi seperti pusat alarm kebakaran dan telpon darurat kebakaran.
Sebagai indikator untuk melengkapi faktor ketahanan, akan dikaitkan dengan mitigasi yaitu serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Menurut Carter 1992 ada lima prinsip dasar mitigasi yaitu:
1. Initiation yaitu mitigasi yang dapat dikenal dalam tiga konteks berbeda yaitu
rekonstruksi, investasi baru dan kondisi lingkungan eksisting. Saat setelah terjadinya bencana merupakan kesempatan terbaik untuk mitigasi bencana.
2. Management yaitu tindakan mitigasi yang menyeluruh dan interdependan serta mencakup tanggung jawab yang luas. Dengan demikian dibutuhkan
suatu kordinator dan kordinasi yang baik falam mitigasi tersebut. 3. Prioritation yaitu memberikan keutamaan terhadap kelompok sosial yang
dianggap penting, pelayanan kritis dan membangkitkan sektor ekonomi vital.
Universitas Sumatera Utara
4. Monitoring and Evaluation yaitu tindakan mitigasi yang membuthkan monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan dalam menaggapi terjadinya
perubahan pola ancaman atau bahaya, kerentanan dan sumber bahaya.
5. Institutionalization yaitu penetapan tindakan mitigasi yang berkelanjutan
yang bisa saja memlaui komitmen politik dalam inisiasi awal serta pemeliharaan mitigasi.
Menurut Godschalk 1999, mitigasi terbagi dalam dua kategori yaitu mitigasi struktural dan non-struktural. Mitigasi struktural berarti memperkuat bangunan dan
infrastruktur terhadap bahaya melalui building codes, engineering design, dan pelaksanaan konstruksi untuk meningkatkan daya tahan bangunan terhadap ancaman
bahaya. Atas hal ini, mitigasi struktural berpotensi untuk memberi perlindungan jangka pendek terhadap ancaman dalam jangka waktu yang panjang. Mitigasi non-
struktural yaitu melakukan mitigasi melalui penghindaran terhadap area bahaya yaitu dengan cara mengarahkan pembangunan yang baru yang berjauhan dari lokasi yang
berpotensi bahaya. Pengarahan dapat dilakukan dengan regulasi dan rencana tata guna lahan serta merelokasi pembangunan. Mitigasi non-struktural juga dapat
dilakukan dengan pemeliharaan lingkungan alam pelindung yang ada seperti memelihara daerah tangkapan air atau memperluasnya. Dan mitigasi non-struktural
dapat dilakukan dengan pemberian pelatihan dan pendidikan, pendidikan publik, perencanaan evakuasi, bangunan institusi dan sistem peringatan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kebakaran