keselarasan antara sikap dan tindakan. Keberhasilan mencapai keseimbangan kosonansi ini menunjukkan adanya perubahan sikap, dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
2.2. Pengertian Inovasi
Menurut Drucker 1996, inovasi adalah tindakan yang memberikan sumber daya kekuatan dan kemampuan baru untuk menciptakan kesejahteraan. Sedangkan menurut
Rogers dalam Hanafi, 1981 inovasi adalah ide, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Tidak menjadi soal apakah ide tersebut betul-betul baru atau tidak
jika diukur dengan selang waktu sejak digunakan atau diketemukan pertama kali. Kebaruan inovasi itu diukur secara subyektif, menurut pandangan individu yang
menangkapnya. Jika sesuatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi bagi orang itu. Suatu inovasi mungkin telah diketahui oleh seseorang beberapa waktu
yang lalu, tetapi ia belum mengembangkan sikap suka atau tidak suka terhadapnya, apakah ia menerima atau menolaknya.
Hamijoyo dalam Sa’ud, 2008 menyatakan bahwa inovasi sering juga diartikan sebagai segala hal yang baru atau pembaharuan. Sepintas lalu istilah inovasi hampir sama
pengertiannya dengan perubahan, namun tidak semua perubahan adalah pembaharuan atau inovasi. Suatu perubahan dapat digolongkan pada inovasi apabila perubahan
tersebut dilakukan dengan sengaja untuk memperbaiki keadaan sebelumnya agar menguntungkan bagi peningkatan kualitas hidup pemakainya.
Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi, tetapi juga mencakup sikap hidup, perilaku, atau gerakan-gerakan menuju proses
perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Jadi, secara umum, inovasi
Universitas Sumatera Utara
berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakanditerapkan
oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan
masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.
2.3. Karakteristik Inovasi
Secara umum “karakteristik inovasi“ dapat diartikan berdasarkan kata “karakteristik” dan ”inovasi”. Karakteristik adalah ciri khaswatakkarakter yang dimiliki
oleh suatu hal, benda atau individu. Karakteristik inovasi bisa diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter yang dimiliki oleh suatu idegagasan atau objek baru ilmu pengetahuan,
teknologi, maupun bidang pengembangan masyarakat. Rogers dalam Hanafi 1981: 146-156 mengemukakan ada 5 lima karakteristik
inovasi yang meliputi: 1keunggulan relative advantage, 2 kesesuaian compatibility, 3 kesulitan complexity, 4 kemampuan diuji cobakantriabilitas trialability dan
5 kemampuan diamatiobservabilitas observability. a.
Keunggulan adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih unggulbermanfaat dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini menjelaskan sejauh
mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi keuntungan ekonomi,rendahnya biaya
permulaanhemat, resiko nyata lebih rendah, status sosial gengsi, kesenangan,
Universitas Sumatera Utara
kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulanmanfaat yang dirasakan oleh penerima, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsinya.
b. Kesesuaian adalah derajat kesesuaian inovasi dengan nilai-nilai values yang
berlaku dalam masyarakat, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan dari si penerimapengadopsi. Jika suatu inovasi tidak sesuai dengan nilai yang berlaku
atau norma yang diyakini oleh penerima, maka inovasi itu tidak dapat diterimadiadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat itu compatible. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang
penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebaran inovasi tersebut menjadi terhambat.
c. Kesulitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk
dipahami dan digunakan oleh penerimanyapengadopsinya. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi
dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi. Misalnya
masyarakat pedesaan terpencil yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar
membiasakan memasak sampai mendidih air yang akan diminum, karena air yang tidak dimasak sempurna jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Bagi
mereka hal itu sulit untuk dipahami karena dengan mata telanjang mereka tidak melihat kumannya dan merepotkan dalam melaksanakannya karena dari nenek
moyang mereka sudah terbiasa meminum air langsung dari mata airnya
Universitas Sumatera Utara
d. Triabilitas adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-cobakan dalam batas
tertentu oleh pengadopsinya. Suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam setting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat
diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan mendemonstrasikan keunggulannya misalnya penggunaan laptop yang memiliki
webcamera sebagai alat berkomunikasi antar manusia yang terpisah jarak. Tetapi karena kecanggihan dan keunggulannya, pemakainya seakan berhadapan
langsung face to face. e.
Observabilitas adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihatteramati oleh penggunanya. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi,
semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan, kesesuaian,
kemampuan untuk diuji cobakan triabilitas, dan kemampuan untuk diamati observabilitas serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat
kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi Plomp, 1996.
2.4 Pengertian Kebijakan