2.6. Landasan Teori
Menurut Rogers dalam Hanafi, 1987, munculnya inovasi dapat melalui beberapa tahap, yaitu a timbulnya suatu masalah yang memerlukan adanya suatu
inovasi, b dilakukan penelitian-penelitian dasar maupun terapan yang ditujukan untuk menciptakan inovasi, c tahap pengembangan inovasi, d tahap komersialisasi inovasi,
e tahap adopsi inovasi, dan f munculnya dampak atau akibat dari adopsi inovasi. Jadi suatu inovasi selalu memerlukan tahap-tahap yang tidak selalu sederhana untuk dapat
diketahui dampak atau akibat keberadaanya. Untuk mengatahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan suatu inovasi, digunakan seperangkat kriteria yang juga bermanfaat
untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat kecepatan adopsinya karakteristik inovasi. Proses pengambilan keputusan terhadap suatu inovasi dapat dilihat pada bagan
berikut Gambar 2.1 :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Paradigma Proses Keputusan Inovasi Rogers, 1983.
Model paradigma proses pengambilan keputusan terhadap suatu inovasi melalui 4 empat tahap yakni :
1. Tahap pertama yaitu pengenalan. Pada tahap ini seseorang mengetahui adanya
inovasi dan memperoleh beberapa pengertian tentang bagaimana inovasi itu berfungsi. Pada tahap ini jarang sekali seseorang membuka diri terhadap pesan-
pesan inovasi jika merasa belum membutuhkan inovasi tersebut. Jika pesan inovasi disodorkan, pengaruh penyodoran itu akan sangat kecil jika inovasi belum
Variabel Penerima : 1.
Sifat-sifat pribadi a.l. sikap umum terhadap
perubahan 2.
Sifat-sifat sosial a.l. kekosmopolitan
3. Kebutuhan nyata
terhadap inovsi 4.
Dan sebagainya
Sistem Sosial : 1.
Norma-norma sistem
2. Toleransi
terhadap penyimpangan
3. Kesatuan
komunikasi Pengenalan
I Persuasi
II Keputusan
III Konfirmasi
IV Adopsi
Terus Mengadopsi
Diskontinuasi : 1.
Ganti yang baru
2. Kecewa
Ciri-ciri inovasi dalam pengamatan penerima:
1. Keuntungan relatif
2. Kompatibilitas
3. Kompleksitas
4. Triabilitas
5. Observabilitas
Menolak Pengadopsian
terlambat Tetap menolak
Antecedent Proses
Qonsequences
Sumber Komunikasi
Universitas Sumatera Utara
selaras dengan kebutuhan, sikap dan atau kepercayaan penerima inovasi selective perception. Selective perception ini bertindak sebagai kunci jendela hati terhadap
pesan-pesan inovasi karena ide-ide tersebut masih baru.
2. Tahap kedua yaitu persuasi. Pada tahap ini, si penerima informasi tentang inovasi
membentuk sikap berkenanmenerima atau tidak berkenanmenolak inovasi tersebut. Pada tahap ini seseorang terlibat secara psikologis dengan inovasi itu.
Dia dengan giat akan mencari keterangan mengenai ide baru tersebut. Kepribadiannya begitu pula norma-norma dalam sistem sosialnya mempengaruhi
dimana dia harus mencari informasi, pesan apa saja yang tidak terima dan bagaimana menafsir keterangan yang diperoleh. Selective perception penting
dalam menentukan sikap. Pada tahap persuasi inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk. Karakteristik inovasi memegang peranan sangat
pentingmenjadi bahan pertimbangan bagi si penerima dalam mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap ketiga yaitu tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini seseorang
terlibat dalam kegiatan yang membawanya pada pemilihan keputusan untuk menerima atau menolak inovasi itu. Keputusan ini meliputi pertimbangan lebih
lanjut apakah inovasi dicoba atau tidak. Percobaan dalam skala kecil seringkali menjadi bagian dari keputusan untuk menerima dan yang paling penting adalah
jalan untuk mengurangi risiko. 4.
Tahap keempat yaitu konfirmasi. Pada tahap ini seseorang mencari penguatpeneguh bagi kepusan inovasi yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap
ini mungkin terjadi perubahan keputusan jika diperoleh informasi yang
Universitas Sumatera Utara
bertentangan dengan inovasi. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada keputusan untuk menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu yang tidak
terbatas.
2.7. Kerangka Konsep Penelitian