Saran Demam Berdarah Dengue

2. Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi DBD belum menjadi program rutin dari puskesmas dan kelurahan.

6.2 Saran

1. Pelaksanaan fungsi koordinasi perlu ditingkatkan dengan cara : a. Meningkatkan pengawasan kepada masyarakat agar ikut serta dalam penanggulangan DBD. b. Menjadikan program penanggulangan DBD sebagai program rutin puskesmas dan kelurahan serta dibuat jadwal yang sesuai dengan waktu masyarakat. c. Menegaskan kembali komitmen dan kesepakatan dalam menanggulangi DBD kepada pihak-pihak saat rapat lintas sektoral 2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Medan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap puskesmas terkait koordinasi lintas sektoral. 3. Kepada Puskesmas Medan Helvetia agar meningkatkan PSN dan promosi kesehatan mengenai DBD kepada masyarakat serta memaksimalkan koordinasi vertikal dan horizintal. Universitas Sumatera Utara 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ditandai dengan demam dua sampai tujuh hari disertai dengan perdarahan, penurunan jumlah trombosit kurang dari 100.000mm 3 , adanya kebocoran plasma ditandai dengan peningkatan hematokrit lebih atau sama dengan 20 dari nilai normal Kemenkes RI, 2013.

2.1.1 Penyebab Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses arboviruses. Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga Zulkoni, 2010.

2.1.2 Vektor Penular Demam Berdarah Dengue

Vektor penular demam berdarah dengue ialah nyamuk Aedes aegypti. 2.1.2.1 Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti a. Nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan belang-belang loreng putih pada seluruh tubuhnya. b. Hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat umum. c. Mampu terbang sampai 100 meter. Universitas Sumatera Utara d. Nyamuk betina aktif menggigit menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bunga atau tumbuhan yang mengandung gula. e. Umur nyamuk aedes aegypti rata-rata dua minggu, tetapi sebagian diantaranya dapat hidup dua sampai tiga bulan. 2.1.2.2 Morfologi nyamuk Aedes aegypti a. Telur 1 Telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran lebih kurang 0.80 mm. 2 Setiap bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. 3 Telur ini di letakkan di tempat yang kering tanpa air dan dapat bertahan sampai enam bulan. 4 Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu lebih kurang dua hari setelah terendam air. b. Jentik 1 Jentik yang menetas dari telur akan tumbuh menjadi besar yang panjangnya 0,1-5 cm. 2 Jentik Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air. Geraknya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas mengambil udara kemudian turun, kembali ke bawah dan seterusnya. 3 Pada waktu istirahat, posisi hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar dinding tempat penampungan air. Universitas Sumatera Utara 4 Setelah enam sampai delapan hari jentik itu akan berkembangberubah menjadi kepompong. c. Kepompong 1 Berbentuk seperti koma. 2 Gerakannya lamban. 3 Sering berada di permukaan air. 4 Setelah satu sampai dua hari akan menjadi nyamuk dewasa. 2.1.2.3 Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk lebih kurang sembilan sampai sepuluh hari Depkes RI, 2006. 2.1.2.4 Tempat berkembang nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di tempat penampungan air dan barang-barang lain yang memungkinkan air tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya : Jentik Kepompong Nyamuk Telur Universitas Sumatera Utara a. Tempat penampungan air TPA untuk keperluan sehari-hari baik di dalam maupun di luar rumah, antara lain ember, drum, tempayan, bak mandi atau wc dan lainnya. b. TPA bukan untuk keperluan sehari-hari, antara lain tempat minum burung, vas bunga, perangkap semut, barang bekas, talang air dan lainnya. c. TPA alamiah, seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu, pelepah pisang dan lainnya Kemenkes RI, 2013.

2.1.3 Gejala Tanda Demam Berdarah Dengue

Penderita penyakit DBD pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut : 1. Hari pertama sakit : panas mendadak, badan lemah atau lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain. 2. Hari kedua atau ketiga : timbul bintik perdarahan, lebam atau ruam pada kulit muka, dada, lengan atau kaki dan nyeri ulu hati. Gejala perdarahan seperti mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya kulit direnggangkan, bila hilang bukan tanda penyakit DBD. 3. Antara hari ketiga sampai ketujuh : panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya : a. Penderita sembuh, atau b. keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat. Kemenkes RI, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia terdapat virus dalam darahnya. Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama delapan sampai sepuluh hari terutama dalam kelenjar air liurnya dan jika nyamuk menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang empat sampai enam hari dan orang tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu Widoyono, 2008.

2.1.5 Kegiatan Pokok Pengendalian Demam Berdarah Dengue

1. Surveilans epidemiologi Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan surveilans kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor Aedes sp, surveilans laboratorium dan surveilans terhadap faktor resiko penularan penyakit seperti pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat adanya perubahan iklim climate change. 2. Penemuan dan tatalaksana kasus Penyediaan sarana dan prasarana untuk melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di puskesmas dan rumah sakit. 3. Pengendalian vektor Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara pengasapan untuk Universitas Sumatera Utara memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus : a Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas. b Secara kimiawi dengan larvasidasi. c Secara biologis dengan pemberian ikan. d Cara lainnya menggunakan obat nyamuk bakar, kelambu, memasang kawat kasa dll. Kegiatan pengalaman vektor di lapangan dilakukan dengan cara : a Mengaktifkan peran dan fungsi Juru Pemantau Jentik Jumantik dan dimonitor oleh petugas puskesmas. b Melaksanakan bulan bakti “Gerakan 3M” pada saat sebelum musim penularan. c Pemeriksaan Jentik Berkala PJB setiap tiga bulan sekali dan dilaksanakan oleh petugas puskesmas. d Pemantauan Wilayah Setempat PWS dan dikomunikasikan kepada pimpinan wilayah pada rapat bulanan Kelompok Kerja Operasional POKJANAL DBD, yang menyangkut hasil pemeriksaan Angka Bebas Jentik ABJ. 4. Peningkatan peran serta masyarakat Sasaran peran serta masyarakat terdiri dari keluarga melalui peran PKK dan organisasi kemasyarakatan atau LSM, murid sekolah melalui UKS dan pelatihan guru, tatanan institusi kantor, tempat-tempat umum dan tempat ibadah. Universitas Sumatera Utara 5. Sistem Kewaspaspadaan Dini SKD dan penanggulangan KLB Upaya SKD DBD ini sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB dan apabila telah terjadi KLB dapat segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Upaya dilapangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi PE dan penanggulangan seperlunya meliputi foging fokus, penggerakan masyarakat dan penyuluhan untuk PSN serta larvasidasi. 6. Penyuluhan Promosi kesehatan tentang penyakit DBD tidak hanya menyebarkan leaflet atau poster tetapi juga ke arah perubahan perilaku dalam pemberantasan sarang nyamuk sesuai dengan kodisi setempat. 7. Kemitraanjejaring kerja Disadari bahwa penyakit DBD tidak dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan saja, tetapi peran lintas program dan lintas sektor terkait sangat besar. Wadah kemitraan telah terbentuk melalui KEPMENKES 5811992 dan KEPMENDAGRI 441994 dengan nama kelompok kerja operasional POKJANAL. Organisasi ini merupakan wadah koordinasi dan jejaring kemitraan dalam pengendalian DBD Kemenkes RI, 2011. 8. Capacity building Peningkatan kapasitas dari sumber daya baik manusia maupun sarana dan prasarana sangat mendukung tercapainya target dan indikator dalam pengendalian DBD. Sehingga secara rutin perlu diadakan sosialisasipenyegaranpelatihan kepada petugas dari tingkat kader, puskesmas sampai dengan pusat. Universitas Sumatera Utara 9. Penelitian dan survei Penelitian dan upaya pengembangan kegiatan pengendalian tetap terus dilaksanakan oleh berbagai pihak, antara lain universitas, rumah sakit, Litbang, LSM dll. Penelitian ini menyangkut beberapa aspek yaitu bionomik vektor, penanganan kasus, laboratorium, perilaku, obat herbal, dan saat ini sedang dilakukan uji coba terhadap vaksin DBD. 10. Monitoring dan evaluasi Monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat kelurahan atau desa sampai ke pusat yang menyangkut pelaksanaan pengendalian DBD, dimulai dari input, proses, output dan outcome yang dicapai pada setiap tahun Kemenkes RI, 2011.

2.1.6 Tata Laksana Penanggulangan Demam Berdarah Dengue

Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan kegiatan Penyelidikan Epidemiologi PE dan KLB dapat dicegah. Selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan pemberantasan DBD sangat diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pemberantasan maupun dalam memberantas jentik nyamuk penularnya. 1. Penyelidikan Epidemiologis PE adalah kegiatan pencarian penderita DBD atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di tempat tinggal penderita rumahbangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 m. Tujuannya adalah untuk mengetahui penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat penderita. PE juga dilakukan Universitas Sumatera Utara untuk mengetahui adanya penderita dan tersangka DBD lainnya, mengetahui ada tidaknya jentik nyamuk penular DBD dan menentukan jenis tindakan penanggulangan fokus yang akan dilakukan. 2. Penanggulangan Fokus adalah kegiatan pemberantasan nyamuk penular DBD yang dilaksanakan dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD, larvadiasasi, penyuluhan dan penyemprotan pengasapan menggunakan insektisida sesuai kriteria. Tujuannya adalah memberantasi penularan DBD dan mencegah terjadinya KLB di tempat tinggal penderita DBD dan rumah atau bangunan sekitarnya serta di tempat-tempat umum yang berpotensi menjadi sumber penularan DBD lebih lanjut. 3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa KLB adalah upaya penanggulangan yang meliputi : pengobatan atau perawatan penderita, pemberantasan vektor DBD, penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi atau penilaian penanggulangan yang dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB. Tujuannya adalah membatasi penularan DBD, sehingga KLB yang terjadi di suatu wilayah tidak meluas ke wilayah lainnya. Penilaian penanggulangan KLB meliputi penilaian operasioanal dan penilaian epidemiologi. Penilaian operasional ditujukan untuk mengetahui persentase coverage pemberantasan vektor dari jumlah yang direncanakan. Penilaian ini dilakukan melalui kunjungan rumah secara acak dan wilayah-wilayah yang direncanakan untuk pengasapan, larvasidasi dan penyuluhan. Sedangkan penilaian epidemiologi ditujukan untuk mengetahui dampak upaya penanggulangan terhadap jumlah Universitas Sumatera Utara penderita dan kematian DBD dengan cara membandingkan data kasus atau kematian DBD sebelum dan sesudah penanggulangan DBD. 4. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD Aedes aegypti di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah mengendalikan populasi nyamuk, sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik ABJ. Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan “3M”, yaitu 1 menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air 2 Menutup rapat- rapat tempat penampungan air, dan 3 Mengubur atau menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat menampung air hujan. 5. Pemeriksaan Jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik jumantik. Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD termasuk memotivasi keluarga atau masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006. 2.2 Koordinasi 2.2.1 Pengertian koordinasi