Kesepakatan, Komitmen dan Insentif

partisipasi masyarakat bukan semata karena salah masyarakat itu sendiri. Melainkan juga diasumsikan karena kurangnya tindakan promotif yang dilakukan petugas puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, kegiatan promotif seperti penyuluhan terlihat kurang maksimal, karena hanya dilakukan di posyandu saja dan juga hanya dilakukan pada saat ada pasien yang berobat ke puskesmas. Apabila penyuluhan hanya dilakukan di posyandu, maka hanya masyarakat yang memiliki anak kecil sajalah yang mendapat pengetahuan mengenai DBD tersebut, sama halnya dengan apabila penyuluhan hanya dilakukan pada pasien yang berobat ke puskesmas, maka hanya pasien yang berobat ke puskesmas sajalah yang mendapat pengetahuan mengenai DBD. Belum maksimalnya tindakan promotif yang diberikan puskesmas kepada masyarakat juga merupakan salah satu bentuk kurangnya koordinasi yang dilakukan puskesmas dengan masyarakat. Hal ini juga berdampak pada belum maksimalnya koordinasi yang dilakukan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat terlihat bahwa kerjasama sangat diperlukan dalam menurunkan kasus DBD. Masalah kesehatan bukan hanya menjadi tanggungjawab petugas kesehatan saja, namun juga menjadi tanggung jawab bersama. Kasus DBD bisa mengalami penurunan yang drastis jika setiap orang menyadari arti penting kesehatan dan mau sama-sama menjaga kebersihan lingkungan.

5.2 Kesepakatan, Komitmen dan Insentif

Setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan atau organisasi, harus memiliki komitmen dalam bekerja karena apabila suatu perusahaan karyawannya Universitas Sumatera Utara tidak mempunyai suatu komitmen dalam bekerja, maka tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut tidak akan tercapai. Menurut Daft 2002, manajer dapat bertindak untuk mempromosikan komitmen organisasi pada karyawannya dengan senantiasa memberi informasi kepada karyawan, memberi penjelasan atas keputusan yang dibuat, menyediakan pelatihan yang dibutuhkan dan sumber daya lain agar mereka dapat sukses, memperlakukan mereka secara adil dan menawarkan penghargaan yang bernilai bagi mereka. Dalam penelitian ini, kesepakatan dan komitmen dalam menanggulangi DBD sudah ada, namun masih saja ada pihak yang kurang bertanggungjawab dengan apa yang telah ditetapkan, semua hanya sibuk dengan kepentingan pribadi masing-masing dan belum ada yang merasa bahwa penanggulangan DBD ini adalah kewajiban bersama sehingga harus bekerja sama. Pemberantasan demam berdarah akan dapat diselesaikan apabila semua pemangku kepentingan, khususnya para pimpinan daerah memberi prioritas pada penanggulangan demam berdarah. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Kesehatan 2011, bahwa pembangunan kesehatan akan berhasil guna bila pemerintah daerah memberikan komitmen yang kuat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan tujuan utama otonomi daerah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, bahwa dalam rapat atau pertemuan lintas sektoral maupun program sudah ditetapkan apa saja kesepakatan dan komitmen dalam penanggulangan DBD. Komitmen yang disepakati yaitu diharapkan setiap kelurahan beserta lurah dan kepala lingkungannya ikut berperan Universitas Sumatera Utara aktif dalam menangani demam berdarah. Dalam pencegahan dibuat dengan cara promosi kesehatan sedangkan dalam pemberantasan dibuat dengan cara pelaksanaan fogging. Namun walaupun sudah ditetapkan komitmen tersebut, masih saja ada pihak yang tidak menjalankan kewajibannya. Selain menetapkan kesepakatan dan komitmen, dalam penanggulangan kasus DBD sebenarnya juga ada intensif bagi pelaksana koordinasi. Insentif ini berupa dana yang dikeluarkan dalam hal nya penanggulangan DBD, seperti dana untuk transportasi bagi pihak yang di undang untuk membicarakan mengenai kasus dbd ataupun dana yang dikeluarkan untuk makan dan minum saat diadakannya pertemuan dalam rangka membicarakan penanggulangan DBD.

5.3 Komunikasi