Koordinasi .1 Pengertian koordinasi Pertanyaan a. Kesadaran pentingnya koordinasi

penderita dan kematian DBD dengan cara membandingkan data kasus atau kematian DBD sebelum dan sesudah penanggulangan DBD. 4. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD adalah kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular DBD Aedes aegypti di tempat-tempat perkembangbiakannya. Tujuannya adalah mengendalikan populasi nyamuk, sehingga penularan DBD dapat dicegah dan dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik ABJ. Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Cara PSN DBD dilakukan dengan “3M”, yaitu 1 menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air 2 Menutup rapat- rapat tempat penampungan air, dan 3 Mengubur atau menyingkirkan barang- barang bekas yang dapat menampung air hujan. 5. Pemeriksaan Jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau petugas pemantau jentik jumantik. Tujuannya adalah melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD termasuk memotivasi keluarga atau masyarakat dalam melaksanakan PSN DBD Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006. 2.2 Koordinasi 2.2.1 Pengertian koordinasi Koordinasi berasal dari kata coordination, co dan ordinare yang berarti to regulate. Dari pendekatan empirik yang dikaitkan dengan etimologi, koordinasi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat Universitas Sumatera Utara equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate untuk saling memberi informasi dan mengatur menyepakati hal tertentu Ndraha, 2003. Menurut Handoko 2000 dalam bukunya yang berjudul Manajemen, Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah departemen atau bidang-bidang fungsional suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi. Menurut G. R. Terry dalam Hasibuan, 2011 koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Defenisi G.R. Terry bahwa koordinasi adalah pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai berikut : 1. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. 2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut. 3. Pengarahan usaha-usaha tersebut. Menurut Herbert G.Hicks dalam Sutarto, 2002 prinsip koordinasi menerangkan bahwa pelaksanaan organisasi itu efektif apabila semua orang dan sumber disinkronkan, diseimbangkan dan diberikan pengarahan. Berdasarkan pendapat tentang koordinasi yang telah dikemukakan oleh G. R. Terry dan Herbert G.Hicks, maka dapat diambil kesimpulan mengenai koordinasi, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Koordinasi merupakan kesatuan tindakan, b. Koordinasi merupakan keseimbangan antarsatuan, c. Koordinasi merupakan keselarasan, dan d. Koordinasi merupakan sinkronisasi.

2.2.2 Ciri-ciri Koordinasi

Menurut Handayaningrat dalam bukunya yang berjudul Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional 1991, ciri-ciri koordinasi adalah sebagai berikut : 1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi menjadi tanggung jawab daripada pemimpin. Dikatakan bahwa pimpinan yang berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik. 2. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan baik. 3. Koordinasi adalah proses yang terus menerus continues process. Artinya sutau proses yang bersifat kesinambungan dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. 4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. 5. Konsep kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha atau tindakan daripada Universitas Sumatera Utara setiap kegiatan individu sehingga diperoleh adanya keserasian di dalam mencapai hasil bersama. 6. Tujuan organisasi adalah tujuan bersama common purpose. Kesatuan usaha atau tindakan meminta kesadaranpengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

2.2.3 Sifat-sifat Koordinasi

Koordinasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1. Koordinasi adalah dinamis bukan statis. 2. Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator manajer dalam rangka mencapai sasaran. 3. Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan Hasibuan, 2011.

2.2.4 Tipe-tipe Koordinasi

Koordinasi memiliki tipe-tipe sebagai berikut : 1. Koordinasi vertikal vertical coordination adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Atasan mengkoordinir semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur. 2. Koordinasi horizontal horizontal coordination adalah mengkoordinasikan tindakan atau kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan Universitas Sumatera Utara dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat. Koordinasi horizontal dibagi atas interdisciplinary dan interrelated. e. Interdisciplinary adalah suatu koordinasi dalam rangka mengarahkan, menyatukan tindakan, mewujudkan dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada unit-unit yang sama tugasnya. f. Interrelated adalah koordinasi antarbadan instansi, unit yang fungsinya berbeda, tetapi instansi yang satu dengan yang lain saling bergantungan atau mempunyai kaitan baik, cara intern maupun ekstern yang levelnya setaraf. Koordinasi horizontal ini relatif sulit dilakukan, karena koordinator tidak dapat memberikan sanksi kepada pejabat yang sulit diatur sebab kedudukannya setingkat Hasibuan, 2011.

2.2.5 Syarat-syarat Koordinasi

Koordinasi memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sense of cooperation perasaan untuk bekerjasama, ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang. 2. Rivalry, dalam perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian- bagian, agar bagian-bagian ini berlomba untuk mencapai kemajuan. 3. Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. 4. Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat Hasibuan, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Koordinasi

Menurut Ketani 2004, keberhasilan koordinasi ditentukan oleh berbagai faktor yaitu : 1. Partisipasi unit Kehadiran setiap pejabat yang mengepalai unit-unit organisasi sangat menentukan cepatnya masalah untuk diselesaikan. Masalah yang seharusnya dapat ditanggulangi secara cepat, akan tertunda apabila satu pejabat saja tidak hadir dalam rapat koordinasi yang mana masalah tersebut terkait pula dengannya, artinya keputusan tidak dapat diambil pada waktu rapat koordinasi tersebut karena absennya seorang pejabat. 2. Disiplin koordinasi Kehadiran pejabat unit organisasi dalam rapat koordinasi tergantung pada disiplin yang ditetapkan oleh koordinator dalam memengaruhi pejabat yang dikoordinasikannya. Kalau dalam rapat koordinasi yang ditetapkan, koordinator tidak memimpin sendiri rapat tersebut dan mewakilkannya pada orang yang ditunjuk mewakilinya, maka ada kecenderungan bahwa pejabat unit akan mewakilkan kehadirannya kepada bawahannya pula. Akibatnya rapat koordinasi tidak akan dapat memecahkan masalah sesegera mungkin, karena wakil unit tersebut dalam hal-hal yang prinsip biasanya tidak berani memutuskan dan harus berunding dulu dengan atasannya. 3. Keterbukaan berkomunikasi Komunikasi adalah kunci dari koordinasi yang efektif dan koordinasi yang efektif ditandai dengan kemampuan menyelesaikan masalah tepat pada Universitas Sumatera Utara waktunya. Kemampuan ini tergantung pada mendapatkan, menyalurkan dan memproses informasi. Koordinasi dapat pula dipandang sebagai kegiatan memproses informasi, untuk mencapainya maka penting sekali keterbukaan dari setiap unit yang terlibat dalam koordinasi tersebut untuk berkomunikasi secara lancar dalam usaha menyampaikan informasi dari unit masing-masing dalam rangka usaha pencapaian tujuan organisasi keseluruhan.

2.2.7 Manfaat Koordinasi

Koordinasi memiliki manfaat-manfaat yaitu sebagai berikut : 1. Koordinasi dapat menghindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan- satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi. 2. Koordinasi dapat menghindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa satuan organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting. 3. Koordinasi dapat menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan antarsatuan organisasi atau antarpejabat. 4. Koordinasi dapat menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas. 5. Koordinasi dapat menghindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang memakan waktu lama Sutarto, 2002.

2.2.8 Gejala kurangnya Koordinasi

Kosong atau kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala sebagai berikut : 1. Petugas atau satuan organisasi bertengkar menuntut suatu bidang kerja atau wewenang yang masing-masing menganggap termasuk dalam lingkungan tugasnya. Universitas Sumatera Utara 2. Petugas atau satuan organisasi saling melemparkan suatu tanggungjawab kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa sesuatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya. 3. Pencapaian tujuan organisasi tidak berjalan secara lancar karena suasana organisasi terasa serba kacau, para petugas terlihat ragu dalam melaksanakan pekerjaan, bahkan hasil pekerjaan yang satu sering dihapuskan oleh pekerjaan yang lain tanpa disadari Sutarto, 2002.

2.2.9 Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif

Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch telah mengemukakan empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen dalam organisasi yang mempersulit tugas pengkoordinasian bagian- bagian organisasi secara efektif, yaitu : 1. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. 2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah yang harus diselesaikan segera atau dalam periode waktu pendek. 3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. 4. Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metoda dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan Handoko, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.2.10 Pendekatan-pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu : 1. Pendekatan pertama, mempergunakan teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan dan prosedur. 2. Pendekatan kedua, diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi lebih saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi. 3. Pendekatan ketiga, di samping peningkatan kordinasi potensial, yaitu dengan mengurangi kebutuhan akan koordinasi. Mengurangi kebutuhan akan koordinasi dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan sumber daya untuk satuan kegiatan atau pengelompokan kembali satuan organisasi agar tugas dapat berdiri sendiri Handoko, 2000.

2.2.11 Cara-cara Mengadakan Koordinasi

Koordinasi tidak dapat diperintahkan, dipaksakan, tetapi lebih baik dengan cara permintaan, permohonan kepada pegawai, karena dengan cara ini akan lebih diresapi, ditaati oleh para pegawai serta mereka merasa dihargai. Koordinasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara 2. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota tidak menurut masing-masing anggota dengan tujuannya sendiri- sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama. 3. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. 4. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan, penciptaan sasaran Ketani, 2002.

2.2.12 Indikator Koordinasi

Menurut Handayaningrat 1991, koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator : 1. Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah proses dimana informasi dipertukarkan dan dimengerti oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi atau mempengeruhi perilaku Daft, 2002. Hal-hal yang dilihat dalam komunikasi yaitu : a. Ada tidaknya informasi b. Ada tidaknya alur informasi c. Ada tidaknya teknologi informasi 2. Kesadaran pentingnya koordinasi Kesadaran pentingnya koordinasi adalah setiap masing-masing pihak terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya. Kesadaran akan pentingnya koordinasi dapat dilihat dari : a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi Universitas Sumatera Utara b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi 3. Kompetensi partisipan Kompetensi partisipan adalah adanya pihak-pihak yang berwenang yang terlibat dan mengawasi jalannya koordinasi. Hal-hal yang dapat dilihat dalam kompetensi partisipan yaitu : a. Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat b. Ada tidaknya ahli yang terlibat 4. Kesepakatan, komitmen dan insentif Sebelum melakukan koordinasi, diperlukan adanya kesepakatan dan komitmen agar pekerja yang berkoordinasi tidak melalaikan tugasnya. Komitmen berarti bahwa pekerja akan berbagi cara pandang dengan pemimpin dan dengan antusias melaksanakan instruksi Daft, 2002. Menurut Daft 2002, manajer dapat bertindak untuk mempromosikan komitmen organisasi pada karyawannya dengan senantiasa memberi informasi kepada karyawan, memberi penjelasan atas keputusan yang dibuat, menyediakan pelatihan yang dibutuhkan dan sumber daya lain agar mereka dapat sukses, memperlakukan mereka secara adil dan menawarkan penghargaan yang bernilai bagi mereka. Hal-hal yang dapat dilihat dalam indikator kesepakatan, komitmen dan insentif yaitu : a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan d. Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi Universitas Sumatera Utara 5. Kontinuitas perencanaan Kontinuitas perencanaan yaitu apabila koordinasi sudah berjalan maka perlu dilihat ada atau tidaknya feedback umpan balik dari obyek maupun subyek koordinasi tersebut, oleh sebab itu diperlukan perencanaan selanjutnya jika masalah dalam koordinasi tidak terpecahkan. Hal-hal yang dilihat dalam kontinuitas perencanaan yaitu : a. Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek dalam koordinasi b. Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan. Universitas Sumatera Utara

2.3 Fokus Penelitian