penderita  dan  kematian  DBD  dengan  cara  membandingkan  data  kasus  atau kematian DBD sebelum dan sesudah penanggulangan DBD.
4. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD adalah
kegiatan  memberantas  telur,  jentik  dan  kepompong  nyamuk  penular  DBD Aedes  aegypti  di  tempat-tempat  perkembangbiakannya.  Tujuannya  adalah
mengendalikan populasi  nyamuk, sehingga penularan DBD dapat  dicegah dan dikurangi. Keberhasilan PSN DBD diukur dengan Angka Bebas Jentik ABJ.
Apabila  ABJ  lebih  atau  sama  dengan  95  diharapkan  penularan  DBD  dapat dicegah  atau  dikurangi.  Cara  PSN  DBD  dilakukan  dengan  “3M”,  yaitu  1
menguras  dan  menyikat  tempat-tempat  penampungan  air  2  Menutup  rapat- rapat tempat penampungan air, dan 3 Mengubur atau menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan. 5.
Pemeriksaan Jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangan nyamuk Aedes aegypti yang dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau
kader  atau  petugas  pemantau  jentik  jumantik.  Tujuannya  adalah  melakukan pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD  termasuk memotivasi keluarga atau
masyarakat  dalam  melaksanakan  PSN  DBD  Direktorat  Kesehatan  dan  Gizi Masyarakat, 2006.
2.2  Koordinasi 2.2.1 Pengertian koordinasi
Koordinasi berasal dari kata coordination, co  dan ordinare  yang berarti to regulate.  Dari  pendekatan  empirik  yang  dikaitkan  dengan  etimologi,  koordinasi
diartikan  sebagai  kegiatan  yang  dilakukan  oleh  berbagai  pihak  yang  sederajat
Universitas Sumatera Utara
equal in rank or order, of the same rank or order, not subordinate untuk saling memberi informasi dan mengatur menyepakati hal tertentu Ndraha, 2003.
Menurut  Handoko  2000  dalam  bukunya  yang  berjudul  Manajemen, Koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan  yang  terpisah  departemen  atau  bidang-bidang  fungsional  suatu organisasi  untuk  mencapai  tujuan  organisasi  secara  efisien.  Tanpa  koordinasi,
individu-individu  dan  departemen-departemen  akan  kehilangan  pegangan  atas peranan mereka dalam organisasi.
Menurut G. R. Terry dalam Hasibuan, 2011 koordinasi adalah suatu usaha yang  sinkron  dan  teratur  untuk  menyediakan  jumlah  dan  waktu  yang  tepat  dan
mengarahkan pelaksanaan untuk  menghasilkan suatu tindakan  yang seragam dan harmonis  pada  sasaran  yang  telah  ditentukan.  Defenisi  G.R.  Terry  bahwa
koordinasi adalah pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai berikut : 1.
Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. 2.
Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut. 3.
Pengarahan usaha-usaha tersebut. Menurut  Herbert  G.Hicks  dalam  Sutarto,  2002  prinsip  koordinasi
menerangkan  bahwa  pelaksanaan  organisasi  itu  efektif  apabila  semua  orang  dan sumber disinkronkan, diseimbangkan dan diberikan pengarahan.
Berdasarkan pendapat tentang koordinasi yang telah dikemukakan oleh G. R.  Terry  dan  Herbert  G.Hicks,  maka  dapat  diambil  kesimpulan  mengenai
koordinasi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Koordinasi merupakan kesatuan tindakan,
b. Koordinasi merupakan keseimbangan antarsatuan,
c. Koordinasi merupakan keselarasan, dan
d. Koordinasi merupakan sinkronisasi.
2.2.2 Ciri-ciri Koordinasi
Menurut  Handayaningrat  dalam  bukunya  yang  berjudul  Administrasi Pemerintahan  dalam  Pembangunan  Nasional  1991,  ciri-ciri  koordinasi  adalah
sebagai berikut : 1.
Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi menjadi tanggung jawab daripada pemimpin. Dikatakan bahwa pimpinan yang
berhasil, karena ia telah melakukan koordinasi dengan baik. 2.
Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi dengan baik.
3. Koordinasi  adalah  proses  yang  terus  menerus  continues  process.  Artinya
sutau  proses  yang  bersifat  kesinambungan  dalam  rangka  tercapainya  tujuan organisasi.
4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan karena
koordinasi adalah konsep yang diterapkan di dalam kelompok bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang bekerjasama di dalam kelompok
untuk mencapai tujuan bersama. 5.
Konsep kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha atau tindakan daripada
Universitas Sumatera Utara
setiap  kegiatan  individu  sehingga  diperoleh  adanya  keserasian  di  dalam mencapai hasil bersama.
6. Tujuan organisasi adalah tujuan bersama common purpose. Kesatuan usaha
atau tindakan meminta kesadaranpengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok dimana mereka bekerja.
2.2.3 Sifat-sifat Koordinasi
Koordinasi memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1.
Koordinasi adalah dinamis bukan statis. 2.
Koordinasi  menekankan  pandangan  menyeluruh  oleh  seorang  koordinator manajer dalam rangka mencapai sasaran.
3. Koordinasi  hanya  meninjau  suatu  pekerjaan  secara  keseluruhan  Hasibuan,
2011.
2.2.4 Tipe-tipe Koordinasi
Koordinasi memiliki tipe-tipe sebagai berikut : 1.
Koordinasi  vertikal  vertical  coordination  adalah  kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit,
kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Atasan mengkoordinir  semua  aparat  yang  ada  di  bawah  tanggung  jawabnya  secara
langsung. Koordinasi vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur.
2. Koordinasi  horizontal  horizontal  coordination  adalah  mengkoordinasikan
tindakan  atau  kegiatan  penyatuan,  pengarahan  yang  dilakukan  terhadap kegiatan-kegiatan  penyatuan,  pengarahan  yang  dilakukan  terhadap  kegiatan
Universitas Sumatera Utara
dalam tingkat organisasi aparat yang setingkat. Koordinasi horizontal dibagi atas interdisciplinary dan interrelated.
e. Interdisciplinary  adalah  suatu  koordinasi  dalam  rangka  mengarahkan,
menyatukan tindakan, mewujudkan dan menciptakan disiplin antara unit yang satu dengan unit yang lain secara intern maupun secara ekstern pada
unit-unit yang sama tugasnya. f.
Interrelated adalah koordinasi antarbadan instansi, unit yang fungsinya berbeda,  tetapi  instansi  yang  satu  dengan  yang  lain  saling  bergantungan
atau  mempunyai  kaitan  baik,  cara  intern  maupun  ekstern  yang  levelnya setaraf.  Koordinasi  horizontal  ini  relatif  sulit  dilakukan,  karena
koordinator  tidak  dapat  memberikan  sanksi  kepada  pejabat  yang  sulit diatur sebab kedudukannya setingkat Hasibuan, 2011.
2.2.5 Syarat-syarat Koordinasi
Koordinasi memiliki syarat-syarat sebagai berikut : 1.
Sense of cooperation perasaan untuk bekerjasama, ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2. Rivalry,  dalam  perusahaan  besar  sering  diadakan  persaingan  antara  bagian-
bagian, agar bagian-bagian ini berlomba untuk mencapai kemajuan. 3.
Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai. 4.
Esprit  de  corps,  artinya  bagian-bagian  yang  diikutsertakan  atau  dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat Hasibuan, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2.2.6 Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Koordinasi
Menurut  Ketani  2004,  keberhasilan  koordinasi  ditentukan  oleh  berbagai faktor yaitu :
1. Partisipasi unit
Kehadiran  setiap  pejabat  yang  mengepalai  unit-unit  organisasi  sangat menentukan  cepatnya  masalah  untuk  diselesaikan.  Masalah  yang  seharusnya
dapat ditanggulangi secara cepat, akan tertunda apabila satu pejabat saja tidak hadir  dalam  rapat  koordinasi  yang  mana  masalah  tersebut  terkait  pula
dengannya, artinya keputusan tidak dapat diambil pada waktu rapat koordinasi tersebut karena absennya seorang pejabat.
2. Disiplin koordinasi
Kehadiran  pejabat  unit  organisasi  dalam  rapat  koordinasi  tergantung  pada disiplin  yang  ditetapkan  oleh  koordinator  dalam  memengaruhi  pejabat  yang
dikoordinasikannya.  Kalau  dalam  rapat  koordinasi  yang  ditetapkan, koordinator tidak  memimpin  sendiri  rapat tersebut  dan  mewakilkannya  pada
orang  yang  ditunjuk  mewakilinya,  maka  ada  kecenderungan  bahwa  pejabat unit akan mewakilkan kehadirannya kepada bawahannya pula. Akibatnya rapat
koordinasi tidak akan dapat memecahkan  masalah sesegera  mungkin, karena wakil  unit  tersebut  dalam  hal-hal  yang  prinsip  biasanya  tidak  berani
memutuskan dan harus berunding dulu dengan atasannya. 3.
Keterbukaan berkomunikasi Komunikasi  adalah  kunci  dari  koordinasi  yang  efektif  dan  koordinasi  yang
efektif  ditandai  dengan  kemampuan  menyelesaikan  masalah  tepat  pada
Universitas Sumatera Utara
waktunya.  Kemampuan  ini  tergantung  pada  mendapatkan,  menyalurkan  dan memproses  informasi.  Koordinasi  dapat  pula  dipandang  sebagai  kegiatan
memproses  informasi,  untuk  mencapainya  maka  penting  sekali  keterbukaan dari setiap unit  yang terlibat dalam koordinasi tersebut untuk berkomunikasi
secara lancar dalam usaha menyampaikan informasi dari unit masing-masing dalam rangka usaha pencapaian tujuan organisasi keseluruhan.
2.2.7 Manfaat Koordinasi
Koordinasi memiliki manfaat-manfaat yaitu sebagai berikut : 1.
Koordinasi dapat menghindarkan perasaan lepas satu sama lain antara satuan- satuan organisasi atau antara pejabat yang ada dalam organisasi.
2. Koordinasi dapat menghindarkan perasaan atau suatu pendapat bahwa satuan
organisasinya atau jabatannya merupakan yang paling penting. 3.
Koordinasi  dapat  menghindarkan  kemungkinan  timbulnya  pertentangan antarsatuan organisasi atau antarpejabat.
4. Koordinasi dapat menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas.
5. Koordinasi dapat menghindarkan terjadinya peristiwa waktu menunggu yang
memakan waktu lama Sutarto, 2002.
2.2.8 Gejala kurangnya Koordinasi
Kosong atau kurangnya koordinasi dalam suatu organisasi akan terlihat dari adanya gejala sebagai berikut :
1. Petugas atau satuan organisasi  bertengkar  menuntut  suatu bidang kerja atau
wewenang  yang  masing-masing  menganggap  termasuk  dalam  lingkungan tugasnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Petugas  atau  satuan  organisasi  saling  melemparkan  suatu  tanggungjawab
kepada pihak lain karena masing-masing merasa bahwa sesuatu pekerjaan tidak termasuk dalam ruang lingkup tugasnya.
3. Pencapaian  tujuan  organisasi  tidak  berjalan  secara  lancar  karena  suasana
organisasi terasa serba kacau, para petugas terlihat ragu dalam  melaksanakan pekerjaan, bahkan hasil pekerjaan yang satu sering dihapuskan oleh pekerjaan
yang lain tanpa disadari Sutarto, 2002.
2.2.9 Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif
Paul  R.  Lawrence  dan  Jay  W.  Lorch  telah  mengemukakan  empat  tipe perbedaan  dalam  sikap  dan  cara  kerja  di  antara  bermacam-macam  individu  dan
departemen  dalam  organisasi  yang  mempersulit  tugas  pengkoordinasian  bagian- bagian organisasi secara efektif, yaitu :
1. Perbedaan  dalam  orientasi  terhadap  tujuan  tertentu.  Para  anggota  dari
departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik.
2. Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan
masalah yang harus diselesaikan segera atau dalam periode waktu pendek. 3.
Perbedaan dalam orientasi antar pribadi. 4.
Perbedaan  dalam  formalitas  struktur.  Setiap  tipe  satuan  dalam  organisasi mungkin  mempunyai  metoda  dan  standar  yang  berbeda  untuk  mengevaluasi
program terhadap tujuan dan untuk balas  jasa bagi karyawan Handoko, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.2.10  Pendekatan-pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif
Komunikasi  adalah  kunci  koordinasi  yang  efektif.  Ada  tiga  pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :
1. Pendekatan  pertama,  mempergunakan  teknik  manajemen  dasar  :  hirarki
manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan dan prosedur.
2. Pendekatan  kedua,  diperlukan  bila  bermacam-macam  satuan  organisasi
menjadi lebih saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi. 3.
Pendekatan ketiga, di samping peningkatan kordinasi potensial, yaitu dengan mengurangi  kebutuhan  akan  koordinasi.  Mengurangi  kebutuhan  akan
koordinasi dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan sumber daya untuk satuan  kegiatan  atau  pengelompokan  kembali  satuan  organisasi  agar  tugas
dapat berdiri sendiri Handoko, 2000.
2.2.11  Cara-cara Mengadakan Koordinasi
Koordinasi tidak dapat diperintahkan, dipaksakan, tetapi lebih baik dengan cara permintaan, permohonan kepada pegawai, karena dengan cara ini akan lebih
diresapi, ditaati oleh para pegawai serta mereka merasa dihargai. Koordinasi dapat dilakukan dengan cara :
1. Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat. Keterangan mengenai
pekerjaan  saja  tidak  cukup,  karena  tindakan  yang  tepat  harus  diambil  untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi yang diharapkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh
anggota  tidak  menurut  masing-masing  anggota  dengan  tujuannya  sendiri- sendiri. Tujuan itu adalah tujuan bersama.
3. Mendorong anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain.
4. Mendorong anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan, penciptaan
sasaran Ketani, 2002.
2.2.12  Indikator Koordinasi
Menurut Handayaningrat 1991, koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui indikator :
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah proses dimana informasi dipertukarkan dan dimengerti oleh dua orang atau lebih, biasanya dengan maksud untuk memotivasi
atau mempengeruhi perilaku Daft, 2002. Hal-hal yang dilihat dalam komunikasi yaitu :
a. Ada tidaknya informasi
b. Ada tidaknya alur informasi
c. Ada tidaknya teknologi informasi
2. Kesadaran pentingnya koordinasi
Kesadaran pentingnya koordinasi adalah setiap masing-masing pihak terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat bertanggungjawab
dalam menjalankan tugasnya. Kesadaran akan pentingnya koordinasi dapat dilihat dari :
a. Tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi
3. Kompetensi partisipan
Kompetensi  partisipan  adalah  adanya  pihak-pihak  yang  berwenang  yang terlibat  dan  mengawasi  jalannya  koordinasi.  Hal-hal  yang  dapat  dilihat  dalam
kompetensi partisipan yaitu : a.
Ada tidaknya pejabat yang berwenang terlibat b.
Ada tidaknya ahli yang terlibat 4.
Kesepakatan, komitmen dan insentif Sebelum  melakukan  koordinasi,  diperlukan  adanya  kesepakatan  dan
komitmen agar pekerja yang berkoordinasi tidak melalaikan tugasnya. Komitmen berarti  bahwa  pekerja  akan  berbagi  cara  pandang  dengan  pemimpin  dan  dengan
antusias melaksanakan instruksi Daft, 2002. Menurut  Daft  2002,  manajer  dapat  bertindak  untuk  mempromosikan
komitmen  organisasi  pada  karyawannya  dengan  senantiasa  memberi  informasi kepada karyawan,  memberi penjelasan atas keputusan  yang dibuat, menyediakan
pelatihan  yang  dibutuhkan  dan  sumber  daya  lain  agar  mereka  dapat  sukses, memperlakukan  mereka  secara  adil  dan  menawarkan  penghargaan  yang  bernilai
bagi  mereka.  Hal-hal  yang  dapat  dilihat  dalam  indikator  kesepakatan,  komitmen dan insentif yaitu :
a. Ada tidaknya bentuk kesepakatan
b. Ada tidaknya pelaksana kegiatan
c. Ada tidaknya sanksi bagi pelanggar kesepakatan
d. Ada tidaknya insentif bagi pelaksana koordinasi
Universitas Sumatera Utara
5. Kontinuitas perencanaan
Kontinuitas perencanaan yaitu apabila koordinasi sudah berjalan maka perlu dilihat  ada  atau  tidaknya  feedback  umpan  balik  dari  obyek  maupun  subyek
koordinasi tersebut, oleh sebab itu diperlukan perencanaan selanjutnya jika masalah dalam  koordinasi  tidak  terpecahkan.  Hal-hal  yang  dilihat  dalam  kontinuitas
perencanaan yaitu : a.
Ada tidaknya umpan balik dari obyek dan subyek dalam koordinasi b.
Ada tidaknya perubahan terhadap hasil kesepakatan.
Universitas Sumatera Utara
2.3  Fokus Penelitian