DBD berusia 27 tahun dengan pendidikan D3, dan satu informan masyarakat yang tidak pernah menderita DBD yang berusia 17 tahun dengan pendidikan SMA.
4.3 Pelaksanaan Fungsi Koordinasi dalam Program Penanggulangan DBD
4.3.1 Pernyataan Tentang Kecamatan Helvetia Merupakan Kecamatan Yang Endemis DBD
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Tentang Kecamatan Helvetia Merupakan
Kecamatan Yang Endemis DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Iya...memang Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan
Sunggal dan Medan Helvetia itu merupakan daerah yang endemis DBD. Itu memang terjadi setiap tahunnya
Informan 2 Iya...tau
Informan 3 Tau...
Informan 4 Ya sudah
Informan 5 Untuk daerah kami ini sebelumnya cuma dua kali yang
kejadian tahun ini, jadi kalo dibilang yang tertinggi yaaa kita belum tau kalo kita nomor tiga tertinggi dari informasi itu
Informan 6 Ya ya ya
Informan 7 Kurang tahu saya
Informan 8 Enggak tau kak..
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa dari delapan informan, sebagian besar informan sudah mengetahui bahwa Kecamatan Helvetia merupakan
Kecamatan yang endemis DBD dan hanya tiga orang informan yang menyatakan bahwa mereka belum mengetahui bahwa Kecamatan Helvetia merupakan
kecamatan yang endemis DBD.
4.3.2 Pertnyataan Tentang Langkah-langkah yang dilakukan dalam Menangani DBD
Tabel 4.7
Matriks Pernyataan Tentang Langkah-langkah yang dilakukan dalam Menangani DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Upaya kami dari dinas yang pertama seperti membuat surat
edaran dari tingkat pemerintah medan maupun dari dinas kesehatan untuk mengaktifkan kembali PSN nya, yang kedua
Universitas Sumatera Utara
kita juga selalu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, apakah fungsinya penyuluhan , baik ketika ada pertemuan di
posyandu atau dimana untuk masing-masing menjaga kebersihan di rumahnya.
Informan 2 Sebelumnya kita sudah dibuat kegiatan PSN, pemberantasan
sarang nyamuk dengan cara turun ke lapangan. kita adakan rutin dulu sebelumnya itu sebulan sekali berbeda-beda
lingkungan, itu biasanya sebulan sekali di hari jumat. Sebelum ada banyak kasus. Cuma sekarang intensitas kita tambah, kalau
dulu sebulan sekali sekarang udah sebulan empat kali.
Informan 3 Yaaa...sampai saat ini kita tetap mengadakan penyuluhan pada
masyarakat. Itu yang utama.. pelaksanaannya tidak terbatas, mau di posyandu mau di puskesmas mau juga dimanapun.
Informan 4 Iya bekerja sama dengan puskesmas lah. Misalnya dalam
rangka memberikan penyuluhan, jumantik saat moment tertentu kita bergotong royong, bukan gotong royong
membersihkan tapi gotong royong mencari lokasi jentik.
Informan 5 Pertama kita informasikan kepada kepala lingkungan kan gitu,
sama koordinasi sama puskesmas karena orang itu yang diii... apa namanya yang terjun langsung ke lapangan langsung dari
puskesmas itu gitu jadi mana yang kena itu tetap dilaporkan dari kepala lingkungan koordinasi ke kelurahan baru lapor ke
puskesmas.
Informan 6 Di lingkungan lah ya, aaaa di lingkungan kita kan rutin bikin
gotong royong paling tidak sebulan sekali. Kita mengharapkan air tidak tergenang kan gitu.. dan kita juga ada posyandu di
lingkungan jdi orang itu juga rajin mensosialisasikan... masalah ini, apa itu namanya buka tutup apa itu?? Ya 3M, itu dan
kadang- orang dari akper dari puskesmas datang juga ke lingkungan ke rumah warga men cek bak mandi. Biasanya gak
rutin, kalau musim hujan kadang sekali sebulan. Jdi anak-anak akper yang datang bawa senter
Informan 7 Kalo saya kan bukan dari nyamuk, tapi dari virus. Mungkin
karna kondisi langsung ngedrop daya tahan tubuh aja yang perlu di tinggkatkan. Karna kata dokter kalo nyamuknya gigit
tapi daya tahan tubuh bagus ya gak ada masalah sih
Informan 8 Kalau saya biasanya menjaga kebersihan rumah, misalnya
membersihkan selokan dan gak membuang air yang tergenang. Karena kan nyamuk suka di tempat-tempat air yang tergenang
ntah itu di kaleng atau sebagainya.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dua informan menyatakan bahwa langkah-langkah yang dilakukan dalam menanggulangi DBD yaitu dengan
cara pemberatasan sarang nyamuk dan penyuluhan, dua informan mengatakan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara penyuluhan di posyandu, satu informan mengatakan koordinasi dengan kepala lingkungan dan jika ada yang melapor ke kelurahan maka akan langsung
dilaporkan ke puskesmas, satu informan mengatakan rutin melakukan gotong royong, satu informan mengatakan meningkatkan daya tahan tubuh dan satu
informan lagi mengatakan menjaga kebersihan lingkungan rumah sendiri.
4.3.3 Pernyataan Tentang Program Penanggulangan DBD yang dilakukan Puskesmas
Tabel 4.8
Matriks Pernyataan Tentang Program Penanggulangan DBD yang dilakukan Puskesmas
Informan Pernyataan
Informan 1 Instruksi jumat bersih sebenarnya instruksi dari pak walikota,
ke pak camat, ke pak lurah, ke pak kepling untuk masyarakatnya. Selain itu kita juga ada melakukan preventif
dan promotif dan kalau sampai terjadi kasus kita langsung melaksanakan fogging.
Informan 2 Ada kita buat kegiatan di kecamatan misalnya promosi
kesehatan, tapi tidak semua masyarakat hadir. Selain itu kami juga melakukan penyuluhan. Penyuluhan kami lakukan bukan
hanya di posyandu saja, tetapi juga kami lakukan saat di puskesmas yaitu saat mereka datang untuk berobat. Kita
manfaatkan untuk memberikan informasi mengenai DBD saat mereka berada di ruang tunggu. Kita di bantu juga oleh adek-
adek mahasiswa yang sedang pkl disini untuk memberikan informasi mengenai DBD. Selain itu kita juga ada semacam
spanduk-spanduk nya, itu kita paparkan apa itu demam berdarah jadi biar mereka paham apa itu demam berdarah. Jadi
bukan hanya di posyandu saja.
Informan 3 Kalo pun gak ada kasus yaaa kita psn lah itu kan tetap itu kan
kita ada tim dikelurahan tapi kita dikecamatan ini karena kita ada 1 induk 2 pustu. Jadi yang pustu mereka yang melakukan
itu yang 5 kelurahan kita.
Informan 4 Ya itulah jumat bersih. Biasanya petugas puskesmas datang
ke rumah-rumah warga untuk melakukan PSN Informan 5
Itu yang dilakukan dari puskesmas itu sendiri, misalnya informasi dari posyandu yakan, udah itu dari pkk itukan tiap
bulannya ada apa istilahnya. Kalo pkk penyuluhan kesehatan dari puskesmas sama anggota pengurus pkk itu kan hadir dalam
kepala lingkungan.
Informan 6 Kalau program DBD yang dilakuin puskesmas itu..itulah yang
setiap hari jumat. Itu biasanya puskesmas datang ke rumah-
Universitas Sumatera Utara
rumah warga sini untuk periksa apa itu namanya...iya jentik pake senter biasanya..dan minta dampingi sama saya juga biar
warganya mau bukain pintu. Soalnya kan sekarang banyak penipuan, jadi warga gak mau kadang bukain pintu kalau bukan
orang yang dia kenal.
Informan 7 Paling itulah yang 3M itu, menutup, menguras, mengubur. Tapi
saya kurang tau juga karena saya jarang di rumah. Palingan Cuma sekali seminggu karena saya kerja
Informan 8 Kurang tau kak. Cuma kadang ada sekali sebulan kepling
ngajak kami untuk gotong royong bersihkan selokan. Tapi itu juga gak rutin kak. Kalau dari puskesmas saya kurang tau apa
aja programnya.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dua informan menyatakan bahwa program yang dilakukan puskesmas dalam menanggulangi dbd yaitu PSN
dan penyuluhan, dua informan menyatakan bahwa program dbd adalah PSN, dua informan menyatakan program dbd adalah penyuluhan, satu informan menyatakan
bahwa programnya adalah 3M, menutup, menguras, mengubur, dan satu informan lagi mengatakan bahwa program nya adalah gotong royong.
4.3.4 Pernyataan Tentang Perlunya Koordinasi dalam Penanggulangan
DBD Tabel 4.9
Matriks Pernyataan Tentang Perlunya Koordinasi dalam Penanggulanagn DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Perlu..perlu..Jadi untuk melakukan jumat bersih itu bukan
petugas tapi seluruh warga yang ada disitu diarahkan atau diwajibkan untuk melakukan jumat bersih, cuman itulah ya ,
masih ada image masyarakat ini yang menganggap bahwa kesehatan itu urusan tenaga kesehatan , jadi artinya apa,
ternyata tugas kita sebagai promkes itu belum maksimal. Kita belum menjadikan mereka bagian dari diri kita. Jadi dia masih
merasa bahwa kesehatan ini adalah tanggung jawab petugas kesehatan.
Informan 2 Iya perlu. Karena sifatnya penyakit demam berdarah ini kan
tidak bisa hanya satu orang saja yang bekerja karena berbasis lingkungan dia. Terutama yang punya rumah juga harus
berperan aktif karena bisa jadi sekarang dia kena kalau dia tidak paham lah akan apa itu demam berdarah, tidak tau dia penyebab
Universitas Sumatera Utara
nya apa, kenapa knapa bisa terkena demam berdarah, bisa jadi kemungkinan besar akan terulang kembali. Makanya juga kita
peran sertakan tokoh-tokoh masyarakat.
Informan 3 Ya itu tetap.. karena dalam penanggulangan DBD harus ada
kerjasama antara camat, lurah, masyarakat. Bukan hanya tanggung jawab puskesmas saja.
Informan 4 Perlu lah.. harus ada kerjasama dalam penanggulangan DBD.
Gak hanya camat aja, tapi semua juga harus ikut serta.
Informan 5 Kalo
koordinasinya sebenarnya
diperlukan cumakan
sebenarnya masyarakat itu sendiri yang harus mau kan gitu, soalnya kan kalo masyarakatnya itu gak mau gimana bisa jalan
cobak jadi semuanya harus jalan antara pihak masyarakat dan pemerintahan itu sendiri
Informan 6 Ya perlu..kita biasanya koordinasinya dengan puskesmas
Informan 7 Perlu lah. Tapi kan biasanya dari puskesmas kan itu dari
pemerintahannya langsung kan mereka kan seharusnya mengadakan sosialisasi entah gimana cara mencegah dbd,
menjaga kebersihan lingkungan. Tapi sepertinya puskesmas kita juga kurang ini.
Informan 8 Perlu. Karena saya rasa tanggung jawab bersamalah, sesama
warga saling menjaga
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa ke delapan informan menyatakan bahwa perlu nya koordinasi dalam penanggulangan DBD.
4.3.5 Pernyataan Tentang Koordinasi Semua Sektor dalam Penanggulangan DBD
Tabel 4.10
Matriks Pernyataan Tentang Koordinasi Lintas Sektor dalam Penanggulangan DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Ada...ada..ada. nah jadi tingkat pemerintah kota kita ada
namanya rapat koordinasi antara pak sekda dengan pak sekda. Itu per triwulan di tingkat pemko, di kecamatan sendiri itu ada
minilog, nah jadi setiap sebulan sekali mereka minilog dengan pak camat nya. Itu sekalian di evaluasi. Itu pak camatnya di
undang. Kan itu dibagi dua, minilog lintas program dan minilog lintas sektoral. Nah minilog lintas program ya internal, kalau
lintas sektoral mengundang pak camat, ibu pkk, bagian agama, pendidikan.
Informan 2 Kita kan ada rapat lintas sektoral, sebelumnya kan lintas
program di puskesmas. Lintas sektoral kan koordinasi dengan stake holder- stake holeder di kecamatan, lurah. Kita juga akan
menyampaikan laporan hasil kegiatan kita yang berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan kesehatan masyarakat di kecamatan ini. Nah nanti juga akan kita paparkan dalam satu bulan itu mana-mana aja
kelurahan yang banyak kasus. Pertama gini, kita koordinasi dengan kepala lingkungan, kepala lingkungan pasti tau ada
warganya terkena demam berdarah. Kalaupun begitu kita juga koordinasi ke rumah-rumah sakit. Karena mereka juga sudah
kita rapatkan baik tingkat kecamatan maupun tingkat dinas kesehatan melalui kepala dinas itu dihimbau kepada pihak-
pihak rumah sakit yang ada pasiennya terkena demam berdarah itu harap melaporkan ke wilayah tempat tinggal si pasien
walaupun tidak ada ke dinas kesehatan jadi nanti pihak-pihak yang terkait ini akan berkoordinasi. Jadi walaupun si pasien
tadi tidak datang ke puskesmas langsung ke rumah sakit, pasti pihak rumah sakit mengabari kita kalau dia nya tinggal di
wilayah kita. Kalau misalnya pihak rumah sakit tidak melaporkan, kepling juga mungkin kurang tau, saya harap
pihak keluarga memberitahukan ke kami beserta dilengkapi dibawa foto copy hasil laboratorium. Pasti langsung kami
fogging karena itu salah satu program pemerintah itu. Jadi diharapkan peran serta mereka juga.
Informan 3 Yaaa… lintas sektoral dari kecamatan, lurah, kapus, dinas
kesehatan, dinas pendidikan yaitu di sekolah-sekolah. Informan 4
Itulah dia.. Dari Dinas Kesehatan, dari Puskesmas dan lintas sektoral yang ada atau terkait. Sebenarnya sih kadang bukan
mereka tidak bekerja sama tapi waktu mereka masyarakat ini kan kadang-kadang sulit tetapi kita bekerjasamanya itu bukan
dengan warga tapi dengan stake holder yang ada itu dilibatkan seperti karang taruna, kepala lingkungan artinya disitu kita
sekalian sosialisasi dengan mereka.
Informan 5 Sebetulnya ya gak bisa kalo hanya lurah sendirian karena
penyakit itu kan ada kaitannya dengan pihak lain kan gitu, yang mendukung kan gitu termasuk masyarakat sendiri, dan kembali
kepada diri masyarakat itu sendiri
Informan 6 Kalau kami hanya koordinasi dengan puskesmas saja. Jadi
kalau ada warga yang melapor kepada saya kala dia terkena DBD, maka saya langsung melaporkan nya kepada puskesmas.
Informan 7 Yaa kalau dalam kasus DBD ini kan biasanya itu camat, kepala
lingkungan , lurah, trus puskesmas lah ya biasanya kerjasama. Informan 8
Kalau koordinasinya atau kerjasama nya itu dari puskesmas, camat, lurah, kepling gitu lah kak
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, satu informan menyatakan bahwa koordinasi lintas sektoral dalam penanggulangan DBD yaitu dengan melibatkan
camat, ibu pkk, tokoh agama, pendidikan. Satu informan menyatakan bahwa yang
Universitas Sumatera Utara
terlibat ialah camat, lurah, kepala lingkungan, dinas kesehatan dan rumah sakit, satu informan menyatakan bahwa yang terlibat ialah camat, lurah, kepala puskesmas,
dan dinas pendidikan yaitu sekolah-sekolah, satu informan menyatakan bahwa yang terlibat ialah dinas kesehatan, puskesmas, kepala lingkungan dan karang taruna,
satu informan menyatakan melibatkan masyarakat, satu informan menyatakan hanya melibatkan puskesmas dan dua informan menyatakan yang terlibat ialah
camat, puskesmas, lurah dan kepala lingkungan.
4.3.6 Pernyataan Tentang Komitmen dalam Penanggulangan DBD Tabel 4.11
Matriks Pernyataan Tentang Komitmen dalam Penanggulangan DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Iya..nah sebenarnya kita udah ada buat pokja. Yang namanya
pokja pasti bukan hanya orang kesehatan. Sebenanya yang kita harapkan pokja ini yang bekerja ,ya kan. Cuma itu tadi kembali
masing-masing punya kesibukan, sementara kesepakatan atau kesimpulan seharusnya mereka punya di setiap pokja. Apa
yang mau kita kerjakan.
Informan 2 Komitmennya pertama diharapkan tiap-tiap kelurahan yaitu
pak lurah berserta kepling nya sangat-sangat turut bereperan aktif dalam pemberantasan demam berdarah. Jangan sampai
kita lagi jadi urutan, urutan demam berdarah. Kalau dalam pencegahan kita buat promosi kesehatan , kalau pemberantasan
itu jika ada kasus langsung diadakan fogging. Karena fogging itu tidak bisa tidak ada kasus dibuat fogging.
Informan 3 Ya komitmennya kita tetap memberikan penyuluhan itu saja,
karena kan hidupnya jentik nyamuk itu dari air bersih apalagi cuaca yang sekarang ini panas ujan itu yang buat
berkembangnya jentik nyamuk dengan cepat.
Informan 4 Ya komitmen atau kesepakatan kita itu dengan stake holder
yang ada itu tadi, kita merespon langsung keluhan-keluhan dari masyarakat.
Informan 5 Pernah, ya macam kegiatan tadilah misalnya kalo ada kegiatan
gotong royong, misalnya mencari apa itu istilahnya 3m plus itu jadi itukan kami rame-rame sama ibu pkk sama apakan gotong
royong nyari mik terus mengajak masyarakat untuk gotong royong untuk menginformasikan kepada masyarakat kan gitu
Informan 6 Sering rapat, tapi bukan membicarakan khusus DBD.
Mencakup semua biasanya, tentang DBD yaitu juga tentang
Universitas Sumatera Utara
kesadaran. Itu juga kayak mana cara masyarakat itu tidak membuang sampah sembarangan, kan gitu. Kalau ada barang-
barang bekas ditelungkupkan. Jadi ada brosurnya dan itulah yang kita bagi-bagikan.
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, satu informan menyatakan bahwa komitmen dalam penanggulangan DBD ialah dengan cara mengaktifkan poka dbd.
Satu informan menyatakan bahwa komitmennya yaitu lurah dan kepala lingkungan harus berperan aktif, tiga informan menyatakan bahwa komitmennya yaitu
melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dan satu informan lagi menyatakan bahwa komitmennya yaitu merespon keluhan-keluhan yang ada.
4.3.7 Pernyataan Tentang Dana Yang dikeluarkan dalam Pertemuan- Pertemuan
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Tentang Dana Yang dikeluarkan dalam
Pertemuan-Pertemuan Informan
Pernyataan
Informan 1 Aaaa...ibu rasa sebenarnya gini. Ini kan kegiatan rutin, jadi
kegiatan rutin yang sebenarnya tanpa ada dana. Tapi kalau memang puskesmas pun mau memakai dana, mereka punya
dana biaya operasional kesehatan.
Informan 2 Ya kalau dana sih sekedar dana konsumsi aja. Ya pertama biasa
dari APBD, kedua bisa dari donatur, ketiga ya dari dana pribadi Informan 3
Gak ada... Informan 4
Enggak ada, tapi ntahlah ya kalo puskesmas gak tau kami. Gak ada karna itukan jadi tanggung jawab kita sama masyarakat.
Kalau itu dana itu gak ada.
Informan 5 Ya kan ini pertemuan biasa ya ini untuk sekedar anu, belik aqua
ajalah, cuma buat minum tok ajalah gak ada yang lain. Gak ada sampe misalnya dipanggil penyuluhan gitu dibayar sih gak ada,
palingan puskesmas itu aja yang dating kemari.
Informan 6 Oh gak adalah. Umumnya gininya masyarakat cuman fogging-
fogging ajanya itu jadi membunuh rantai gak pala ngerti orang itu gak ngerti apa emang gak open. Ya kalau memang banyak
nyamuk tolonglah di semprot. Itukan nyamuk dewasa, kan gitu sementara jentiknya inikan gak mati, aturannya menguras bak
mandi itu yang penting. Tapi orang itulah mau terima beres
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat ke enam informan menyatakan bahwa dalam melakukan pertemuan-pertemuan tidak ada dana yang di keluarkan.
4.3.8 Pernyataan Tentang Sistem Pelaporan Jika Ada Kasus DBD Tabel 4.13
Matriks Pernyataan Tentang Sistem Pelaporan Jika Ada Kasus DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Nah jadi sistem pelaporan itu ada dua, ada yang dari unit
pelayanan nya dari rumah sakit ketika mereka merawat ada juga dari puskesmas nya bahkan ada juga dari lurahnya kalau
lurahnya peduli, kan gitu. Nah jadi ketika laporan itu masuk maka kita akan berjenjang, kalau dinas yang duluan dapat maka
kita akan konfirmasi ke puskesmas, kalau puskesmas duluan dapat konfirmasi ke dinas. Begitulah fungsi kami ketika ada
kasus dan itu sesegera mungkin.
Informan 2 Biasanya kalau ada kasus itu penderita itu demam tinggi. Itu
biasa diperiksa kan dulu ke puskesmas, ya kan karena kan gak bisa kan dia demam langsung kita diagnosa dia demam
berdarah. Beberapa hari tidak sembuh baru dia akan di rujuk ke rumah sakit. Di rumah sakit baru ada pemeriksaan darah. Jika
nanti hasil lab nya sesuai dengan kriteria dbd, barulah nanti si pasien ini akan diinformasikan oleh petugas kami terus kami
juga akan berkoordinasi dengan dinas kesehatan kerena itu memang betul demam berdarah dan kami akan melaukukan
survey jentik ke rumah si pasien ini. Survey jentik jika ada jentik nyamuk DBD. Barulah akan dilakukan fogging
Informan 3 Kalo biasanya ada kasus yang kita temukan baik itu dari
masyarakat ataupun dari kepling ngantar kemari itu biasanya kita realisasi. Kadang gini surat pernyataan itu kan menyatakan
dbd itu kan istilah contrengan itu menyatakan dia betul-betul dhf atau demam tinggi biasa atau suspek kan kita harus
sangkakan itu. Jadi kita harus konsultasi dulu dengan dokter betulkah. Kan soalnya trombosit itu bisa aja menurun atau bisa
saja kerna infeksi yang lain
Informan 4 Ya kalau mereka lapor ke saya melalui kepala lingkungan
biasanya kita lihat kalau dia memang sudah positif terkena DBD ya kan, kita akan minta rujukan dari dokter dimana dia.
Ya kita langsung kontek ke puskesmas fokuslah disitu untuk fogging untuk penanggulangannya.
Informan 5 Sebenarnya kita sering melaporkan ya ke puskesmas, kita gak
pernah sampe ke dinas, tapi mungkin kalo ada yang mati baru kita informasikan kesana.
Universitas Sumatera Utara
Informan 6 Ya kalau masyarakat melapor sama saya, ya kita langsung
minta ini data lab nyaitu. Benar atau gak DBD. Siap itu kami laporke puskesmas, puskesmas nanti datang nyemprot.
Informan 7 Waktu kemarin saya terkena DBD, saya gak ada ke puskesmas.
Karena kebetulan di depan rumah saya bidan, jadi saya langsung ke bidan. Setelah tiga hari gak baik2 juga saya
langsung ke rumah sakit dan setelah di tes ternyata saya memang terkena DBD
Informan 8 Gak tau saya. Kami disini gak ada melapor-melapor kalau lagi
sakit. Ya langsung berobat ke rumah sakit. Tetangga terkena DBD juga saya tidak tau
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, satu informan menyatakan bahwa sistem pelaporan jika ada kasus DBD yaitu berjenjang, dari dinas ke puskesmas
ataupun dari puskesmas ke dinas dan ada juga dari lurah. Satu informan menyatakan sistem pelaporan yaitu dari kepala lingkungan atau rumah sakit atau pasien ke dinas,
satu informan menyatakan sistem pelaporan dari kepling , masyarakat, tiga informan menyatakan bahwa sistem pelaporan dbd hanya ke puskesmas, dua
informan menyatakan bahwa jika terkena dbd tidak ada melopor dan langsung berobat ke rumah sakit.
4.3.9 Pernyataan Tentang Ketepatan Pelaksanaan Fogging
Tabel 4.14
Matriks Pernyataan Tentang Ketepatan Pelaksanaan Fogging Informan
Pernyataan
Informan 1 Sesegera mungkin kita respon, nah apakah tadi meresponnya
tadi kita melalui PE dulu atau memangkita respon dengan fogging, jadi intinya tetap kita respon. Cuman, sebelum
dilakukan fogging ada namanya PE, jangan-jangan anak tadi dapatkan di sekolah, perlu juga di sekolah di PE lagi, mungkin
fogging nya gak hanya di rumah, di sekolah pun perlu di fogging. Mungkin kadang-kadang kasus itu tidak hanya dengan
fogging, mungkin psn nya, mungkin di sekitar rumah itu ban bekas semua.
Informan 2 Kalau misalnya hasil lab indikasi nya demam berdarah, itu
langsung kami koordinasikan dengan dinas kesehatan tapi tidak perlu lama karna kami disini ada petugas nya itulah kerjasama
dengan petugas yang ada dikecamatan . Jadi akan kami lakukan fogging tanpa menunggu lama.
Universitas Sumatera Utara
Informan 3 Kalau ke dinas kita hanya melaporkan saja ada kasus
dikelurahan ini dan untuk pelaksanaan fogging kita yang langsung melakukan, kita survey kalo bagus cuaca langsung
kita lakukan fooging
Informan 4 Ya kalau masyarakat ada yang lapor mereka terkena DBD dan
setelah diperiksa memang positif, puskesmas langsung datang buat fogging.
Informan 5 Kalo foggingnya kadang-kadang sampai 2 hari baru di fogging,
kan soalnya orang itu harus minta lagi ke puskesmas kan gitu. Informan 6
Iyalah. Cuma itu aja permintaan masyarakat. Dia kan 3 kiri 3 kanan muka belakang. Mau nya dia satu gang gitu.tapi
puskesmas kan perintah Cuma gitu, ke rumah aja dia 3 kiri 3 kanan muka belakang
Informan 7 Kebetulan kemarin saat saya terkena DBD saya gak ada
melapor sama kepling atau puskesmas, jadi gak ada dilaksanakan fogging disini.
Informan 8 Gak pernah. Paling adanya itu pas gotong royong tadi.
Nyemprot rumah. Tapi itu bayar bukan dari puskesmas
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, dua informan menyatakan bahwa melaksanakan PE terlebih dahulu dan baru setelah itulangsung di fogging. Tiga
informan menyatakan bahwa saat terjadi dbd puskesmas langsung turun untuk melakukan fogging, satu informan menyatakan setelah dua hari terjadi kasus dbd,
baru di fogging dan dua informan menyatakan bahwa tidak pernah dilakukan fogging.
4.3.10 Pernyataan Tentang Keterlibatan Masyarakat dalam Penanggulangan DBD
Tabel 4.15
Matriks Pernyataan Tentang Bentuk Keterlibatan Masyarakat dalam Penanggulangan DBD
Informan Pernyataan
Informan 1 Ya itu tadi, jadi yang kami harapkan itu tadi pokja-pokja nya
tadi. Pokja itu kan isinya bukan hanya orang kesehatan, ada orang pendidikan, ada dari agama, ada dari pkk, ada dari
remaja. Namanya pokja, kelompok kerja.
Informan 2 Kalau dalam penanggulangan demam berdarah itu dalam arti
kata kesehatan lingkungan. Mereka kita harapkan peran sertanya membersihkan lingkungannya masing-masing dulu,
pekarangan rumahnya aja dulu. Ibaratnya ada botol-botol,
Universitas Sumatera Utara
kaleng bekas itu ditelungkupkan atau dibuang atau dikubur. Itu saja salah satu pencegahannya yang menurut saya itu simple.
Kita gak kita harapkan warga-warga itu tiap hari atau tiap minggu kita suruh mereka buat gotong royong, apa gitu. Kita
harapkan dari tiap-tiap rumah aja dulu. Kan kalau rumah mereka , pekarangan mereka pasti mereka yang jaga. Kalau
tiap-tiap rumah aja udah berhasil melakukan itu, saya rasa demam berdarah itu pasti akan berkurang drastis.
Informan 3 Itu tetap, tapi macam mana mau kita buat kan tanggapan
masyarakat ini seakan-akan cuma kita yang bertanggung jawab untuk kasus dbd ini. Padahal kan sebenarnya ini bukan
tanggung jawab kapus, bukan petugas program dbd nya, bukan dinas, bukan camat, bukan lurah, tapi kita saling terkait jadi
mereka itu kesadarannya kurang itulah saya rasa tanggapan masyarakat
Informan 4 Ada. Aktifnya masyarakat itu tadi tetap menjadi....eeemmm..
pendorongnya dari puskesmas juga dari kita juga mereka kayaknya sepertinya gak bisa berjalan sendiri, aktifnya mereka
dalam suatu kumpulan misalnya ada posyandu nya mereka lah nanti jadi ujung tombak kita, itulah posyandu itukan orang-
orang yang ada disitu.
Informan 5 Sebetulnya ada juga, tapi kan istilahnya orang pun sekarang ini
kan masyarakat nya kurang respon. Masyarakat nya sendiri kurang respon kita, apakan pun kan kadang macemana ya
kurang ditanggapi kerena mereka merasa itu kepentingan masing-masing bukannya kepentingan bersama. Ya intinya
masyarakat sekarang ini lebih banyak bersikap apatis kan gitu, istilahnya kurang pedulilah gak kayak zaman dulu kalo
misalnya ada gotong royong semua masyarakatnya itut aktif. Ya kolo sekarang dimana mana, di desa pun kurang gitu.
Karena saya sendiri tinggal di desa, saya merasakan jauh perubahan yang terjadi.
Informan 6 Kita mengajak masyarakat untuk bergotong royong biasanya,
dan masyarakat juga mau kalau kita ajak untuk gotong royong, ntah itu bersihkan got, selokan-selokan.
Informan 7 Biasanya itu ada gotong royong, tapi itu juga jarang kali. Kalau
ada banjir baru gotong royong. Aaaah.. gotong royong itu tunggal. Ada yang mau lagi rajin bersihkan sendiri
Informan 8 Dari kepling disini biasanya mengajak masyarakat melakukan
gotong royong setiap sebulan sekali. Itu biasanya mengumpulin sampah, membersihkan selokan, semualah. Semua masyarakat
ikut. yaa..setidaknya kita harus meluangkan waktu juga lah sedikit
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat, satu informan menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan dbd diharapkan dalam pokja-pokja
dbd. Satu informan menyatakan bahwa keterlibatan masyarakat diharapkan dari menjaga kebersihan lingkungan masing-masing, dua informan menyatakan bahwa
masyarakat menganggap dbd hanya tanggung jawab petugas kesehatan, satu informan menyatakan bahwa aktifnya masyarakat tergantung dari puskesmas, tiga
informan mengatakan keterlibatan masyarakat yaitu dalam hal gotong royong.
Universitas Sumatera Utara
52
BAB V PEMBAHASAN
Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen organisasi. Kelancaran mekanisme
prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama
komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara komponen-komponen tersebut. Menurut Handayaningrat 1991, koordinasi dalam
proses manajemen dapat diukur melalui lima indikator, yaitu 1Kesadaran pentingnya koordinasi, 2Kesepakatan, komitmen dan intensif, 3 komunikasi,
4Kontinuitas Perencanaan, 5Kompetensi Partisipan.
5.1 Kesadaran Pentingnya Koordinasi