sekolah. Sehingga tau dimana saja tempat yang akan di fogging. Fogging tersebut dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu untuk memastikan bahwa nyamuk dewasa
dan telur nyamuk tersebut benar-benar sudah hilang. Dalam penelitian ini sudah benar yang dilakukan oleh petugas puskesmas, bahwa sebelum dilaksanakannya
fogging harus terlebih dahulu dilaksanakannya penyelidikan epidemiologi.. Berdasarkan yang telah dipaparkan di atas, setiap ada kasus DBD yang
dilaporkan baik dari masyarakat ke kepala lingkungan, kepala lingkungan ke puskesmas ataupun puskesmas ke dinas kesehatan, sudah mendapat respon yang
baik. Namun menurut pernyataan salah satu informan menyatakan bahwa belum pernah ada petugas puskesmas yang datang untuk melaksanakan fogging atau
melakukan pemantauan jentik nyamuk dbd.
5.5 Kompetensi Partisipan
Kompetensi partisipan adalah adanya pihak-pihak yang berwenang yang terlibat dan mengawasi jalannya koordinasi. Dalam hal ini camat ialah pihak yang
harus terlibat dalam menangani kasus DBD. Camat bertanggungjawab di kecamatan dibantu oleh dinas-dinas lain, sektor kesehatan merupakan pembantu
camat. Jadi jika ada kasus dbd maka dilapor ke camat dan camat akan mengundang sektor terkait misalnya dinas pendidikan, tokoh agama, pu, tokoh masyarakat.
Setelah itu akan dilaksanakan koordinasi, camat memberi tahu bahwa apa saja peranan dari dinas pendidikan, tokoh agama, pu, tokoh masyarakat dalam
menangani kasus dbd tersebut. Selain itu dalam menangani kasus dbd, dibentuk juga kader jumantik yang
di angkat dari masyarakat dan dilatih untuk mengerti bagaimana cara pencehagan
Universitas Sumatera Utara
DBD dan bagaimana cara menanggulangi jika ada kasus DBD. Namun saat ditanyakan bagaimana keberadaan kader jumantik di masyarakat, salah satu
informan mengatakan bahwa sudah tidak ada lagi kader jumantik. Padahal penanggulangan kasus DBD, tentu saja diperlukan peran serta dari
semua pihak, termasuk masyarakat. Peran serta dari masyarakat juga sangat berpengaruh dalam mengurangi jumlah kasus DBD salah satunya dengan cara
mengangkat kader jumantik. Program penanggulangan DBD yang dilakukan oleh puskesmas salah satunya ialah PSN. PSN merupakan cara pemberantasan yang
lebih aman, murah dan sederhana, walaupun cara ini sangat tergantung pada peran serta masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian, koordinasi dalam penanggulangan DBD masih
belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari : a.
Kesadaran akan pentingnya koordinasi dalam menanggulangi kasus DBD belum dimiliki oleh semua pihak, masih ada yang beranggapan
bahwa kasus DBD hanya tanggungjawab petugas kesehatan saja. Selain itu petugas kesehatan juga belum maksimal dalam hal promkes dan
belum menganggap masyarakat adalah bagian dari mereka. b.
Kesepakatan dan komitmen memang sudah ada dalam menanggulangi kasus DBD, namun masih saja ada yang tidak menjalankan
tanggungjawabnya masing-masing dalam menanggulangi kasus DBD. c.
Komunikasi yang dilakukan antara pimpinan dan bawahan sudah cukup baik, tetapi komunikasi yang dilakukan dengan masyarakat masih saja
kurang. d.
Kontinuitas perencanaan yang dilakukan masih kurang, walaupun dilihat dari respon yang dilakukan saat dilaporkan adanya kasus DBD
sudah baik. Namun ada juga msyarakat yang mengatakan bahwa belum pernah petugas puskesmas datang melaksanakan fogging saat beliau
terkena DBD. e.
Kompetensi partisipan dalam penanggulangan DBD masih kurang. Dilihat dari tidak aktifnya lagi kader jumantik.
Universitas Sumatera Utara
2. Kegiatan yang dilakukan untuk menanggulangi DBD belum menjadi
program rutin dari puskesmas dan kelurahan.
6.2 Saran