Kesadaran Pentingnya Koordinasi Pertanyaan a. Kesadaran pentingnya koordinasi

52

BAB V PEMBAHASAN

Koordinasi merupakan usaha untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama di antara komponen-komponen tersebut. Menurut Handayaningrat 1991, koordinasi dalam proses manajemen dapat diukur melalui lima indikator, yaitu 1Kesadaran pentingnya koordinasi, 2Kesepakatan, komitmen dan intensif, 3 komunikasi, 4Kontinuitas Perencanaan, 5Kompetensi Partisipan.

5.1 Kesadaran Pentingnya Koordinasi

Permasalahan DBD tidak dapat ditangani oleh petugas kesehatan saja, melainkan semua pihak harus ikut serta dalam upaya penurunan kasus DBD. Setiap pihak terkait wajib memahami pentingnya dari sebuah koordinasi agar dapat bertanggungjawab dalam menjalankan tugasnya. Menurut Handayaningrat 1991, kesadaran akan pentingnya koordinasi dapat dilihat dari dua aspek yaitu, tingkat pengetahuan pelaksana terhadap koordinasi dan tingkat ketaatan terhadap hasil koordinasi. Dalam penelitian ini, semua informan menyadari bahwa pentingnya koordinasi dalam menanggulangi kasus DBD. Semua pihak-pihak baik itu tokoh agama, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Puskesmas, Kecamatan, Kelurahan, Kepala Lingkungan, pemuda setempat maupun masyarakat sangat berpengaruh dalam hal penurunan kasus DBD. Karena kasus DBD merupakan kasus yang berbasis lingkungan, sehingga dibutuhkan peran serta dari semua pihak. Sama Universitas Sumatera Utara halnya dengan yang dikatakan oleh M.Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes, pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, mengatakan bahwa pemberantasan vektor DBD membutuhkan peran lintas sektoral. Pemerintah, swasta dan masyarakat perlu bersinergi untuk memberantas vektor DBD. Dalam rangka menurunkan kasus DBD, Puskesmas Medan Helvetia telah melakukan beberapa langkah seperti penyuluhan dan melakukan PSN pemberantasan sarang nyamuk. Dalam hal ini pihak Puskesmas juga berkerja sama dengan lurah ataupun kepala lingkungan saat akan melakukan PSN ke rumah- rumah warga. Dari pernyataan salah satu informan sudah terlihat bahwa ada kerjasama yang baik antara petugas puskesmas dengan kepala lingkungan dalam hal pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk yang dapat dilihat bahwa saat akan dilakukannya PSN petugas puskesmas didampingi oleh kepala lingkungan untuk mendatangi rumah-rumah warga. Pentingnya koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat sejalan dengan penelitian Nur 2005 bahwa sosialisasi dan koordinasi kepada tokoh masyarakat sejalan dengan tujuan agar tokoh masyarakat mengetahui dan memahami permasalahan kesehatan yang ada disekitarnya dengan mengetahui dan memahami permasalahan tersebut, mereka dapat mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan ditengah masyarakat. Namun dalam pelaksanaan PSN tersebut masih saja terdapat kendala yaitu ada masyarakat yang menolak saat akan dilakukan PSN di rumahnya. Kurangnya Universitas Sumatera Utara partisipasi masyarakat bukan semata karena salah masyarakat itu sendiri. Melainkan juga diasumsikan karena kurangnya tindakan promotif yang dilakukan petugas puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, kegiatan promotif seperti penyuluhan terlihat kurang maksimal, karena hanya dilakukan di posyandu saja dan juga hanya dilakukan pada saat ada pasien yang berobat ke puskesmas. Apabila penyuluhan hanya dilakukan di posyandu, maka hanya masyarakat yang memiliki anak kecil sajalah yang mendapat pengetahuan mengenai DBD tersebut, sama halnya dengan apabila penyuluhan hanya dilakukan pada pasien yang berobat ke puskesmas, maka hanya pasien yang berobat ke puskesmas sajalah yang mendapat pengetahuan mengenai DBD. Belum maksimalnya tindakan promotif yang diberikan puskesmas kepada masyarakat juga merupakan salah satu bentuk kurangnya koordinasi yang dilakukan puskesmas dengan masyarakat. Hal ini juga berdampak pada belum maksimalnya koordinasi yang dilakukan. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat terlihat bahwa kerjasama sangat diperlukan dalam menurunkan kasus DBD. Masalah kesehatan bukan hanya menjadi tanggungjawab petugas kesehatan saja, namun juga menjadi tanggung jawab bersama. Kasus DBD bisa mengalami penurunan yang drastis jika setiap orang menyadari arti penting kesehatan dan mau sama-sama menjaga kebersihan lingkungan.

5.2 Kesepakatan, Komitmen dan Insentif