Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Ketersediaan Jamban Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Higiene Perorangan

5.1.13. Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Ketersediaan Jamban

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi karakteristik lingkungan tempat tinggal anak usia 0-59 bulan berdasarkan ketersediaan jamban dalam kategori buruk adalah 73,8 dan dalam kategori baik adalah 26,2. Gambar 5.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Ketersediaan Jamban di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa karakteristik tempat tinggal anak berdasarkan ketersediaan jamban dalam kategori buruk lebih besar 73,8 daripada dalam kategori baik 26,2. Ketersediaan jamban dalam kategori buruk yang ditemukan dalam penelitian ini disebabkan jamban yang memang tidak tersedia atau tidak ada. Dengan kata lain, di wilayah penelitian ini masih ditemukan rumah-rumah penduduk yang tidak memiliki jamban. Alasan utama 73,8 26,2 ketersediaan jamban buruk ketersediaan jamban baik Universitas Sumatera Utara yang diungkapkan mengapa tidak memiliki jamban adalah tidak atau belum mempunyai uang yang cukup untuk membuat jamban. Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban penting untuk menjaga lingkunga tetap bersih, sehat, dan tidak berbau, tidak mencemari air yang ada di sekitarnya, tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit diare, kolera, disentri, dan lain-lain. 46 Universitas Sumatera Utara

5.1.14. Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Higiene Perorangan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi karakteristik lingkungan tempat tinggal anak usia 0-59 bulan berdasarkan higiene perorangandalam kategori buruk adalah 38,1 dan dalam kategori baik adalah 61,9. Gambar 5.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Karakteristik Lingkungan Tempat Tinggal Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan Higiene Perorangan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa karakteristik tempat tinggal anak berdasarkan higiene perorangan dalam kategori baik lebih besar 61,9 daripada dalam kategori buruk 38,1. Higiene perorangan adalah perawatan diri sendiri untuk mempertahankan kesehatan. Higieneperorangan lebih banyak dipengaruhi oleh faktor nilai adan praktek individu. Faktor lain adalah budaya, sosial, keluarga, 61,9 38,1 higiene perorangan baik higiene perorangan buruk Universitas Sumatera Utara budaya, dan faktor-faktor individual seperti pengetahuan tentang kesehatan, dan persepsi tentang kebutuhan dan rasa nyaman perorangan. 47 5.2.Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Umur dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-36 bulan adalah 43,5 dan anak usia 37-59 bulan adalah 22,0. Gambar 5.12. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur Anak dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Hasilanalisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,018 p0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulab di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. 0-36 bulan 37-59 bulan diare 43.5 22 tidak diare 56.5 78 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-36 bulan dan 37-59 bulan adalah 1,983CI 95. 1,060-3,708. Hal ini menunjukkan bahwa umur merupakan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Artinya, anak usia 0-36 bulan kemungkinan beresiko mengalami diare 1,9 kali lebih besar dibandingkan anak usia 37-59 bulan. Saat usia 0-36 bulan anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti mandi, buang air kecil atau buang air besar, dan makan. Usia 0-36 bulan dikenal sebagai konsumen pasif, artinya mereka menerima jenis makanan yang diberikan orang tua. Memasuki usia 37-59 bulan anak sudah mulai bisa memilih makanan yang disukai. Anak tidak lagi hanya menerima jenis makanan yang disajikan orang tua, pada umumnya pada usia ini anak cenderung sudah memiliki makanan kesukaan. Berdasarkan hal tersebut dapat kita lihat bahwa pola makan anak usia 0-36 bulan masih lebih dapat dikontrol penuh oleh orang tua dibandingkan dengan pola makan anak usia 37-59 bulan. Namun pada usia 0-36 bulan sistem pencernaan anak masih lebih sensitif dibandingkan dengan sistem pencernaan anak usia 37-59 bulan. Hal ini diasumsikan dapat juga memengaruhi kejadian diare pada anak. 48 Hal lain yang dapat dilihat sebagai faktor penyebab kejadian diare lebih tinggi pada anak usia 0-36 bulan adalah psikiologi perkembangan anak. Pada usia ini anak memiliki cirri khas yang cenderung melakukan gerakan-gerakan yang tidak disadari seperti menggerak-gerakkan kaki dan tangannya, mengedipkan mata, dan memasukkan tangan atau benda-benda lain ke dalam mulut. 49 Universitas Sumatera Utara Hal ini sejalan dengan penelitian Shintamurniwaty 2006 di Kabupaten Semarang dengan desain penelitian case control menunjukkan ada hubungan antara umur dengan kejadian diare p = 0,006 p0,05. 24 5.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang berjenis kelamin laki-laki adalah 46,8 dan anak perempuan adalah 26,6. Gambar 5.13. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Anak dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,018 p0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. laki-laki perempuan diare 46.8 26.6 tidak diare 53.2 73.4 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara Ratio Prevalence diare pada anak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 1,761 CI 95. ,083-2,864. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Artinya, anak usia 0-59 bulan dengan jenis kelamin laki-laki kemungkinan beresiko mengalami diare 1,7 kali lebih besar dibandingkan anak usia 0-59 bulan dengan jenis kelamin perempuan. Dari berbagai penelitian dan literatur yang ada tidak ditemukan adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Dapat diasumsikan bahwa hal ini terjadi karena anak laki-laki pada umumnya lebih aktif dibandingkan dengan anak perempuan sehingga anak laki-laki memiliki peluang lebih banyak untuk terpapar dengan faktor-faktor yang menjadi penyebab diare. 5.2.3. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif adalah 41,2 dan anak yang mendapat ASI Eksklusif adalah 26,8. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.14.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status ASI Eksklusif Anak dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,117 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status ASI Eksklusif anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak ASI Eksklusif dengan yang ASI Eksklusif adalah 0,652 CI 95. 0,370-1,147. Hal ini menunjukkan bahwa status ASI Eksklusif bukan merupakan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulann di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Meskipun demikian proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak mendapat ASI Eksklusif lebih besar 41,2 dibandingkan dengan anak yang mendapat ASI Eksklusif 26,8. tidak ASI Eksklusif ASI Eksklusif diare 63.6 26.8 tidak diare 36.4 73.2 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara ASI Eksklusif adalah pemberian ASI air susu ibu sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai anak berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan baru anak diperkenalkan dengan makanan lain. Jumlah komposisi ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan anak apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai berumur 6 bulan. Pada saat usia 6 bulan sistem pencernaan anak mulai matur. Jaringan pada usus halus anak pada umumnya seperti saringan pasir, pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein atau pun kuman langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus anak ini baru akan tertutup rapat setelah anak berusia 6 bulan. Dengan demikian, usus anak setelah berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi atau pun kuman yang masuk. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI Eksklusif jauh lebih sehat dari yang mendapat ASI hanya sampai 4 bulan dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil. 27 Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Rahmadhani di Puskesmas Kuranji Kota Padang dengan desain case control dimana nilai p = 0,001 p0,05 menunjukkan ada hubungan yang bermkna antara status ASI Eksklusfi dengan kejadian diare. 28 Universitas Sumatera Utara 5.2.4. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak mendapat imunisasi lengkap adalah 63,6 dan pada anak yang mendapat imunisasi lengkap adalah 33,9. Gambar 5.15. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Imunisasi Anak dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,97 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak imunisasi lengkap dengan yang imunisasi lengkap adalah 0,533 CI 95. 0,319-0,891. Hal ini menunjukkan bahwa status imunisasi bukan merupakan sebagai faktor risiko status imunisasi tidak lengkap status imunisasi lengkap diare 63.6 33.9 tidak diare 36.4 66.1 10 20 30 40 50 60 70 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara kejadian diare pada anak usia 0-59 bulann di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Meskipun demikian proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan yang tidak imunisasi lengkap lebih besar 63,6 dibandingkan dengan anak yang mendapat imunisasi lengkap 33,9. Salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada terjadinya penyakit diare adalah status imunisasi. 2 Dalam penelitian ini sebagian besar anak telah mendapat imunisai lengkap 91,3. Anak yang tidak mendapat imunisasi lengkap 8,7 disebabkan karena ibu lupa jadwal imunisasi, letak posyandu yang terlalu jauh, dan ibu takut karena anak sebelumnya mengalami kejang dan demam tinggi setelah diimunisasi. Hasil penelitian Amin Rahman Hardi, dkk 2012 di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian diare pada anak dimana nilai p = 0,038 p0,05. 50 5.2.5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang memiliki status gizi tidak baik adalah 50,0 dan pada anak yang memiliki status gizi baik adalah 34,0. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.16.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Gizi Anak dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,172 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara status gizi anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan yang memiliki gizi tidak baik dengan yang memiliki gizi baik adalah 1,472CI 95. 0,882-2,458. Hal ini menunjukkan bahwa status gizi bukan merupakan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulann di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Meskipun demikian proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan yang memiliki status gizi tidak baik lebih besar 50,0 dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik 34,0. status gizi tidak baik status gizi baik diare 50 34 tidak diare 50 66 10 20 30 40 50 60 70 P ropor si K ej adi an D iar e Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini didapatkan bahwa proporsi anak yang memiliki gizi lebih yaitu 4,0, gizi normal 83,3, gizi kurang 10,3, dan gizi buruk 2,4. Gizi buruk yang didapatkan pada penelitian ini terjadi pada anak yang memang sejak lahir sudah mengalami kelaianan, misalnya berat badan lahir rendah BBLR dan mengalami pertumbuhan yang tidak normal. Pengetahuan ibu yang kurang akan pentingnya pemeliharaan atau memperhatika pola konsumsi anak diasumsikan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi kurang pada anak dalam penelitian ini. Keadaan gizi yang tidak baik muncul sebagai faktor yang penting untuk terjadinya suatu infeksi. Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering sering dan semakin berat diare yang dideritanya. 12 Hasil penelitian Sintamurniwaty di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang tahun 2006 dengan desain case control menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermkana antara status gizi dengan kejadian diare pada balita dengan nilai p= 0,001 p0,05. 24 5.2.6. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang pendidikan ibunya rendah adalah 37,9 dan pada anak yang pendidikan ibunya tinggi adalah 35,3. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.17.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,759 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengn kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak denga kategori ibu pendidikan rendah dengan pendidikan tinggi adalah 1,075 CI 95. 0,678-1,753. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Pendidikan yang tinggi akan berdampak pada pengetahuan seseorang. Demikian halnya dengan tingkat pendidikan ibu akan berpengaruh pada seberapa besar tingkat pengetahuan ibu tentang kejadian diare pada anaknya. Ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kemungkinan besar juga memiliki tingkat pendidikan rendah pendidikan tinggi diare 37.9 35.3 tidak diare 62.1 64.7 10 20 30 40 50 60 70 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara pengetahuan yang tinggi tentang kejadian diare. Pada penelitian ini didaptkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Seorang ibu bisa saja memiliki tingkat pendidikan atau pengetahuan yang tinggi namun belum tentu ibu tersebut memiliki pola perilaku yang sama dengan tingkat pendidikan atau pengetahuannya. Dalam penelitian ini dapat diasumsikan walaupun ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan tetapi memiliki pola perilkau yang sama terhadap kesehatan dan memiliki fasilitas lingkungan hidup dalam keadaan buruk tetap saja anak memiliki resiko untuk mengalami diare. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Amin Rahman Hardi, dkk 2012 di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak dimana nilai p = 0,04 p0,05. 39 Universitas Sumatera Utara 5.2.7. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan yang ibunya tidak bekerja adalah 0 dan pada anak yang ibunya bekerja adalah 37,7. Gambar 5.18. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,296 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence tidak diare pada anak usia 0-59 bulan dengan ibu bekerja dan ibu tidak bekerja adalah 0,623 CI 95. 0,543-0,715. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan ibu bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0- 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. bekerja tidak bekerja diare 37.7 tidak diare 62.3 100 20 40 60 80 100 120 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini sebagain besar ibu anak bekerja 96,8, hanya sebagian kecil saja yang tidak bekerjaibu rumah tangga 3,2. Ibu yang bekerja pada umumnya selalu membawa anaknya ke tempat dimana mereka bekerja sehingga anak tetap dalam pengawasan ibu baik dari segi pola makannya atau pun lingkunga bermainnya. Sementara ibu yang bekerja yang tidak dapat membawa anaknya ke tempat kerja mereka biasanya menitipkan anaknya kepada keluarga seperti nenek sehingga anak tetap dalam pengawasan. Dari 3,2 ibu yang tidak bekerja, didapati bahwa anaknya tidak mengalami diare selama satu bulan terakhir. Hal ini dapat diasumsikan bahwa ibu yang tidak bekerja akan memiliki waktu lebih banyak untuk merawat atau mengasuh anaknya di rumah. Hal ini sejalan dengan penelitian Amin Rahman Hardi, dkk 2012 di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah dengan desain cross sectional menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan kejadian diare pada anak dimana nilai p = 0,47 p0,05. 50 Universitas Sumatera Utara 5.2.8. Hubungan Pengelolaan Sampah dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan pengelolaan sampah dalam kategori buruk adalah 38,8 dan pada anak dengan pengelolaan sampah dalam kategori baik adalah 32,6. Gambar 5.19.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pegelolaan Sampah dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,491 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan dengan pengelolaan sampah dalam kategori buruk dengan pengelolaan sampah dalam kategori baik adalah 1,188 CI 95. 0,722-1,956. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan pengelolaan sampah buruk pengelolaan sampah baik diare 38.8 32.6 tidak diare 61.2 72.4 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara sampah bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Pencapian Visi Indonesia Sehat ditentukan oleh Visi Pembangunan Kesehatan tiap provinsi yaitu Provinsi Sehat. Ada 16 indikator pencapaian Provinsi Sehat, salah satunya adalah membuang sampah pada tempat yang disediakanmemiliki pengelolaan sampah yang baik. Banyak penyakit yang ditularkan karena cara-cara atau pengelolaan sampah yang buruk. Rendahnya mutu pengelolaan sampah merupakan keadaan yang potensial untuk menjadi sumber penularan penyakit diare. 51 Akan tetapi dalam penelitian ini pengelolaan sampah tidak berhubungan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan. Hal ini diasumsikan bahwa anak usia 0-59 bulan yang terkena diare bukan karena pengelolaan sampah yang buruk. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Marylin Junias, dkk 2008 di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kota Lima Kota Kupang dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak dengan nilai p = 0,74 p0,05. 32 Universitas Sumatera Utara 5.2.9. Hubungan Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan saluran pembuangan air limbah SPAL dalam kategori buruk adalah 42,9 dan pada anak dengan SPAL dalam kategori baik adalah 26,5. Gambar 5.20.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Saluran Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh p = 0,064 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara SPAL dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan dengan SPAL dalam kategori buruk dengan anak SPAL dalam kondisi baik adalah 1,615 SPAL buruk SPAL baik diare 42.9 26.5 tidak diare 57.1 73.5 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara CI 95. 0,948-2,751. Hal ini menunjukkan bahwa SPAL bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Meskipun demikian dapat dilihat bahwa proporsi kejadian diare pada anak dengan SPAL dalam kategori buruk lebih besar 42,9 dibandingkan dengan pada anak dengan SPAL dalam kategori baik 26,5. Dalam penelitian ini 61,1 anak memiliki SPAL dalam kategori buruk. Ketersediaan SPAL berhubungan juga dengan ketersediaan jamban. Jika tidak memiliki jamban maka keluarga tersebut tidak memiliki SPAL dan ada juga beberapa keluarga yang memiliki jamban namun tidak memiliki SPAL. SPAL yang dimiliki pun belum tentu memenuhi syarat. Pada penelitian ini ada 38,9 anak yang memiliki SPAL dalam kategori baik. Kebanyakan SPAL yang dimiliki oleh warga adalah SPAL yang terbuka. Hasil penelitian Defin Riski Suryani di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tahun 2008 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara SPAL dengan kejadian diare pada anak dengan nilai p = 0,014 p0,05. 34 Universitas Sumatera Utara 5.2.10.Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan penyediaan air bersih dalam kategori buruk adalah 0 dan pada anak dengan penyediaan air bersih dalam kategori baik adalah 37,4. Gambar 5.21. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata . Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh p = 0,299 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalens tidakdiare pada anak usia 0-59 bulan dengan penyediaan air bersih dalam kategori buruk dengan penyediaan air bersih dalam kategori baik penyediaan air bersih buruk penyediaan air bersih baik diare 37.4 tidak diare 100 62.6 20 40 60 80 100 120 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara adalah1,597 CI 95. 1,393-1,831. Hal ini menunjukkan bahwa penyediaan air bersih bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kualitas air bersih yaitu faktor fisik, bakteriologis, dan kimiawi. Dalam penelitian ini hanya dapat dilihat dari faktor fisik saja. Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit 10m dari sumber air. Dalam penelitian ini, sumber air bersih bagi masyarakat berasal dari sumur gali dan dari sumber air alami danau, mata air. Hasil penelitian Septian Bumulo di wilayah kerja Puskesmas Pilodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak balita, dengan nilai p = 0,000 p0,05. 52 Universitas Sumatera Utara 5.2.10. Hubungan Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan denga ketersediaan jamban dalam kategori buruk adalah 38,7 dan pada anak dengan ketersediaan jamban dalam kategori baik adalah 30,3. Gambar 5.22.Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,389 p0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan dengan ketersediaan jamban dalam kategori buruk dan pada anak ketersediaan jamban pada kategori ketersediaan jamban buruk ketersediaan jamban baik diare 38.7 30.3 tidak diare 61.3 69.7 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara baik adalah 1,277 CI 95. 0,717-2,275. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan jamban bukan sebagai faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0- 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Meskipun demikian dapat dilihat bahwa proporsi kejadian diare pada anak dengan ketersediaan jamban dalam kategori buruk lebih besar 38,7 dibandingkan dengan proporsi pada anak dengan ketersediaan jamban dalam kategori baik 30,3. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap penyakit diare. Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik pada jamban memnuhi syarat kesehatan Haryoto, 1983. Dalam penelitian ini 73,8 anak memiliki katersediaan jamban dalam kategori buruk. Sebagain besar dari kategori buruk ini memang tidak memiliki jamban sendiri di rumahnya. Anak yang tidak memiliki jamban di rumahnya biasanya buang air besar di sembarang tempat, misalnya di halaman rumah sehingga diasumsikan bahwa hal ini pun mempercepat penularan beberapa penyakit, salah satunya diare. Hasil penelitian Septian Bumulo di wilayah kerja Puskesmas Pilodaa Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak balita, dengan nilai p = 0,000 p0,05. 52 Universitas Sumatera Utara 5.2.11. Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi diare pada anak usia 0-59 bulan dengan higiene perorangan dalam kategori buruk adalah 47,9 dan pada anak dengan higiene perorangan dalam kategori baik adalah 29,5. Gambar 5.23. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare pada Anak Usia Usia 0-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Berdasarkan hasil analisis statistic dengan uji Chi Square diperoleh nilai p = 0,037 p0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Ratio Prevalence diare pada anak usia 0-59 bulan dengan higiene perorangan dalam kategori buruk dan pada anak dengan higiene perorangan dalam kategori baik adalah 1,625 CI 95.1,034-2,555. Hal ini menunjukkan bahwa higiene perorangan buruk higiene perorangan baik diare 47.9 29.5 tidak diare 52.1 70.5 10 20 30 40 50 60 70 80 P rop or si K ejadi an Diar e Universitas Sumatera Utara higiene perorangan merupakan faktor risiko kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata. Artinya, anak dengan higiene perorangan buruk kemungkinan beresiko mengalami diare 1,6 kali lebih besar dibandingkan anak dengan higiene perorangan baik. . Higiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Tarwoto Wartonah, 2003. Rendahnya cakupan higiene perorangan sering menjadi faktor risiko terjadinya diare. 4 Higiene perorangan yang dinilai dalam penelitian ini adalah perilaku mencuci tangan sebelum makan, setelah buang air besar, ketika menyuapi anak, mencuci peralatan makan anak, menutup makanan yang sudah dimasak, dan menggunting kuku secara teratur. Sebagian besar memiliki higiene perorangan dalam kategori baik 61,9. Proporsi kejadian diare pada anak dengan higiene perorangan dalam kategori buruk lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang memiliki higiene perorangan dalam kategori baik. Hasil penelitian Amin Rahman Rahdi, dkk di wilayah kerja Puskesmas Baranglompo Kecamatan Ujung Tanah tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak balita, dengan nilai p = 0,0548 p0,05. 50 Universitas Sumatera Utara 106 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1.Karakteristik anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada anak yang berumur 0-36 bulan 67,5, jenis kelamin perempuan 50,8, yang tidak ASI Eksklusif 67,5, yang mendapat imunisasi lengkap 91,3, dan yang memiliki status gizi baik 84,1. 6.1.2. Karakteristik ibu anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pendidikan dalam kategori tinggi 54,0 dan status pekerjaan dalam kategori bekerja 96,8. 6.1.3. Karakteristik lingkungan anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 yang lebih banyak terdapat pada pengelolaan sampah dalam kategori buruk 63,5, SPAL dalam kategori buruk 61,1, penyediaan air bersih dalam kategori baik 97,6, ketersediaan jamban dalam kategori buruk 73,8, dan higiene perorangan dalam kategori baik 61,9. 6.1.4. Proporsi kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 adalah 36,5. Universitas Sumatera Utara 6.1.5. Ada hubungan umur dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p = 0,018 6.1.6. Ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,018 6.1.7. Tidak ada hubungan status ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,117 6.1.8. Tidak ada hubungan status imunisasi dengan kejadian diare pada anak usia 0- 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas SimarmataKecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p = 0,097 6.1.9. Tidak ada hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p = 0,172 6.1.10. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p = 0,296 Universitas Sumatera Utara 6.1.11. Tidak ada hubungan pendidikan ibu anak usia 0-59 bulan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p = 0,759 6.1.12. Tidak ada hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,491 6.1.13. Tidak ada hubungan saluran pembuangan air limbah SPAL dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,064 6.1.13.Tidak ada hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,299 6.1.14. Tidak ada hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,389 6.1.15 Ada hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak usia 0-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir tahun 2013 p= 0,037 Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

6 63 130

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis Pada Usia Kerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo.

0 1 19

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 1 18

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 2

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 7

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 1 22

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 2 4

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 41

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018

1 5 10