kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di usus.
2
Menurut penelitian Budiono 2011 tentang Hubungan antara Diare dengan Status Gizi Balita di Dusun Morotanjek dan Perumahan Singhasari Desa
Purwosari Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, tidaka ada hubungan antara kejadian diare dengan status gizi dimana nilai p = 0,063.
30
b.Agent
2
Beberapa penyebab diare dapat dibagi menjadi : 1.
Infeksi a.
Bakteri, seperti : Escherichia coli, Shigella sp , Vibrio cholera. b.
Parasit, seperti : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia. c.
Virus, seperti : Rotavirus , Adenovirus. 2.
Non Infeksi a.
Keracunan makanan : masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh bersama pangan, bahan beracun yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan
atau hewan b.
Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, dan protein c.
Alergi : makanan, susu sapi d.
Immunodefisiensi : AIDS
c. Environment Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
Universitas Sumatera Utara
berakumulasi dengan kuman manusia yang tidak sehat, yaitu melalui makanan dan minuman dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
31
c.1. Pengelolaan sampah Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi padat, cair, dan gas. Secara sederhana sampah dapat dibagi berdasarkan
sifatnya, yaitu sampah organic dan sampah non organic. Sampah organic yaitu sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti dedaunan dan sampah dapur,
sampah ini mudah terurai. Sampah non organic yaitu sampah kering yang tidak dapat terurai.
32
Pengumpulan dan penampungan sampah merupakan rangkaian kegiatan yang termasuk dalam suatu proses pengelolaan sampah. Hal ini
merupakan tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga sebelum pada akhirnya sampah akan diangkut ke tempat pembuangan akhir sampah.
32
Menurut hasil penelitian Oktania Kusmawati, dkk di desa Tegowanu Wetan Kecamatan Tegowanu Grobogan dengan menggunakan desain cross
sectional didaptkan bahwa responden yang memiliki pengelolaan sampah tidak sehat balitanya diare sebanyak 22 orang 84,6, dan yang tidak diare sebanyak 4
15,4. Responden yang memiliki pengelolaan sampah sehat balitanya diare sebanyak 8 orang 38,1 dan yang tidak diare sebanyak 13 orang 61,9. Hasil
uji statistic diperoleh nilai p = 0,003 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare.
33
c.2. Saluran Pembuangan Air Limbah
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Defin Riski Suryani di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tahun 2012 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada
hubungan antara saluran pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada anak balita, dengan nilai p= 0,014.
34
c.3. Penyediaan Air Bersih Menurut penelitian Yeri Kurniawan, dkk di Desa Klopo Sepuluh
Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo tahun 2008 dengan penelitian yang bersifat deskriptif didapatkan bahwa untuk kualitas air minum yang dimasak
terdapat 38 yang mengalami diare dan 62 tidak diare. Sementara untuk kualitas air minum yang tidak dimasak terdapat 55,89 mengalami diare dan
44,11 yang tidak diare.
35
c.4. Ketersediaan Jamban Menurut laporan SDKI 2007 dapat diketahui bahwa persentase diare lebih
rendah pada anak yang tinggal di rumah dengan fasilitas kakus sendiri dibandingkan dengan yang tidak memiliki kakus. Seperti yang diprediksi
prevalensi diare paling tinggi terjadi pada anak yang tinggal di rumah tanpa akses air bersih dan yang memakai fasilitas kakus di sungaikolamdanau. 18,4.
7
c.5. Higiene Perorangan Higiene perorangan atau sering disebut Personal Hygiene adalah upaya
seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperoleh kesejahteraan fisik dan psikologis. Laporan Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi
Saluran Pencernaan mengatakan bahwa KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan hygiene
Universitas Sumatera Utara
perorangan dan sanitasi lingkungan sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare.
4
Menurut penelitian Andriyana Ruchiyat di SD Negeri Babakan Sentral Kota Bandung Jawa Barat tahun 2007 dengan desain penelitian cross sectional
dapat dilihat bahwa dari 31 responden dengan higiene perorangan kurang, terdapat 13 responden 32,5 diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir.
Sedangkan 53 responden dengan higiene perorangan baik, terdapat 27 responden 67,5 diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan uji
hipotesis menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,425, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan kejadian diare. Untuk
mengetahui kekuatan hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian diare dilakukan uji korelasi dan diperoleh hasil bahwa hubungan higiene perorangan
dengan kejadian diare menunjukkan hubungan yang sangat lemah r = 0.025.
36
2.7. Pencegahan Diare