2009 dan 2010. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Depok 2008 angka kesakitan diare mencapai 22,44. Data di Puskesmas Depok Jaya, jumlah kasus
diare sepanjang tahun 2008 mencapai 1.603 kasus
. 22
2.5.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sd 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301 1.000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 1.000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 1.000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 4111.000
penduduk. Kejadian Luar Biasa KLB diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan
jumlah kasus 8.133 orang, kematian 239 orang, CFR 2,94. Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100
orang, CFR 1,74, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4.204 dengan kematian 73 orang, CFR 1,74 .
4
2.6. Determinan Penyakit Diare
3
a. Host Penjamu
Beberapa faktor pada penjamu bisa mempengaruhi terjadinya kejadian diare. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a.1. Umur
Universitas Sumatera Utara
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa diare merupakan penyebab utama kematian pada anak balita. Bila dilihat per kelompok umur diare
tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak balita 1-4 tahun yaitu 16,7.
23
Hasil penelitian Shintamurniwaty di Kabupaten Semarang 2005 dengan jenis penelitian studi observasional dan rancangan kasus kontrol didapatkan
proporsi diare terbanyak pada anak balita dengan kelompok umur 24 bulan 58,68.
24
a.2. Jenis Kelamin Penyakit diare akut lebih sering terjadi pada bayi daripada anak yang lebih
besar. Kejadian akut pada anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
25
Menurut Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Triwulan II 2011 yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, insidensi diare menurut jenis kelamin hampir sama,
yaitu 8,9 pada laki-laki dan 9,1 pada perempuan.
4
Penelitian Hamzah B,dkk 2012 tentang di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo, Makassar dengan desain cross sectional menunjukkan bahwa proporsi diare
berdasarkan jenis kelamin pada balita laki-laki 53,7 lebih tinggi dari pada proporsi diare pada balita perempuan 46,3.
26
a.3. ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah pemberian ASI air susu ibu sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain sekalipun air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai berumur 2 tahun. Bayi yang hanya
Universitas Sumatera Utara
mendapat ASI sampai 6 bulan lebih sehat daripada bayi yang sudah diberikan makanan tambahan sebelum 6 bulan, dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil.
27
Hasil penelitian Eka Putri Rahmadani,dkk 2011 tentang Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare Akut pada Bayi Usia 0-1
Tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang yang menggunakan desain cross sectionalmenunjukkan diare akut lebih sering pada bayi yang tidak mendapat ASI
eksklusif 74,3 dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif 26,5 dengan uji statistik sangat bermakna p0,5. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan
antara pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang.
28
a.4. Status Imunisasi Salah satu faktor risiko yang berpengaruh pada terjadinya penyakit diare
adalah status imunisasi.
2
Hasil penelitian Asny Olyfta 2010 tentang analisis kejadian diare pada anak balita di Keluarahan Tanjung Sari Kecamatan Medan
Selayang yang menggunakan desain cross sectional, menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadia diare dengan nilai p = 0,014.
Artinya tidak mendapatkan imunisasi lengkap merupakan faktor risiko terjadinya diare.
29
a.5. Status Gizi Pada anak dengan malnutrisi, serangan diare terjadi lebih sering dan lebih
lama. Diare merupakan salah satu gambaran klinis yang penting pada kwashiorkor. Semakin buruk keadaan gizi anak, semakin sering dan semakin berat diare yang
dideritanya. Diare dapat terjadi pada keadaan kekurangan gizi, seperti pada
Universitas Sumatera Utara
kwashiorkor, terutama karena gangguan pencernaan dan penyerapan makanan di usus.
2
Menurut penelitian Budiono 2011 tentang Hubungan antara Diare dengan Status Gizi Balita di Dusun Morotanjek dan Perumahan Singhasari Desa
Purwosari Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, tidaka ada hubungan antara kejadian diare dengan status gizi dimana nilai p = 0,063.
30
b.Agent