Pegangan Hidup Yang Disebut Cikapen Silima

saat ini melakukan hubungan seksual di ladang, menurut bapak Abdiman hal itu biasa-biasa saja. Sebab menurutnya catatan sejarah juga pernah menunjukan hal yang serupa, namun bedanya pada saat ini Pasutri melakukan hubungan seksual karena setatusnya sedang berada di pengungsian. Menurut bapak Abdiman ngeseks di ladang juga bukan hanya dilakukan oleh keluarga yang tinggal di Siwalu jabu ataupun pengungsi, tetapi juga dilakukan oleh pengantin baru yang belum Njayo masih tinggal bersama orang tua. Biasanya beberapa pengantin baru yang masih harus tinggal seatap dengan orang tuanya juga akan melakukan hubungan seksual di ladang, karena takut bila melakukannya di rumah akan membuat rasa malu.

3.6. Pegangan Hidup Yang Disebut Cikapen Silima

Masyarakat Karo memiliki pegangan hidup yang disebut “Cikapen SiLima” Lima Pegangan Hidup. Tentu saja terdapat berbagai variasi dari kampung ke kampung mengenai “Cikapen SiLima” ini di Tanah Karo. Namun, tujuannya tetap sama yaitu memberi pegangan hidup kepada sang anak atau anggota masyarakat. Salah satu variasi tersebut adalah Tek man Dibata percaya pada Tuhan, Keteken percaya pada diri sendiri, Kehamaten sopan santun, Megenggeng sabar, dan metenget cermathati-hati. Variasi yang lainnya adalahbujur, nggitnampati, merawa ibas sibujur, megenggeng ibas nggeluh, ola relem-elem yang artinya jujur, mau menolong, berani dalam benar, sabartabah, jangan mendendam Bangun, 1994:hal 139. Masyarakat Karo percaya bahwa kelima margaklan tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda berdasarkan marganya. Sitepu 2006 dalam “Biak-Biak Si Lima Marga” mendeskripsikan perbedaan karakter kelima marga tersebut adalah, pertama, Karo-Karo cerdik Karo-Karo; dikatakan demikian karena Karo-Karo pada umumnya adalah orang yang pintar dan Universitas Sumatera Utara sarjana pertama, tidak heran jika orang-orang berpendidikan tinggi awalnya berasal dari marga ini. Kedua, Ginting Jembua Ginting; Jamin Ginting merupakan salah satu tokoh yang menggambarkan marga ini. Ginting yang terkenal dengan keberaniannya dan jiwa pemimpinnya. Ketiga, SembiringMejeret Sembiring; orang dengan marga Sembiring biasanya agak diplomat, tidak banyak bicara namun memiliki banyak ide yang berguna bagi orang lain. Keempat, Tarigan Perbual Tarigan; Tarigan terkenal dengan kemampuannya dalam mengolah kata-kata, pandai berbicara dan ahli didalam bidang perekonomian. Kelima, Perangin-angin Kecek Perangin- angin; marga Perangin-angin terkenal dengan kemampuannya untuk menghibur hati dengan perkataannya. Demikian juga seperti yang sering dibicarakan dan dipercaya oleh masyarakat Karo yaitu sifat dan tabiat orang Karo disimbolkan dengan kelima jari tangan. Karo-Karo disimbolkan dengan ibu jari dengan sifatnya yang “top”, Ginting disimbolkan dengan jari telunjuk dengan sifatnya sebagai pemimpin, Tarigan yang disimbolkan dengan jari tengah dengan sifatnya yang bijaksana sebagai penengah, Sembiring yang disimbolkan dengan jari manis dengan sifatnya yang “jegir” orang yang sangat mementingkan penampilan tetapi baik sebagai bendahara, dan Perangin-angin yang digambarkan dengan jari kelingking dengan sifatnya yang “metenget” senang menilik, memperhatikan dengan saksamaTarigan, 1994: 124. Kaitan aspek kulturla Cikapen SiLima ini terhadap kehidupan seksual pengungsi erupsi Gunung Sinabung adalah pada Kehamaten sopan santun. Sopan santu merupakan hal yang sangat diutamakan oleh masyarakat Karo, pada masyrakat Karo terdapat kepercayaan bahwa lebih baik tidak memiliki harta daripada tidak memiliki Kehamaten sopan santun. Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang menggunakan bilik asmara dan ketahuan oleh saudaranya ataupun tatangganya di tempat pengungsian akan dianggap tidak memiliki sopan santun, dan lebih buruk daripada segala yang buruk. Maka dalam hal ini masyarakat Karo tidak akan berani dekat-dekat dengan lokasi bilik asmara tersebut. Kemudian aspek berikutnya dalam Cikapen SiLima yang mempengaruhi hubungan seksual pengungsi adalah Megenggeng sabar. Walaupun kebutuhan seksual merupakan sesuatu yang alamiah dan sulit untuk ditahan, namun orang karo harus dituntut bersabar dan menjauhi segala hal yang membuat dirinya celaka atau merugi. Sifat Megenggeng ini bukan hanya sifat sabar ketika menghadapi bencana seperti menjadi korban erupsi Gunung Sinabung. Tetapi, juga bersabar ketika diterpa segala musibah dan harus berusaha untuk keluar dari masalah tersebut.

3.7. Daliken Sitelu