yang menggunakan bilik asmara dan ketahuan oleh saudaranya ataupun tatangganya di tempat pengungsian akan dianggap tidak memiliki sopan santun, dan lebih buruk daripada segala yang
buruk. Maka dalam hal ini masyarakat Karo tidak akan berani dekat-dekat dengan lokasi bilik
asmara tersebut. Kemudian aspek berikutnya dalam Cikapen SiLima yang mempengaruhi hubungan seksual pengungsi adalah Megenggeng sabar. Walaupun kebutuhan seksual
merupakan sesuatu yang alamiah dan sulit untuk ditahan, namun orang karo harus dituntut bersabar dan menjauhi segala hal yang membuat dirinya celaka atau merugi. Sifat Megenggeng
ini bukan hanya sifat sabar ketika menghadapi bencana seperti menjadi korban erupsi Gunung Sinabung. Tetapi, juga bersabar ketika diterpa segala musibah dan harus berusaha untuk keluar
dari masalah tersebut.
3.7. Daliken Sitelu
Dalam mencari nilai-nilai luhur yang dapat mempersatukan manusia yang bersumber dari adat istiadat masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia banyak mempunyai pilihan. Banyaknya
pilihan ini dikarenakan bangsa Indonesia mempunyai banyak suku bangsa, dan tiap suku bangsa memiliki adatnya masing-masing. Di dalam adat ini banyak terkandung variabel-variabel
pendukung adat yang juga masing-masing mempunyai nilai. Nilai-nilai ini mendukung
kelanggengan adat istiadat.
Salah satu variabel pendukung dan penggerak adat istiadat dalam masyarakat Karo adalah daliken si telu. Nilai-nilai yang dominan yang terdapat di dalam daliken si telu ini adalah
nilai gotong royong dan kekerabatan. Secara etimologis daliken si telu berarti tungku yang tiga. daliken = batu tungku, si = yang, telu = tiga. Realita ini menunjuk kepada fungsi batu
Universitas Sumatera Utara
tungku sebagai tempat untuk menyalakan api memasak. Namun ada pula yang mengartikannya
rakut si telu ikatan yang tiga.
Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep nggeluh kelengkapan hidup. Konsep ini tidak hanya dimiliki oleh suku Karo saja, tetapi juga dimiliki oleh suku Batak dengan
nama yang berbeda. Dalam Batak Toba dan Mandailing dikenal istilah dalihan na tolu, dalam masyarakat NTT dikenal lika telo Wirateja, 1985.Unsur daliken si telu atau rakut si telu atau
sangkep nggeluh adalah kalimbubu Karo hula-hula Toba mora Mandailing dan Angkola todongSimalungun,
sembuyaksenina Karo
dongan sabutuha Toba
kahanggi Mandailing\dan Angkola Sanina Simalungun, dan anakberu Karo boru Toba, Mandailing
dan Angkola anak boru Simalungun.Daliken si telu ini merupakan alat pemersatu masyarakat Karo, sekaligus dapat mengikat atau terikat kepada hubungan perkerabatan yang sekaligus pula
sebagai dasar gotong royong, dan saling hormat menghormati, maka di dalam segenap aspek kehidupan masyarakat Karo, daliken si telu ini sangat berperan penting, dia merupakan dasar
bagi sistem kekerabatan dan menjadi landasan untuk semua kegiatan yang bertalian dengan
pelaksanaan adat dan juga interaksi dengan sesama masyarakat Karo.
Hal ini maka setiap individu Karo terikat kepada daliken si telu. Melalui daliken si telu semua masyarakat Karo saling berkerabat, kalau tidak berkerabat karena hubungan darah,
berkerabat karena hubungan klen. Jadi daliken si telu adalah landasan sistem kekerabatan dan menjadi landasan bagi semua kegiatan, khususnya kegiatan yang bertalian dengan pelaksanaan
adat istiadat dan interaksi antar sesama masyarakat Karo. Daliken si telu ini didukung oleh tiga aktor yang dikenal dengan kalimbubu, sembuyaksenina, dan anakberu.Atau dengan bahasa lain,
daliken si telu adalah suatu jaringan kerja sosial-budaya yang bersifat gotong royong dan
kebersamaan yang terdapat pada masyarakat Karo.
Universitas Sumatera Utara
Aspek sistem kekerabatan dalam daliken si telu dapat dilihat berdasarkan unsur pendukung daliken si telu itu yaitu kalimbubu, seninasembuyak dan anakberu. Sebagai sistem
kekerabatan, sifatnya terbuka. Kedudukan seseorang, sebagai anakberu, atau kalimbubu, atau
senina sembuyak, bergantung kepada situasi dan kondisi.
Sistem kekerabatan seperti bersifat sangat demokratis. Berdasarkan fungsinya, kalimbubu dalam struktur daliken si telu adalah sebagai pemegang keadilan dan kehormatan, ini
diumpamakan sebagai badan legislatif, pembuat undang-undang, atau sebagai dewan pertimbangan agung, yang siap memberikan saran kalau diminta. Saran yang diberikannya,
walaupun dia dekat dengan salah seorang dari yang meminta saran, sarannya tetap bersifat obyektif konstruktif. Hal ini maka pihak kalimbubu disebut juga Dibata Ni Idah Tuhan
yang Kelihatan.
Senina atau sembuyak ini diumpamakan sebagai eksekutif,kekuasaan pemerintahan. Mereka bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak sembuyaknya, baik ke dalam
maupun keluar, dan bila perlu mengadopsi anak yatim piatu dari saudara yang sesubklen. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara
kandung. Sesubklen sama dengan saudara kandung. Sedangkan anakberu diumpamakan sebagai badan yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena
bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, anakberu menjadi juru pendamaibagi perselisihan yang ada.
Dengan gambaran dari daliken sitelu ini maka kita dapat pahami mengapa para pasutri di tempat pengungsian di Universitas Quality Karo sangat menjaga jarak dengan bilik asmara.
Seperti bapak Darwis Sitepu yang merupakan anak pertama laki-laki di keluarganya, adik- adiknya yang juga telah menikah juga tinggal di tempat pengungsian yang sama dengannya.
Universitas Sumatera Utara
Tingginya harkat martabat anak laki-laki pertama di masyarakat Karo membuat bapak Darwis Sitepu harus menjaga harkat dan martabat keluarganya dalam hal ini yang tergabung dalam
daliken sitelu. Tidak dapat bisa dibayangkan apabila bapak Darwis Sitepu yang merupakan anak
pertama dan anak laki-laki yang memimpin keluarga besarnya masuk ke dalam bilik asmara. Tentu adik-adiknya yang masuk dalam kelompok senina akan merasa malu, karena perbuatan
Darwis tersebut sangat lah memalukan. Pihak adik-adik dari Darwis Sitepu juga harus melakukan yang sama, seorang adik juga harus menjaga kehormatan keluarganya.
Hal ini juga lah yang terjadi pada ibu Megaa dimana dirinya merupakan anak terkecil dari tiga bersaudara. Ibu Mega merupakan anak ketiga, dirinya memiliki abang dan juga kakak yang
juga sudah menikah. Rasa tanggungjawab untuk menjaga harkat dan martabat keluarga ditanamkan dalam-dalam oleh ibu Mega. Dirinya tidak mau masuk ke bilik asmara karena takut
akan membuat malu pihak keluarganya dalam hal ini Kalimbubu, Senina dan anakberu. Ibu Mega memiliki kewajiban yang sama dengan abang dan kakaknya untuk menjaga harga diri
keluarga dengan menjauhi bilik asmara tersebut.
BAB IV ADAPTASI KEHIDUPAN SEKSUAL PENGUNGSI SINABUNG
4.1. Dampak Stres Terhadap Hasrat Seksual Pasutri Di Pengungsian
Gangguan hasratkeinginan seksual SDD pada pria dapat diakibatkan oleh yang berhubungan dengan libido. Gangguan hasrat seksual ini dapat disebabkan karena faktor usia.
Universitas Sumatera Utara