Terkait dengan kegiatan pemenuhan Kebutuhan Seksual di pengungsian, Darwis Sitepu mengatakan bahwa Pasutri tidak mengalami banyak masalah. Hal ini dikarenakan kegiatan
pemenuhan kebutuhan sesksual merupakan urusan masing-masing Pasutri.
3.2.1. Pergi Ke Tempat Penginapan
Pasutri di Pengungsian biasanya melakukan hubungan seksual di tempat-tempat penginapan seperti Bungalow, Losmen ataupun Hotel Melati. Masing-masing pasutri biasanya
melakukan hubungan seksual di luar tempat pengungsian karena kondisi tempat pengungsian yang tidak memungkinkan. Tempat pengungsian terlalu ramai dengan pengungsi lainnya,
sehingga banyak pasutri yang merasa tidak nyaman ketika ingin melakukan hubungan seksual. Terlebih lagi urusan pemenuhan kebutuhan seksual merupakan urusan sensitif bagi masyarakat
Karo. Darwis Sitepu sendiri juga melakukan hubungan seksual di tempat penginapan. Waktu
masing-masing Pasutri melakukan hubungan seksual juga tidak tentu, untuk dirinya sendiri Darwis Sitepu mengaku dirinya paling banyak melakukan hubungan seksual sekali seminggu.
Hal ini dikarenakan untuk melakukan hubungan seksual tentu harus mengeluarkan uang juga untuk menyewa tempat penginapan. Sementara kondisi perekonomian para pengungsi dalam
kondisi yang kekurangan.
Foto 6 : Salah Satu Penginapan Yang Sering Digunakan Oleh Pengungsi Untuk Melakukan Hubungan Seksual
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Peneliti. 2016 Kendala keuangan yang dihadapi oleh pengungsi ini memunculkan pertanyaan dari
peneliti, yaitu apakah pada saat menyewa tempat penginapan tersebut Pasutri mendapatkan potongan harga. Namun, ternyata jawaban dari Darwis Sitepu sangat sederhana yaitu :
“ . . .enggak ada dikasih potongan harga. Karena kan kami enggak ngasi tau sama pihak penginapan kalau kami mau berhubungan intim. Walaupun aku pigi sama
istriku, ya enggak mungkin aku minta potongan harga karena aku mau berhubungan intim sama isteriku . . .”
Menurut Darwis Sitepu semua Pasutri yang menyewa tempat penginapan juga melakukan hal yang sama dengan dirinya. Menurut Darwis Sitepu hal ini terjadi karena rasa malu yang
tinggi dari orang Karo. Sebagaimana yang diketahui, para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung hampir seluruhnya merupakan orang Karo. Walaupun kondisi perekonomian yang
Universitas Sumatera Utara
dialami oleh Pasutri di pengungsian sedang dalam kesusahan, namun itu tidak membuat mereka merendahkan harga diri mereka dengan meminta potongan harga penyewaan kamar.
Terkadang, karena hampir semua Pasutri selalu pergi ketempat penginapan untuk melakukan hubungan seksual, tidak jarang sesama pengungsi bertemu di tempat penginapan.
Pasutri yang bertemu dengan Pasutri lain ditempat penginapan memunculkan rasa malu diantara masing-masing pasutri. walaupun ini tidak diungkapkan oleh para pasutri ketika berjumpa,
namun rasa malu itu secara otomatis tertanam pada diri masing-masing Pasutri. Bahkan untuk bertegur sapa saja pun tidak akan dilakukan oleh masing-masing Pasutri ketika berpapasan
dengan Pasutri lain di tempat penginapan karena rasa malu yang sangat besar. Ketika Pasutri tersebut kembali lagi ke tempat pengungsian dan bertemu dengan Pasutri
lain yang dijumpainya di tempat penginapan, masing-masing Pasutri tidak akan mau membicarakan pertemuan mereka tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kesimpulan dikalangan
Pasutri pengungsi, bahwa bila ada Pasutri yang pergi ke tempat penginapan maka hal tersebut sudah pasti untuk melakukan hubungan seksual. Maka sangat pantang bila kedua Pasutri tersebut
membahas perjumpaan mereka di tempat penginapan. Karena ditakutkan apabila dibahas oleh Pasutri tersebut, akan ada orang lain yang mendengarnya. Sehingga dapat memunculkan gossip
yang tidak enak dikalangan pengungsi. Senada dengan bapak Darwis Sitepu, ibu Mega juga melakukan hubungan seksual di
tempat penginapan. Ibu Mega dan suaminya melakukan atau pergi ke penginapan tidak memiliki waktu yang tetap. Namun, ibu Mega mengaku bahwa dirinya memang terpaksa harus pergi ke
penginapan untuk melakukan hubungan seks dengan suaminya. Karena takut, bila melakukannya di tempat pengungsian akan ketahuan pengungsi lainnya dan sudah pasti akan menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
masalah dan menimbulkan malu. Untuk ibu Mega dan Suaminya, dirinya mengaku paling banyak melakukan hubungan seksual dua kali seminggu. Faktor ekonomi juga menjadi salah
satu pertimbangan mereka untuk pergi ke penginapan. Hal ini dikarenakan untuk melakukan hubungan seksual di tempat penginapan harus mengeluarkan uang untuk menyewa kamar di
tempat penginapan. Sementara dengan kondisi ekonomi keluarganya yang saat ini sangat terpuruk, ibu Mega dan suaminya akhir-akhir ini juga mulai mengurangi intensitas hubungan
seksualnya. Sama seperti bapak Darwis Sitepu, peneliti juga menanyakan hal yang sama kepada ibu
Mega mengenai, apakah pada saat menyewa tempat penginapan tersebut Pasutri mendapatkan potongan harga. Jawaban dari ibu Mega adalah seperti berikut :
“ . . .ya enggak ada lah, mana mungkin kita mau melakukan hubungan suami isteri kita ngomong ke penjaga penginapannya untuk minta diskon karena kita
pengungsi. Kalau pun kita pengungsi dek, kita enggak mau ngumbar-ngumbar itu supaya di kasihani. Orang Karo mana mau minta belas kasih kayak gitu, harga
diriku sama suamiku mau dikemanakan ? jadi kalau masalah diskon atau minta potongan harga itu enggak ada itu. Mau udah kepengen kali pun dia, tapi enggak
ada uangnya tetap dia enggak akan mau ngejual harga dirinya. Itu lah dek orang Karo . . .”
Menurut ibu Mega beberapa Pasutri yang menyewa tempat penginapan juga melakukan hal yang sama dengan dirinya. Hal ini diketahui ibu Mega ketika berbincang-bincang dengan
sesama ibu-ibu di pengungsian. Semua hal tersebut didasari satu hal, yaitu karena rasa malu yang tinggi dari para pengungsi yang merupakan orang Karo.
Menurut ibu Mega hampir semua Pasutri selalu pergi ke tempat penginapan untuk melakukan hubungan seksual, namun ibu Mega dan suaminya tidak pernah bertemu dengan
Universitas Sumatera Utara
sesama pengungsi di tempat penginapan. Menurut ibu Mega, bila ada pasutri yang bertemu di tempat penginapan pasti masing-masing merasa sangat malu.
3.2.2. Berhubungan Seks Di Kebun