BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari  uraian pada bab-bab terdahulu penulis menyimpulkan  bahwa  sarune dalam kebudayaan musikal  Pakpak adalah alat musik jenis tiup sisempulen
klasifikasi aerophones yang dalam penyajiannya dapat dimainkan secara tunggal maupun secara ensemble. Dari kedua kelompok tersebut, maka alat ini oleh
masyarakat  Pakpak  dikelompokkan ke dalam oning-oning  instrument tunggal dan gotci ensembel instrumen.
Sebagai  instrumen  tunggal alat musik ini pada awalnya digunakan untuk menghibur diri pemainnya maupun orang lain yang dilanda kesusahan serta
sebagai alat untuk merayu gadis melalui bunyi melodis yang dihasilkannya. Sebagai alat untuk merayu gadis, pada instrumen sarune biasanya diberi pitunang
keci-keci memperkas. Penggunaan  sarune  sebagai alat untuk pitunang  haruslah melalui proses
magis dalam pembuatannya. Artinya, hanya sarune  yang dibuat secara magislah yang dapat digunakan untuk pitunang.
Perkembangan pemakaian sarune  ke dalam bentuk ansambel berlangsung hingga tahun 1925. Namun setelah tahun tersebut secara  kuantitas instrumen  ini
sudah mulai jarang digunakan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kesulitan dalam memainkannya yang mengakibatkan minat generasi muda sangat kurang untuk
mempelajarinya. Demikian pula dalam proses pembuatannya yang cukup sulit
Universitas Sumatera Utara
serta memakan waktu yang cukup  lama menjadi salah satu faktor penyebab alat musik ini mulai dilupakan. Kemungkinan lainnya ialah keberadaan instrumen tiup
lobat, dimana alat ini mempunyai nada yang sama dengan sarune. Oleh sebab itu, dalam penyajiannya sebagai alat instrumen solo, masyarakat Pakpak lebih banyak
menggunakan lobat dibandingkan dengan sarune. Dalam hal tehnik memainkannya pun alat tiup lobat  ini jauh lebih mudah dan praktis jika
dibandingkan dengan sarune. Pada awal pembuatannya, sarune  Pakpak pertama kali dapat dilakukan
dalam durasi waktu yang lama dari tahap awal pembuatan hingga penyelesaiannya  untuk satu buah sarune. Hal yang pertama dilakukan  untuk
membuat  sarune  adalah pemilihan bahan kayu yang sesuai. Setelah kayu ditemukan diadakanlah upacara ritual untuk menebang pohon  tersebut,  demikian
juga untuk membawanya ke kampung, dimana tempat  alat  musik  ini dibuat, selanjutnya dalam pembentukan badan sarune  dimulai dengan membuat lubang
saluran udara melalui bagian tengah kayu dimana empulur unong terdapat. Kemudian, dibuatlah lobang nada sebanyak enam buah yang dalam
pembuatannya harus sesuai dengan upacara ritual yang dikaitkan dengan kejadian- kejadian tertentu dalam kehidupan kemasyarakaran dan suara-suara hewan
peliharaan penduduk  dijelaskan di bab III,  halaman 30. Berdasarkan kenyataan inilah sehingga dalam proses pembuatan sarune tidak dapat ditentukan kecepatan
waktunya. Setelah pembuatan lobang nada selesai dikerjakan, tahapan selanjutnya ialah
pembuatan batang sarune, lidah sarune,  kambung baba  penahan mulut
Universitas Sumatera Utara
sitongkohi  lobang saluran udara penghubung reed dan badan sarune serta sangar-sangar lobang resonator. Selanjutnya kelima bagian ini di sambung satu
sama lain menurut tempatnya, sehingga sarune dapat dimainkan. Namun beberapa tahun belakangan ini, pembuatan sarune  tidak dilakukan
lagi dengan menggunakan upacara ritual, hal ini dikarenakan masuknya agama Kristen dan Islam ke tanah Pakpak. Pembuatan sarune  sudah dapat dilakukan
dalam waktu yang singkat. Untuk  memainkan  sarune  Pakpak,  diperlukan satu tehnik khusus yang
disebut pulih nama, yaitu satu tehnik meniup secara terus-menerus tanpa berhenti. Selain itu untuk memproduksi nada  melalui tiupan diperlukan sistem  penjarian
pada lobang nada dengan cara membuka dan menutup lobang sesuai nada yang diinginkan. Akan tetapi permainan sarune  yang baik juga harus didukung oleh
permainan lidah untuk mengatur ritmik dari suatu lagu. Dengan demikian, seorang persarune  pemain  sarune sudah dapat dikatakan baik apabila telah menguasai
ketiga  unsur  di atas. Namun demikian, menurut para persarune  pemain  sarune permainan  yang baik haruslah mendalami dan menjiwai lagu yang akan
dimainkannya. Dengan demikian, lagu yang dimainkan  tidak hanya sebatas melodi saja, akan tetapi didalamnya akan terdapat unsur keindahan dan
kemerduan ndalme, mlungun yang dapat membawa pendengarnya pada suatu suasana tertentu.
Berdasarkan bunyi yang dihasilkan oleh sarune  maka nada-nada yang diproduksi umumnya mempunyai jarak interval 12, 1, dan 2 laras. Dalam hal ini,
nada-nada yang dihasilkan oleh sarune yang penulis teliti adalah Des – Es – F –
Universitas Sumatera Utara
Ges – As – C. Namun perlu diketahui bahwa nada-nada tersebut di atas bukanlah nada-nada yang baku untuk semua jenis sarune Pakpak.
5.2 Saran