juga dengan istilah Sulang si lima. Sulang si lima ini direalisasikan dengan cara pembagian jukut, yaitu daging kerbau atau lembu atau hewan kurban lainnya yang
telah dipotong-potong sesuai dengan konteks penyembelihan dalam upacara adat. Pembagian daging ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan
pihak kesukuten, yaitu pihak yang melaksanakan upacara. Puang akan menerima bagian daging hewan seperti dada atau paha, dengan sibeltek akan menerima bagian
badan, sementara berru akan mendapatkan bagian dari daging tertentu seperti kaki atau leher. Bagian kepala dari hewan yang disembelih akan diberikan kepada ketua
suku atau pimpinan adat permangmangpertaki dan sisanya adalah untuk petugas yang membagi sulang. Muhammad Takari, Dkk,
Masyarakat Kesenian di Indonesia : 73.
2.3 Sistem Kepercayaan
Suku Pakpak memiliki jenis kepercayaan tersendiri, kepercayaan itu juga disebut dengan agama vambi, agama vambi ini tidaklah percaya kepada nabi,
melainkan percaya terhadap kekuatan ghaib pada tempat-tempat tertentu, mereka juga mempercayai dewa dan juga roh-roh nenek moyang mereka. Agama vambi ini masih
tetap ada hingga sampai saat ini meski agama wahyu seperti islam dan Kristen sudah lama disebarkan memasuki suku Pakpak sendiri, memang agama vambi ini tidak lagi
memiliki banyak umat, dan rumah ibadah merekapun sudah mulai sulit untuk ditemui, menurut Atur P. Solin agama ini sudah semakin tidak dikenal lagi, dan saat
ini pemeluk dan rumah ibadah dari agama vambi hanya ada di jumpai di daerah Aceh
Universitas Sumatera Utara
Singkil dan juga Aceh Tenggara. Konsep agama vambi sendiri adalah konsep keercayaan yang mempercayai adanya alam Ghaib, dimana alam ghaib tersebut
dibagi kedalam tiga bagian, yaitu Batara Guru dewa pencipta, Tunggul ni Kuta dewa penjaga kampung, dan Beraspati ni tanoh dewa yang menguasai tanah,
selain ketiga dewa tersebut, masyarakat Pakpak juga memiliki dan mempercayai bahwa adanya dewa yang lain, seperti Sinaga lae dewa penguasa air, Jandi ni mora,
yaitu dewa penguasa dan penjaga udara, dan Mbarla, yakni mahluk ghaib yang menguasai ikan di dalam air. Semua dewa yang telah disebut di atas adalah
merupakan dewa-dewa yang sangat dihormati oleh masyarakat Pakpak dahulu kala atau penganut agama vambi saat ini.
11
Pada awal abad ke 19, tepatnya pada tahun 1908 agam Islam mulai memasuki masyarakat Pakpak, agama Islam ini sendiri dibawakan oleh Tuan Pakih Brutu dari
daerah Aceh. Pada awalnya penyebaran agama Islam ini adalah bersifat merangsang, yakni selalu memberikan rangsangan terhadap orang banyak dengan
mempertunjukkan kekuatan ghaib, seperti menggerakkan batu, kayu, atau besi yang diletakkan di atas tanah. Sementara itu agama Kristen mulai disebarkan di daerah
Pakpak pada tahun 1911, penyebaran agama Kristen sendiri di daerah Pakpak diawali dengan terbukanya jalan bagi pedagang- pedagang dari Tapanuli Utara yang datang
berdagang ulos ke daerah Simsim. Kegiatan ini berlangsung setelah meninggalnya
11
Wawancara dengan Atur P. Solin pada bulan maret tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
Sisingamangaraja XII di Pearaja, Kelasen pada tahun 1907. Muhammad Takari, Dkk, Masyarakat Kesenian di Indonesia 2008 : 72.
2.4 Gambaran dan Bentuk Umum Pedesaan